Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Berhak Untuk Bahagia
Setelah satu minggu berada di Australia, Gilda kembali ke New York membawa beberapa foto hasil jepretannya. Foto yang paling bagus akan ditempelnya di studio mini miliknya.
Saat ini Gilda sedang bersiap-siap karena ingin memberikan kejutan pada Frank. Ia sengaja mengatakan pada kekasihnya itu jika ia akan pulang dua hari lagi. Gilda memakai gaun di atas lutut dengan motif flower. Ia sengaja memilih gaun berwarna kuning. Frank sangat suka saat Gilda memakai gaun berwarna kuning. Memberi sedikit riasan di wajahnya dan mengambil tas pemberian Frank sebagai hadiah ulang tahunnya.
"Mom... aku pergi dulu.." ucap Gilda pamit pada ibunya yang sedang menjamu tamunya.
***
"Frank...." ucap seorang wanita masuk ke dalam ruangan Frank.
"Astaga.. kenapa tidak bilang kalau kamu ingin ke sini..." ucap Frank bangkit dari kursi kebesarannya.
"Aku sudah mengirim pesan tadi dan kamu tidak membacanya. Aku membawa mu maka siang," kata Kyle memberikan kotak bekal berisi makanan pada Frank.
"Terima kasih," kata Frank.
"Frank.. bayi kita merindukan mu," ucap Kyle memeluk Frank.
"Kyle.. ini di kantor, jangan seperti ini," ucap Frank merasa risih. Entahlah, dia sedikit tidak suka jika Kyle memeluknya seperti ini.
"Apa kamu masih ragu dengan bayi ini?" tanya Kyle. Frank menggeleng. Meskipun dalam hatinya berkata lain. Frank masih meragukan kejelasan bayi yang di kandung Kyle. Tapi ia tidak ingat jika malam itu mereka melakukannya tanpa pengaman.
"Kamu berubah sejak bersama Gilda. Apa kamu mulai mencintainya," kata Kyle menatap wajah Frank. Pria itu hanya diam saja.
"Frank... lihat mataku.."
"Frank..." panggil Kyle membuyarkan lamunan Frank.
"Apa maksud mu?"
"Tolong jangan membahas itu Kyle," ucap Frank.
"ini sudah satu tahun Frank, dan kamu berjanji untuk mengakhirinya. Bahkan waktu mu lebih banyak bersama wanita itu beberapa bulan ini," kata Kyle menangis.
"Aku akan mendatangi kedua orang tuamu dan mengatakan hubungan kita yang sebenarnya," ucap Kyle hendak pergi. Ia sudah muak dengan semuanya. Mereka harus menjalin hubungan secara diam-diam. Ia bahkan menjaga jarak dengan Frank. Cukup sudah waktu yang di berikan nya. Ini sudah satu tahun.
"Tidak... Kyle, dengarkan aku. Jangan lakukan itu. Seluruh keluarga ku akan marah. Aku tidak ingin mereka melukai mu," kata Frank menahan tangan Kyle.
"Lalu bagaimana dengan aku Frank? Apa aku akan seperti ini terus. Tidak Frank. Aku juga berhak untuk bahagia," kata Kyle sendu.
"Kamu pengecut Frank... pengecut...." Kyle memukul dada Frank. Pria itu hanya diam saja, membiarkan Kyle melampiaskan kekecewaannya.
"Maafkan aku Kyle.." gumam Frank memeluk Kyle.
"Dulu sudah ku katakan agar kita mengakhiri hubungan ini, tapi kamu tidak mau Frank. Kamu yang membuatku seperti ini."
Setibanya di depan perusahaan Frank, Gilda turun dari mobilnya dengan memakai kacamata hitamnya. Ia kemudian berjalan memasuki lobby kantor dan masuk ke dalam lift khusus CEO. Tidak ada yang marah atau menatap curiga padanya. Karyawan di sana sudah tidak asing lagi dengan sosok Gilda.
Setelah tiba di lantai 24, Gilda lalu keluar dari lift. Ia tidak sengaja bertemu dengan sekretaris Frank.
"Nona Gilda," ucap pria itu terkejut.
"Oh hai Justin.." sapa Gilda, merasa ada yang aneh dengan Justin.
"Frank ada di ruangannya kan," tanya Gilda melangkahkan kakinya menuju kantor Frank.
"Nona, tunggu dulu. Tuan Frank ada tamu penting. Mereka sedang di ruang meeting sekarang," ucap Justin. Gilda menghentikan langkahnya.