NovelToon NovelToon
Not Life In A Dream

Not Life In A Dream

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cintamanis / Model / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Salsa Salsa

Dipaksa pulang karena suatu perintah yang tak dapat diganggu gugat.
ya itulah yang saat ini terjadi padaku.
seharusnya aku masih berada dipesantren, tempat aku belajar.
tapi telfon hari itu mengagetkanku
takbisa kuelak walaupun Abah kiyai juga sedikit berat mengizinkan.
namun memang telfon ayah yang mengatas namakan mbah kakung tak dapat dibantah.
Apalagi mbah kakung sendiri guru abah yai semakin tak dapat lagi aku tuk mengelak pulang.

----------------------------------
"entah apa masalahmu yang mengakibatkan akhirnya kita berdua disini. tapi aku berharap kau tak ada niat sekali pun untuk menghalangiku menggapai cita2ku" kataku tegas. takada sama sekali raut takut yang tampak diwajahku

masabodo dengan adab kali ini. tapi rasanya benar2 membuatku ingin melenyapkan seonggok manusia didepanku ini.

" hei nona, bukankah seharusnya anda tidak boleh meninggikan suara anda kepada saya. yang nota bene sekarang telah berhak atas anda" katanya tak mau kalah dengan raut wajah yang entah lah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa Salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27

BAB 27

Sudah hampir satu jam aku meninggalkan neng Nesya bersama kang Ridwan dan teman- temannya. Sebentar lagi jadwalnya dia untuk mengaji. Kalau tak kujemput mereka akan larut bermain tak tau waktu.

“Mbak Nadia aku titip mas Musa ya. Mau ngajak mandi neng Nesya dulu”. Kataku pada mbak Nadia yang ikut mengawasi mas Musa yang sedang bermain dengan para mbak- mbak santri.

“Iya nanti tak bawa ke ndhalem kalo udah waktunya mandi sore”. Jawab mbak Nadia.

Aku beranjak pergi meninggalkan area asrama. Menjemput neng Nesya untuk segera berangkat mengaji dengan teman sebayanya.

Gerbang kubuka. Kulihat neng Nesya yang masih berada di sana. Gerombolan para santri senior dengan jadwal kegiatan yang berbeda dengan para santri yang masih bersekolah formal. Hanya beberapa yang kukenal karena sama- sama bertugas di area ndhalem. Selebihnya aku tak tahu siapa saja mereka.

Tampak neng Nesya turun dari tempat mereka semua duduk berkumpul. Sepertinya gadis kecil itu tahu kalau aku akan menjemputnya. Berusaha menggunakan sandal tanpa mau di bantu. Aku selalu suka dengan caranya berusaha mengerjakan segala hal yang bisa dia kerjakan sendiri.

Kusampai di depan tempat para kang- kang itu berkumpul. Tak terlalu mendongakkan kepala karena itu memanglah hal yang dilakukan setiap seorang ajnabi yang bukan mahrom bertemu. Hanya mendongak seadanya dan berusaha untuk tak fokus kepada orang- orangnya.

“Mbak Aliya”. Kata neng Nesya kepadaku.

“Ayo pulang dulu, berangkat ngaji dulu”. Kataku yang hanya berfokus kepada neng Nesya saja.

Tanpa menoleh kepada para kang- kang di tempat ini.

“Bentar, nanti dianterin sama kang Ridwan boleh ya mbak”. Pintanya kepadaku.

“Coba tanya sama kang Ridwannya mau enggak nganterin neng berangkat ngaji”.

“kang Ridwan anterin Nesya mau enggak?”. Tanya gadis cantik ini.

“Enggih neng, nanti kang Ridwan antar ngajinya ya”. Jawab kang Ridwan lembut.

“Hore..”. Seri neng Nesya senang. Sambil tangannya kugandeng untuk segera pergi dari sana.

*******

Sorak sorai terdengar bersahut- sahutan setelah Aliya dan juga neng Nesya pergi menuju ndhalem. Sosok yang pastinya menjadi objek olok- olokan teman- temannya itu hanya memberikan senyuman keci sebagai respon dari keriuhan yang lain.

“Pucuk dicinta, mbak Aliya pun tiba”. Seloroh salah satu orang di kerumunan itu. Membuat teriakan godaan semakin menjadi- jadi dibuatnya.

Namun sepertinya kehebohan itu tak berpengaruh pada salah satu orang di sana. Raut wajahnya tegang tak bersahabat.

“Udah lah aku mau kendhalem kalo gitu. Takutnya dicari in sama neng Nesya”. Kata kang Ridwan memecah kegaduhan teman- temannya.

