Ainun mengorek sampah karena itu memang pekerjaan nya setiap hari sebagai pemulung, namun pagi ini dia merasa seperti ketiban rezeki yang sangat besar karena menemukan koper bagus.
"MAYAAAAAT....
koper tersebut berisi potongan mayat seorang gadis, lebih parah nya lagi gadis itu berasal dari desa Bakti Reso, desa mereka sendiri dan dia adalah anak Tuan tanah di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Hukuman Anjar
"Kenapa mainan pisau, lihat lah luka nya jadi begini." Arya bergumam pelan setelah Arka di obati Gun.
"Zahra itu yang mainan pisau." jawab Arka.
"Beneran ini kena pisau, kok dalam sekali luka nya?" Gun menatap Arka sambil tersenyum.
"Iya ya, kok luka nya dalam begini sih." Purnama juga pura pura heran.
"Lalu memang nya akan kena apa bila tidak kena pisau?" Arka menatap Purnama.
Purnama pun menatap mata bocah kecil yang sangat kelam ini, namun memang sama sekali tidak bisa mau di lihat pada mata nya itu. sebenar nya apa yang sudah terjadi, membuat Ratu ular begitu pusing memikirkan semua ini.
Pikiran mereka sama sekali tidak bisa mau di baca, baik itu Zahra atau pun Arka. kadang kada di hati Purnama ada sedikit rasa berdebar karena merasa para setan mungkin saja kemampuan nya kian maju, padahal Purnama dan juga Arya terus memompa diri agar menjadi kuat dan bisa melakukan apa saja.
Sayang nya memang mereka adalah generasi lama dan yang baru ini punya sejuta cara agar tidak ketahuan oleh mereka berdua, ilmu ilmu mereka juga lebih bagus membuat mereka sangat pusing untuk menetralkan hati. mau di tebak juga tidak bisa, di kasari takut mereka kian menjadi dan ugal ugalan saat membunuh.
Apa lagi Purnama kan pernah merasa jadi tokoh antagonis yang sangat jahat sekali, sehingga perasaan para pelaku ia pahami bagai mana dan sakit nya juga bagai mana. cuma yang membuat Purnama kesal ini, anak anak kenapa menjadi jahat sedang kan mereka saja tidak kurang kasih sayang atau pum perhatian.
Bila dia dulu menjadi jahat, itu karena tidak di akui oleh Ibu kandung nya sehingga dia pun jadi salah jalan. sementara Zahra dan Arka ini adalah anak anak yang berlimpah kasih sayang dan perhatian, bila kena pengaruh Zahira maka itu pasti tidak bisa di pertanyakan lagi, sudah pasti karena darah iblis yang membuat mereka jahat.
"Mama kenapa tanya Arka begitu, memang nya apa lagi yang bisa melukai kami bila bukan pisau." Zahra juga membuka suara.
"Tahan, Purnama!" Aksara mengirimkan suara batin saat Purnama mau bilang bahwa ini luka pedang dari Aksara.
"Ya sudah kalau begitu, lain kali jangan mainan pisau begitu." angguk Purnama mengalah juga akhir nya.
"Jangan banyak gerak, bila besok belum sembuh maka kita kedokter." ujar Arya membaringkan putra nya.
"Maka nya lah jangan mainan pisau, kapan juga mainan nya kok Ibu tidak lihat sih tadi." Fatma memberi obat nyeri untuk Arka agar rasa sakit nya hilang di paha.
"Oh Bu Fatma juga tidak melihat ya?" Purnama menyeringai membuat Zahra terlihat jelas sedang gelagapan.
"Tidak, maka nya Ibu juga heran." angguk Fatma.
"Masa iya Ibu tidak lihat, kan tadi kita di dapur sama sama." Arka membuka suara.
Fatma menunduk tiba tiba karena dia menyadari bahwa sang putra sudah berbohong pada nya, perasaan seorang Ibu yang sudah tidak bisa untuk di jabarkan lagi karena tau anak berdusta karena sebuah masalah besar.
Tanah di sepatu juga kembali terbayang di mata Fatma, mungkin saja memang Arka adalah pelaku. baru Fatma mau membuka suara, Purnama sudah meremas pundak nya agar dia bersabar dulu untuk sementara ini.
"Ayo kita bahas soal masalah desa itu, biar anak anak istirahat." ajak Purnama tersenyum.
