Dalam dunia sepak bola yang penuh persaingan, cinta tak terduga mekar. Caka Alvias, bintang tim Warriors FC yang tampan dan populer terjebak dalam perasaan terlarang untuk Bulan Nameera, asisten pelatih nya, yang terkenal tegas dan tangguh. Namun, konflik masa lalu dan juga tekanan karir mengancam untuk menghancurkan cinta mereka. Apakah cinta mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjelyy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putus
Pagi harinya, sinar matahari menerangi kamar Bulan. Dia terbangun dengan senyum, mengingat malam sebelumnya bersama Caka.
Bulan memutuskan untuk menghabiskan hari liburnya dengan santai. Dia memasak sarapan favoritnya, roti bakar dengan selai stroberi, dan menikmatinya sambil menonton film favorit di sofa.
Setelah itu, Bulan memutuskan untuk membaca novel yang sudah lama tidak dibaca, dan bermain dengan kucing peliharaannya, Mochi.
Hari liburnya terasa sangat menyenangkan.
***
Caka sedang berlatih di gym, mengangkat beban sambil mendengarkan musik. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Dia melihat layar dan menemukan pesan dari Lisa: "Hai Caka, aku ingin bertemu. Ada yang ingin kita bicarakan."
Caka penasaran dan membalas pesan: "Hai Lisa, apa yang ingin kamu bicarakan? Di mana kamu ingin bertemu?"
Lisa membalas: "Di Kafe Cinta, jam 3 sore. Aku ingin berbicara tentang hubungan kita, Caka."
Caka merasa penasaran dan sedikit khawatir. Dia bertanya-tanya apa yang akan dibicarakan Lisa.
Caka membalas: "Baik, aku datang. Sampai jumpa!"
Dia melanjutkan latihannya, tapi pikirannya sudah terfokus pada pertemuan nanti.
Caka tiba di Kafe Cinta tepat waktu. Dia melihat Lisa sudah duduk di sudut kafe, meminum kopi. Caka mendekati dan duduk di seberangnya.
"Hey, kamu cantik banget hari ini," kata Caka dengan senyum.
Lisa tersenyum lembut. "Terima kasih. Aku ingin berbicara tentang kita. Apakah kita masih memiliki kesempatan?"
"Apa maksudnya Sa?"
"Aku merasa hubungan kita kosong Cak."
Caka mengambil nafas, "Kosong gimana? Kan tadi malam aku sudah bilang kalau aku tidak bisa keluar sama kamu."
"Ya itu karna kamu selalu utamakan Debi dari pada aku, pacar kamu Cak." kata Lisa dengan nada yang mulai meninggi.
"Kamu ngertiin aku dong, Sa!"
"Aku ngerti Cak, tapi aku capek!"
Caka hanya terdiam menyadari kesalahannya.
"Ayo putus!" ucap Lisa dengan suara gemetar.
Caka melihat Lisa dengan perasaan sakit dan kecewa, namun dia hanya bisa menerima keputusan Lisa.
Setelah itu Lisa meninggalkan Caka sendirian di cafe.
***
Caka berjalan pelan menuju rumahnya, kecewa dan bingung. Pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan Lisa.
Sesampainya di rumah, Caka langsung menuju kamar dan membaringkan diri di tempat tidur. Dia mengambil ponsel dan melihat pesan dari Bulan.
"Debi dan ayahmu ada di rumah ku" tulis Bulan.
Caka membalas "Ngapain mereka?."
"Tidak ada hanya bertamu." balas Bulan kemudian hanya di lihat saja oleh Caka.
Bosan bermain handphone Caka memutuskan untuk berenang di kolam renang rumahnya, berharap olahraga tersebut dapat menghilangkan stres dan kecemasan yang dia rasakan.
Sambil berenang, pikirannya melayang pada percakapan dengan Lisa tadi. Dia berpikir, "Apa salahku? Mengapa dia ingin putus?"
Caka merasa sedikit lega. Dia keluar dari kolam dan duduk di tepiannya, menatap ke langit, merenungkan kejadian hari ini.
Caka selesai berenang hingga sore hari dan hendak langsung menuju kamar. Dia hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian pusar sampai lutut.
Saat melangkah masuk, dia terkejut melihat Bulan sudah ada di ruang tamu. Suasana langsung menjadi canggung dan malu.
Bulan hanya diam tidak bergerak, ia kaget melihat badan bidang Caka.
"Kamu... kok ada di sini?" Caka bertanya, mencoba menyembunyikan rasa malu.
Bulan memalingkan pandangan ke segala arah.
"Ayah yang ajak Bulan kerumah, udah kamu ganti baju gih gak malu apa?" sahut ayah yang baru saja masuk bersama Debi.
"Hahaha, mas malu kan?"Goda Debi
"Enggak, ngapain malu." jawab Caka santai padahal aslinya dia ingin menghilang
Caka masuk ke kamar dengan bejalan santai, sampai di kamar ia langsung berteriak karna malu.