Brielle dibuang keluarganya saat masih bayi dan ditemukan kembali setelah bertahun-tahun, namun diperlakukan sangat buruk. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah rahasia besar dibalik alasan dia dibuang sejak bayi. Dia bahkan dibenci oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Mereka lebih menyayangi anak angkat yang licik dan manipulatif.
Untuk meluapkan kebencian mereka, saudara laki-lakinya sengaja menyertakan Brielle dalam sebuah program televisi untuk menyingkirkannya. Dalam variety show yang disiarkan secara langsung, para tamu kehilangan kontak dengan tim program. Perla yang terkenal sebagai selebriti yang baik hati dan lemah lembut mencoba untuk mengisolasi Brielle Camelia.
Saat menghadapi pengganggu, Brielle menyerang semua orang tanpa pandang bulu. Ia melepaskan diri di dalam hutan, mengaum bak singa, mengguncang akar pohon yang merambat, merangkak, mencuri pisang dari monyet, memukuli setiap hewan yang ditemuinya. Namun dia tidak tahu bahwa hutan itu penuh dengan kamera tersembunyi. Segala sesuatu yang terjadi di hutan direkam oleh kamera dan disiarkan secara langsung.
Brielle membalas semua perlakuan buruk keluarganya dan bahkan menghancurkan mereka dengan cara yang luar biasa. Seorang pria tampan dan kaya, ternyata selalu mendukungnya di balik layar. Bagaimanakah kisah akhir Brielle? Rahasia apa yang ditemukannya? Akankah dia memiliki akhir yang indah dan menemukan cinta sejati setelah dendamnya terbalaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12.
Namun, beberapa menit kemudian orang-orang yang memakan buah liar itu tiba-tiba jatuh ke tanah dan muntah darah. “Gawat! Buah ini beracun!”
Sekitar enam orang staf yang tidak memakan buah liar itu pun memeriksa rekannya. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Beberapa staff memuntahkan darah dan akhirnya pingsan, terbujur kaku di tanah tanpa bergerak sedikitpun.
Salah seorang staff memeriksa rekannya dan terkejut, “Ya ampun…..mereka tidak bernapas! Cepat kirimkan mereka ke rumah sakit sekarang!”
Para staff yang tidak ikut memakan buah liar pun membantu membawa rekannya menuju ke kapal. Tak lama kemudian kapal mulai bergerak dan meninggalkan daerah hutan. Semua peserta hanya berdiri termangu di pinggir sungai, semua berlangsung cepat dan mereka belum sempat bereaksi.
Pimpinan acara dan para staff meninggalkan peserta di hutan belantara. Quinsha tiba-tiba tersadar lalu berteriak, “Pak pimpinan kembali! Jangan tinggalkan kami disini! Apa yang akan kami lakukan kalau kalian meninggalkan kami disini?” Quinsha berlari mencoba mengejar kapal sambil berteriak.
Namun kapal itu sudah menjauh dan tak ada seorangpun diatas kapal yang mendengar teriakannya. Kelima peserta hanya berdiam menatap kapal bergerak menjauh. “Kapal sudah pergi dan meninggalkan kita disini. Apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Quinsha sembari tersedu-sedu.
“Jangan khawatir. Beberapa staff pingsan dan pimpinan beserta staf lainnya panik. Wajar jika mereka melupakan kita disini.” ucap Austin dengan nada tenang. “Nanti mereka pasti sadar kalau sudah meninggalkan kita. Kita tunggu saja mereka pasti kembali.”
Quinsha merasa perkataan Austin ada benarnya dan dia pun mulai tenang. Pada saat bersamaan, Perla dan Jordan baru keluar dari hutan. Perla berjalan dengan wajah cemberut tanpa membawa apapun ditangannya. Sedangkan Jordan membawa beberapa ranting kering di tangannya, tak ada hewan yang mereka tangkap.
“Maafkan aku. Kami tidak bisa menemukan tempat untuk kita bermalam. Tempat ini kosong dan kurasa kita bisa bermalam disini. Sebaiknya kita susun ranting-ranting ini sebagai alas tidur untuk malam ini. Aku dan abangku berhasil mengumpulkan beberapa ranting dan rumput kering, cukup untuk kita semua.” ucap Perla.
“Eh? Dimana pimpina acara dan staffnya? Dimana tim kameramen? Kemana mereka semua?” Perla baru menyadari kalau hanya mereka yang tersisa. Sedangkan pimpinan acara dan para staff sudah menghilang. Wajah Perla langsung menegang dan terlihat pucat memikirkan berbagai kemungkinan buruk.
“Baru saja pimpinan acara dan para staff memakan buah liar yang beracun. Mereka pingsan dan staff yang tidak memakan buah beracun itu membawa mereka dengan kapal. Mereka pergi ke rumah sakit dengan kapal. Hanya kita yang tersisa disini.” jawab Quinsha sedih.
“Lihatlah darah di tanah itu! Mereka muntah darah setelah makan buah liar! Buah itu beracun, mengerikan sekali! Seperti baru saja terjadi tragedi pembunuhan disini!”
Perla melihat kearah gumpalan darah yang memenuhi tanah didekatnya. Wajahnya memucat seolah melihat pembunuhan, lalu dia bertanya, “Semua staff pergi? Tidak ada seorang staff pun yang tinggal? Bagaimana dengan kita? Apa kita tidak jadi syuting?”