Saat kang Ridwan akan mulai beranjak tangannya ditarik oleh salah satu orang. “Apakah tempat neng Nesya mengaji berada di luar area pondok?”. Tanyanya.

“Iya mas, tapi enggak jauh juga depan gang sana. Dipinggir jalan raya”. Jawab kang Ridwan.

“Boleh aku ikut kang. Aku ingin membeli barang di minimarket”.

“Boleh dong nanti kita naik motor aja. Tapi saya sekalian nunggu neng sampai pulang gak papa kan ya”.

“Gak papa kang sekalian lihat- lihat daerah sini. Kalau nanti saya sudah kembali kan biar tau jalanan kemari kalau suatu saat bisa mampir lagi ke sini kan ya”. Bercandanya.

“Lah pokoknya kali mas Dipta sudah kembali ke Jakarta harus nyenpetin waktu buat mampir lagi ke sini. Lah wong masak gak mau ketenu kita- kita ini toh mas. Yah walaupun masnya ini tuh ya artis terkenal loh ya”. Kata salah satu kang santri yang berada di gerombolan ini.

“Pastinya saya akan kembali ketempat ini. Tapi kan kalo gak tau jalannya kemar kan ta saya gak akan bisa sampai sini kang”. Jawab Dipta membalas dengan sedikit candaan.

“Wes... wes. Entar keburu aku ditunggu sama neng Nesya. Bahaya kalo sampek ngambek”. Kata kang Ridwan menyelesaikan percakapan kami sepihak. “Ayo mas Dipta kalo jadi ikut. Kita ke ndhalem dulu ya. Nunggu nengnya selesai siap- siap sama mbak tadi”.

“Mbaknya juga ikut kang nganter neng Nesya pergi ngaji”. Tanya Dipta sambil jalan mengikuti langkah kang Ridwan.

“Ya enggak lah mas kan sudah ada saya. Beda lagi kalo nengnya enggak berangkat sama saya. Ya berarti sama mbak”. Jelas kang Ridwan sambil terus berjalan.

“Terus yang nganterin itu mbak yang tadi juga ya kang?”.

“Bukan mas, biasanya neng Nesya itu sama mbak Nadia kalo gak gitu sama mbak yang lain. Kalo kok neng Nesya sama mbak Aliya berarti biasanya tukeran berarti. Mbak Nadia yang lagi momong mas Musa”. Jelas kang Ridwan dengan begitu ringan.

“Mas musa tuh yang batita tadi kan ya?”.

“Iya mas. Udah di ngemong sama mbak Aliya satu tahun lebih. Dari umur sekitar tiga bulanan udah sama mbak Aliya”.

Nampak sekali kalau sebenarnya kang Ridwan sedang memendam rasa dengan sosok yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan walaupun tanpa sengaja.

Seorang laki- laki akan tau apa yang tengah dirasakan oleh laki- laki lain di sekitarnya. Begitu pun dengan Dipta yang tau persis gelagat kang Ridwan ini. Sepintar apa pun dia menyembunyikannya apalagi dia adalah seorang aktor yang sudah sangat fasih masalah mimik wajah dan juga gestur tubuh. Dia belajar banyak tentang hal itu untuk pendalaman peran.

Raut tak suka pun sebenarnya juga sangat tampak dari Dipta. Dia berusaha untuk mengolek informasi tentang mbak Aliya yang sepertinya sangat ia yakini kalau itu adalah orang yang sama yang telah mengobrak- abrik hidupnya setahun terakhir ini.

1
Nurul Awula
kak kenapa belum up kk
Nurul Awula
up lagi dong tor ♥️
Nurul Awula
penasaran banget udah ini cerita kamu bikin nagih tor ♥️🤭
Nurul Awula
tor ayo up dong tor😌
Nurul Awula
masih tetap menunggu tor ♥️😊
sabil: ok tunggu ya kak🫶🫶🥰🥰🥰
total 1 replies
sabil
malam ya kak ya.
kalo siang ada jadwal yang lebih penting.
makasih ya dukungannya🙏🙏🫶🫶
Nurul Awula
aku selalu menunggu nya tor sehari sampe tiga kali cek hp udah up atau belum ♥️🤭
Nurul Awula
up dong tor cinta banget sama alur ceritanya ♥️
sabil: sabar ya kak
total 1 replies
Gái đảm
Nggak percaya aku bisa habisin baca cerita ini dalam sehari!
Yusuo Yusup
Bikin terinspirasi.
sabil: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!