NovelToon NovelToon
Your Heart Is My Home

Your Heart Is My Home

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Menikah dengan Musuhku / Bad Boy
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aniec.NM

Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.

Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.

Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 26 Kenyataan yang Menyakitkan

Naufal menetap langit saat di rooftop rumah sakit, kenyataan itu berat ia terima. Setelah kepergian mama dan oma, dunianya terasa gelap dia tidak bisa berbuat apapun. Naufal merasa sendiri, tidak ada tempat untuk mengadu kekesalan dan kesedihan lagi. Apalagi selama ini Naufal dan Vero kekurangan peran ayah di hidup mereka, walaupun Abikara masih ada tapi perannya sudah lama mati.

“AARRGGHH … KENAPA INI SEMUA TERJADI SAMA AKU TUHAN!!” teriak Naufal, dia mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Naufal menendang barang-barang tidak berguna yang ada di rooftop. Hingga dirinya tersungkur lemah di lantai. Dari belakang, seseorang mengelus punggungnya, Naufal menoleh kearahnya.

“Naya!” lirih Naufal, dia langsung memeluk Naya, dia mencari kenyamanan oleh Naya.

Naya juga ikut menangis, dia sudah tau semuanya. Sebenarnya sendari tadi Naya, mendengar percakapan Naufal dan Abikara, Naya juga memberikan ruang untuk Naufal meluapkan kesedihannya. Hingga dimana Naya masuk untuk menenangkan, Naya pun juga ikut terkejut dan tidak menyangka.

Naufal semakin mengeratkan pelukannya, tak ada lagi energi dalam tubuhnya saat ini dirinya hanya butuh ketenangan. Memeluk Naya adalah ketenangan baginya.

Naya melepas pelukan itu, Naya memegang kedua pipi lelaki itu, dengan dekat Naya bisa melihat kesedihan suaminya dari wajah.

“Dengar ya, kamu ngga sendiri. Kamu ada aku, inget kamu ada aku Naufal, aku bukan jadi istri kamu aja, tapi aku juga jadi sahabat kamu yang siap mendengarkan sedih kamu,” ujar Naya, dia berusaha kuat walaupun sebenarnya ikut rapuh.

“Oke, sekarang aku jadi sahabat kamu. Kamu boleh cerita apapun sama aku.” Naya membenarkan posisinya menghadap ke depan, dimana pemandangan langsung tertuju pada gedung-gedung tinggi dan langit yang cerah.

Walaupun langit begitu cerah, tetapi seseorang yang memandangi lagi itu sedang tidak cerah, kayaknya mendung yang berusaha mencari keterangan. Naufal meletakan kepalanya di bahu Naya, Naya tersenyum tipis. Naufal mulai menemukan kehangatannya lagi, lelaki itu memejamkan kedua matanya merasakan hembusan angin sore kala ini.

Sedangkan mereka tidak ingat keadaan Vero bagaimana saat ini. Kayra setia menunggu di depan pintu kamar rawat Vero. Hingga dokter pun kembali keluar, hanya ada Kayra disana. Entah dimana Abikara berada.

“Keluarga pasien?” tanya dokter itu.

“Iya Dok, bagaimana keadaan Vero Dok?” tanya Kayra.

“Alhamdulillah pasien melewati masa kritisnya, sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat.”

“Apakah saya boleh menjenguk nya dulu, Dok?” tanya Kayra.

“Silakan.” Dokter itu menginjak Kayra yang pertama menjenguk Vero.

Langkah kaki Kayra berhenti tepat di depan lelaki yang berbaring lemah, Kayra melihat betapa tak berdayanya dia. Lelaki yang terkenal kuat dan berandal, kini berbaring lemah.

Kayra meraih jari jemari Vero, sebelum dia mengatakan sesuatu. “Apa kabar Vero?” tanyanya berusaha tersenyum.

“Udah lama banget ya, gue nggak ngobrol deket sama lo kaya gini. Gue khawatir banget sama lo, lo cepetan sadar ya, gue kangen sama lo. Ver, walaupun kita nggak bisa sama-sama kaya dulu lagi, tapi lo akan jadi part favorit gue di hidup gue, karena lo adalah laki-laki pertama yang berani tembak gue,” ungkap Kayra, ia membiarkan air matanya keluar.

“Oh ya, setelah ini gue mau ngejar maaf ke lo lagi, bagi gue minta maaf sama lo itu penting, gue nggak peduli lo mau bilang gue cewek murahan, cewek gampangan kek, gue udah kebal di katain kaya gitu sama lo. Ada satu hal yang harus lo tahu, gue cinta sama lo.”

