Tiga sekolah besar dibangun pemerintah untuk menampung anak-anak yang memiliki talenta. Salah satu dari tiga sekolah itu, membuat sebuah kelas khusus untuk mereka yang mempunyai potensi terpendam dan dapat membantu negara, dan dengan berbagai cara mereka mencari dan memasukan anak-anak yang memiliki bakat khusus untuk masuk kesekolah mereka.
Seorang programer yang merahasiakan identitasnya, tiba-tiba didatangi tiga orang kepala sekolah ternama, agar bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, dia juga dimasukan ke kelas zero dengan kode name 'RAVEN', sebagai seorang programer dengan rekannya Mius, agar bisa dilatih menjadi agen rahasia pemerintahan.
Satu per satu identitasnya mulai bermunculan, bersamaan dengan kebenaran akan dirinya yang ada di sekolah itu.
.
.
.
.
semua itu terjadi di-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Night 24: Satu Sekolah
Beberapa lembar berkas dokumen sudah rapi diatas meja. Sejak dari jam 5 pagi tadi, Julian sudah menyelesaikan segala hal yang dibutuhkan Inka dan Nuha. Beberapa pesan pengingat juga sudah Julian kirim kan untuk mereka berdua.
Dua mobil sudah berada dirumah Inka dan Nuha, mengambil barang-barang mereka yang sudah dikemas, dan dibawa menuju bandara dimana sebuah pesawat yang sudah disiapkan Julian.
Waktu sudah meninggi. Julian juga sudah melakukan Check out dari hotel tempat dia tinggal. Ditempat lain, Inka dan Nuha masih mengikuti pelajaran disekolah menunggu Julian menjemput mereka berdua.
Julian melangkah dengan pasti memasuki ruang Kepala Sekolah SMA yang saat ini dia datangi.
"Permisi ..." ujar Julian membuka pintu dan melangkah masuk.
Pria yang duduk dikursi kerjanya langsung berdiri dan berjalan menyambut Julian yang memasuki ruangannya.
"Tuan Julian ... Kapan anda tiba di sini?" ujar pria itu gugup dan senang.
"Kemarin saya mendarat di sini." jawab Julian
"Mari Tuan, silahkan duduk." ucap pria itu sesopan mungkin. "Maaf, jika saya boleh tahu, ada urusan apa Tuan Julian mengunjungi sekolah saya?" tanya pria itu setelah mereka berdua duduk.
"Saya ingin membawa murid disini." jawab Julian.
"Membawa murid disini? Siapa yang Tuan Julian maksud!" ucap pria itu bertanya-tanya.
"Inka Simitsu dan Nuha Yurihama, kelas 2." jawab Julian serius. "Saya ingin menyelesaikan dokumen perpindahan mereka hari ini." lanjut Julian mengeluarkan beberapa berkas dihadapan pria itu.
Pria itu membuka dan membaca berkas yang Julian berikan. Dia langsung menghubungi wali kelas mereka berdua dan meminta Inka dan Nuha agar segera keruangannya.
Kedua wali kelas itu segera memanggil dan membawa Inka dan Nuha dari kelas mereka.
"Permisi ..." tuturnya memasuki kelas. "Inka.... Kepala Sekolah memanggilmu." lanjut guru itu.
"Baik Bu ..." jawab Inka lalu segera menyandang tasnya yang sudah dari tadi dia rapikan semua buku-bukunya.
"Inka, kenapa kamu menyandang tas mu?" tanya guru yang mengajar dia.
"Karena saya tidak akan kembali kekelas lagi. Permisi, Pak." jawab Inka lalu meninggalkan kelas dan diiringi wali kelasnya yang memanggil tadi.
*Diwaktu yang sama dikelas yang berbeda*
"Permisi, maaf mengganggu." tutur guru itu setelah membuka pintu.
"Ada yang bisa saya bantu?" ujar guru yang mengajar dikelas itu.