"Apa kalian tidak percaya soal aku kena pisau?" Arka malah membuka suara lagi.
"Bagai mana bila kami memang tidak percaya?" serang Purnama langsung. Membuat Zahra dan Arka terdiam.
"Apa yang kalian lakukan bila kami tidak percaya?" tanya Arya pula.
"Aku akan sedih bila Ayah dan Ibu tidak percaya." Arka menunduk.
Fatma menarik nafas dan segera keluar karena dia rasa nya sangat kesal dan ingin marah, tapi yang di marahi ini anak kecil dan belum terbukti juga bersalah. andai sudah terbukti maka tak akan segan dia memarahi nya, tapi ini sangat membingungkan sekali.
Sedangkan Purnama yang merasa tidak akan dapat jawaban juga, dia pun keluar di susul kemudian dengan Arya yang sudah tidak bisa lagi mau berkata apa apa sangking marah dan juga bingung akan masalah yang datang sekarang bersama anak anak kecil ini.
"Aku sudah yakin sekarang, hanya tinggal memikirkan cara untuk menangkap basah mereka." lirih Purnama.
"Apa yang akan kita lakukan bila itu memang mereka?" Arya bertanya pelan karena dia sangat lesu.
"Apa lagi, tentu saja kita akan menghukum nya." jawab Purnama tegas.
"Ya Allah!" Arya mendesah berat karena beban ini.
Sebab mereka memang salah dan sudah pasti akan dapat hukuman pula dari Purnama, jangan kan pada anak anak atau adik nya. pada diri sendiri pun Purnama tak segan untuk memberikan hukuman apa bila dia membuat kesalahan, sama seperti dulu saat dia membunuh ras nya, maka Purnama di hukum di goa es yang sangat dingin.
...****************...
Anjar yang patah pinggang nya hanya bisa ketakutan setengah mati ketika di letakan di tempat yang sama sekali tidak ia ketahui. sebab Anjar hanya lah dukun biasa sehingga tidak tau banyak soal hal ghaib, apa lagi sampai melihat secara langsung isi nya begini, maka yang ada ketakutan lah.
Bagaskara sudah membawa nya kelembah kematian yang sangat menakutkan untuk siapa pun, jangan kan Anjar yang sepenuh nya adalah manusia. Arya yang keturunan iblis saja punya rasa jera dan insaf jadi tukang kompor akibat di masukan kedalam lembah ini, malah sekarang Anjar yang mendapat hukuman berat bukan kepalang.
"Jangaaaaan, ku mohon jangan biarkan aku di sini." pinta Anjar yang tetap telentang tidak bisa mau bergerak.
"Lalu kau mau di mana, sungai kematian atau penjara bawah tanah?!" seringai Bagaskara.
"Tolong maafkan aku, maafkan kesalahan ku." hiba Anjar yang sambil menahan sakit karena pinggang dia patah.
"Bukan dengan ku harus nya kau minta maaf, aku sama sekali tidak ada urusan nya dengan mu!" ketus Bagaskara.
"Siapa pun dirimu, tolong lah jangan buat aku begini." Anjar berusaha menggapi kaki Bagaskara yang sudah melesat terbang.
Bersamaan dengan itu singa yang ukuran nya sangat besar menghampiri Anjar, menciumi tubuh wanita ini dari ujung kaki hingga ujung kepala. bau darah tidak ada namun tidak membuat singa ini enggan, Anjar sudah mau mati rasa nya karena sangking takut bila akan di makan sekarang.
"Ja..jangan...
"GEEERRRR."
KRAAUUUK.
"Tidaaaaak! SAKIIIIT, LEPASKAN AKU!"
Anjar kian histeris karena singa memakan telapak kaki nya habis, bahkan hanya dalam sekejap mata saja sudah sampai di dengkul yang singa makan. belum lagi kaki yang satu nya dan sudah pasti Anjar kesakitan, mau lari juga tidak bisa karena pinggang yang patah tak akan bisa mau di pakai untuk bergerak.
Hai guys, othor baru pulang periksa mata dan minus 02. saran dokter kurangi cahaya ponsel atau laptop, jadi mohon maaf ya kalau tidak bisa up lima untuk sementara ini menjelang kaca mata jadi.
Makasih untuk kalian semua yang selalu baca karya othor, othor tetap up kok walau pun enggak lima. kalau enggak up nanti enggak dapat cuan🤣