Kayra harap Vero mendengar ungkapan barusan, dia mendarat apa yang Naya ucapkan tadi. Naya meletakan tangan kanan Vero di pipinya.

**

Dengan di tuntun oleh Naya, Naufal masuk ke ruang rawat Vero, di sudah di pindahkan ke ruang rawat beberapa jam lalu. Namun Vero masih belum sadar, rasanya masih belum siap Naufal mendekat Vero.

Naufal duduk di samping Vero, kata pertama yang dia keluarga adalah.” Hai!” Pernyataan itu masih terngiang di otak Naufal. Bukanya dia tidak menerima, tetapi hati ini masih berat.

Naufal berusaha tegar di hadapan adiknya itu, Naya terus mengusap air mata lelaki itu, selalu berada di sampingnya.

“Nay, aku nggak bisa ngomong apapun,” Naufal mengadu.

Naya melihat jemari Vero bergerak, sampai lelaki itu membuka perlahan matanya, pemandangan yang pertama Vero lihat adalah tangisan Abangnya.

“Bang Naufa,” suara lirih itu, memancarkan senyuman di bibir Naufal.

“Udah bangun lo, apa yang sakit?” tanya Naufal.

“Pusing dikit Bang.”

“Mau minum nggak?” Naufal mengambil segelas air minum.

“Gue nggak haus Bang, pasti Lo khawatir banget ya sama gue, sampai-sampai nangis gitu,” ledek Vero.

“Nggak ini tuh kelilipan aja,” elak Naufal mengusap air matanya.

“Alah, sempat-sempat nya lo gangsi, padahal bilang aja kali kalau lo itu khawatir sama gue,” sindir Vero.

“Papa mana? Gue nggak liat papa tuh dari tadi?” tanya Vero.

Seketika Naufal terdiam, mengingat perkataan papanya itu.

“sejujurnya Papa masih belum bisa menerima Vero sepenuhnya hingga saat ini.”

Ucapan papanya itu sudah Naufal simpulnya bahwa dia tidak akan datang menjenguk Vero. Namun sayangnya dugaan Naufal itu salah, setelah bertanya menangani papanya. Abikara masuk dengan tangan yang mencincing paper bag, Abikara mendekati Vero.

“Gimana keadaan kamu?” tanya Abikara seraya meletakan paper bag itu di meja dekat pasien.

“Baik Pa.”

Naufal sedikit lega, mungkin hal ini akan menjadi rahasia mereka berdua hingga Vero tidak akan tau. Semuanya akan berjalan seperti biasanya.

“Semuanya akan baik-baik saja,” bisik Naya.

“Papa tadi beliin makanan kesukaan kamu, Papa tau pasti kamu nggak suka kan makanan rumah sakit. Jadi Papa sengaja deh beliin ini,” terangnya.

“Makasih Pa, Papa tau aja.”

“Oh ya, tadi di luar ada temen kamu, dia cewek,” ujar Abikara.

“Siapa?”

Naya langsung teringat dengan Kayra, dia berpikir pasti Kayra belum sempat menemui Vero, namun tanpa mereka tau Kayra lebih dulu menemui Vero dan Kayra juga membantu pindahan Vero ke ruang rawat.

“Kayra. Kasian dia dari siang disini,” sahut Naufal.

“Naufal, tadi Kayra chat aku dia mau pulang, aku nganterin dia ke depan dulu ya,” ujar Naya melangkah pergi.

Tetapi langkah berhenti saat Vero mengatakan.” Tunggu Kak, aku mau bicara sama Kayra, sebentar.”

Naya membuang nafas lega, akhirnya Vero ingin bicara berdua dengan Kayra. “Boleh, nanti Kakak panggilan dulu ya.”

_

“Boleh nggak kalian semuanya keluar dulu, aku mau ngobrol sama Kayra,” permintaan itu di iya kan oleh mereka.

Tinggallah mereka berdua di ruangan itu, Kayra tidak bisa menatap mata Vero padahal lelaki itu sudah siap berbicara sesuatu dengan Kayra.

Kemudian akhirnya Vero membuka suara.” Kay, makasih ya udah jenguk gue.”

1
kath_30
Ngakak abis!
Abigail Carmona
Penulisnya jenius! 🌟
Anik Nurmala: makasih, jangan bosen² untuk mampir ya
total 1 replies
Husna
Bikin merinding! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!