"Saya mencari Nuha Yurihama." jawab guru itu "Nuha ... keruang Kepala dengan saya, kamu sudah ditunggu disana." lanjut guru itu ke Nuha.
"Sudah ditunggu ya Bu." ujar Nuha semangat sambil berdiri menyandang tasnya. "Permisi, Bu." lanjut Nuha keluar kelas.
"Mari ..." tutur wali kelasnya menyusul Nuha.
Mereka yang ada dikelas dibuat keheranan dengan tingkah dan sikap Nuha yang senang dipanggil keruang Kepala Sekolah dengan menyandang tasnya.
Inka yang pertama keluar dari kelasnya melihat Nuha yang juga keluar bersama guru langsung menghampiri dan memanggil Nuha.
"Nuha ..." panggil Inka.
"Inka ..." ujar Nuha saat melihat siapa yang memanggil dirinya.
"Kamu ..." ucap mereka berdua saling menunjuk.
Mereka berdua langsung mengecek kedalam tas mereka. Seberkas cahaya redup merembes memenuhi netra mereka berdua, yang kemarin cahaya itu menghilang setelah Julian meninggalkan rumah mereka. Apa yang mereka berdua lakukan membuat kedua guru itu keheranan.
"Valkyrie ..." teriak mereka berdua dengan rasa yang sangat bahagia saling menatap.
Teriakan mereka berdua membuat kaget kedua wali kelas mereka dan juga mereka yang ada dikelas Nuha bergegas keluar melihat mereka berdua, keheranan dengan apa yang dilakukan mereka selanjutnya.
Nuha segera menutup tasnya lalu menarik Inka dan berlari dengan penuh semangat.
"Bu ... kami pergi duluan, ya ..." ucap Nuha sambil berlari menarik tangan Inka.
"Nuha ... Inka ..." teriak wali kelas mereka kompak memanggil mereka.
"Apa yang terjadi?" tanya siswa-siswi yang memperhatikan mereka berdua.
Kedua guru itu menyuruh mereka kembali kekelas lalu segera menyusul Inka dan Nuha yang sudah berlari duluan keruangan Kepala Sekolah.
Tok... Tok...
"Permisi ..." tutur kedua guru itu masuk dan bergabung dengan yang lain.
"Nuha dan Inka nya dimana?" tanya wali kelas Nuha.
"Mereka sedang mengganti pakaian mereka." jawab Kepala Sekolah.
"Mengganti pakaian?" mereka berdua bertanya tak mengerti.
"Semua berkasnya sudah lengkap. Dan ini, saya harap Bapak dan Ibu sekalian bisa menerimanya." tutur Julian memberikan selembar cek untuk mereka.
"Apa ini Pak? Nominalnya sangat banyak." ucap wali kelas Inka.
"Itu ... anggap saja dana donasi kami karena sudah mengajari mereka berdua selama disini." jawab Julian.
Kedua wali kelas itu masih kebingungan dengan perkataan Julian. Mereka berdua kini dibuat terkejut dengan penampilan Inka dan Nuha yang sudah kembali keruangan Kepala Sekolah. Seragam serba putih dan beberapa garis ornamen dipinggirnya yang saat ini mereka pakai dengan lambang dan tulisan Sky Heaven menempel disaku dada mereka.
Penampilan mereka sungguh berbeda. Inka yang biasanya menguncir rambutnya kini, rambut hitam panjangnya dia gerai. Sedangkan Nuha, rambut pendeknya dia kuncir satu kesamping.
"Kami sudah siap ..." tutur Nuha antusias.
"Kalau begitu, kami permisi ..." tutur Julian menyalami Kepala Sekolah dan kedua guru yang disana.
"Nuha ... Inka ..." tutur kedua guru itu tak percaya menatap mereka berdua.
"Terima kasih atas pelajaran yang kalian berikan selama ini." ucap Inka dan Nuha menunduk ke guru mereka. "Kami permisi, Pak, Bu ..." lanjut mereka meninggalkan ruangan itu.
......................