“Sebelum mereka pergi, seorang staff memeriksa rekan-rekannya yang pingsan. Dia bilang mereka sudah mati. Setelah kejadian itu pimpinan acara pingsan, mungkin syuting tidak dilanjutkan. Atau tim acara mungkin menghubungi investor dan mengirimkan tim kemari.”
Menyadari bahwa tidak ada lagi kamera yang merekam mereka, ekspresi polos diwajah Perla langsung lenyap. Kini wajahnya memperlihatkan ekspresi licik dan jahat.
Sejak dia memasuki lokasi syuting, dia sudah merasa jijik dengan lingkungan yang kotor. Dia mengenakan rok selutut, ranting dan rumput menggores kakinya.
Dia merasakan kakinya sakit dan gatal. Belum lagi serangga yang beterbangan, tubuhnya digigit nyamuk membuat kesabarannya hilang.
Namun karena ada kamera yang merekam mereka, Perla hanya bisa menahan semuanya dan berpura-pura polos. Dia menampilkan sisi polosnya bak bunga putih yang kuat dan tidak takut menghadapi kehidupan keras di hutan.
Perla tersenyum licik, meskipun mereka ditinggalkan namun ini kesempatan bagus. Tidak ada kamera berarti tidak akan ada yang melihat apapun yang terjadi didalam hutan, itulah yang ada dipikirannya. Dia lupa bahwa sebelumnya pimpinan acara sudah memberitahu kalau mereka sudah memasang kamera tersembunyi didalam hutan.
Tiba-tiba saja Perla mencium aroma wangi. Dia menatap kearah Brielle dan melihatnya sedang menyantap makanan dengan gembira. Perut Perla yang sudah kelaparan pun langsung berbunyi dan mulutnya menelan ludah.
Biasanya dia menghindari makan malam untuk menjaga tubuhnya tetap langsing. Tapi kali ini dia tidak bisa menahan diri lagi. Melihat daging kelinci panggang ditangan Brielle membuatnya semakin kelaparan.
Dia menginginkan daging panggang itu! Perla menoleh kearah Quinsha dan yang lainnya lalu bertanya, “Dimana makanan yang kalian cari?”
“Aku hanya menemukan ini!” Quinsha mengangkat tangannya memperlihatkan sayuran liar.
Perla merasa geram dan berkata dengan ketus, “Aku dan abangku Jordan bekerja keras agar kita bisa tidur nyenyak malam ini. Kami berhasil mengumpulkan ranting dan daun kering untuk alas tidur. Tapi kalian bertiga hanya menemukan sayuran liar? Ini makanan babi! Aku tidak mau makan itu!”
“Ketika aku dan bang Jordan mencari ranting dan daun kering, kami melihat ada beberapa ayam. Kalian tidak berguna! Menangkap ayam saja tidak bisa!” teriak Perla marah.
Quinsha merasa tidak senang dimarahi Perla. Dia pun membalas, “Kami sudah bekerja keras tapi ayam dan kelinci berlari sangat cepat. Wajah jika kami tidak bisa menangkap satu hewanpun! Kau hanya tau memarahi kami! Apa kau tahu sulitnya menangkap ayam dan kelinci?”
“Berani sekali kau membantahku! Kau bilang kallian bekerja keras? Huh! Kerja keras hanya bisa nemuin tumbuhan tak berguna!” seru Perla penuh amarah.
“Lihatlah ranting dan rumput kering yang kalian bawa tidak cukup untuk alas tidur semua orang! Kalian hanya membawa sedikit saja! Untuk alas tidur satu orang saja tak cukup!” balas Quinsha tak mau kalah.
“Apa katamu? Kau berani menyalahkanku?” pekik Perla menatap tajam Quinsha.
Quinsha ketakutan melihat tatapan marah Perla, dia pun mundur dua langkah dan menggelengkan kepalanya. “Aku tidak menyalahkanmu. A----ak----aku hanya……”
Quinsha baru tersadar bahwa status Perla dan Jordan didunia hiburan cukup tinggi. Dia tidak berani menyinggung kedua orang itu, dia tidak akan bisa bertahan di dunia hiburan. Meskipun Quinsha merasa tidak senang, dia tidak bisa mengatakan apapun dan hanya diam.
“Cihh!” dengus Perls jijik melihat Quinsha. “Dasar tidak tahu diri!”
“Karena kau tidak suka tidur beralaskan ranting dan rumput kering, kau pikirkan sendiri caramu tidur malam ini! Jangan menggangguku dan adikku!” sahut Jordan tak kalah sinis pada Quinsha.
Sedangkan Perla kembali menoleh menatap Brielle yang sedang asyik menyantap daging kelinci panggang. Dia tidah bisa menahan diri dan terus menelan ludah. Dia sudah sangat kelaparan dan ingin rasanya merebut daging kelinci panggang dari tangan Brielle.
Perla menatap Jordan dengan ekspresi lemah dan berkata, “Bang, aku sudah berjalan didalam hutan sepanjang sore. Aku lelah dan kelaparan…..” ucapnya seraya melirik kearah Brielle.
Jordan menyadari maksud adiknya dan memandang Brielle yang makan sendirian dikejauhan. Dia merasa tidak senang dan dengan suara lirih berkata, “Tunggu disini. Aku akan membawakan sesuatu untukmu.”
Jordan melangkah menghampiri Brielle. Perla mengikuti dari belakang dengan tatapan tertuju pada daging kelinci panggang yang disantap Brielle. Peserta lainnya pun mengikuti dibelakang mereka. Mereka berharap bisa mendapatkan sedikit makanan dari Brielle. Tanpa rasa malu sedikitpun Jordan menunjuk kearah Brielle.