Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~5
"Nama kamu Ricko kan ?" tanya Olive.
Ricko mengangkat kepalanya lagi. "Hm." sahutnya.
"Apa kamu tidak bisa berbicara, dari tadi ham hem ham hem saja." gerutu Olive tak sabar.
"Kata ibu kalau sedang makan tidak boleh sambil berbicara nanti bisa tersedak." sahut Ricko setelah ia meminum air putih di botolnya.
"Memang kamu sedang makan apa ?" Olive dan teman-temannya terlihat penasaran.
"Klepon, kamu mau? ambil aja, aku bawa lebih kok." Ricko nampak menyodorkan kotak bekalnya pada Olive.
"iiuuuhhh makanan apaan itu baru lihat, itu pasti makanan kampung ya? kan kamu berasal dari kampung." ledek Olive.
"Memang kenapa kalau makanan kampung, ibu buatnya tanpa bahan pengawet kok. Pewarnanya saja pakai daun pandan, jadi ini sehat." ujar Ricko, ia tidak suka jika makanan buatan ibunya itu di hina.
"Aiissshhh, enakan bekalku. Sandwich tuna." Olive memamerkan bekalnya pada Ricko.
"Kamu bawa bekal juga, Liv ?" tanya teman satunya lagi.
"Hari ini aku sengaja membawa bekal biar tidak belanja di kantin, karena uang saku ku mau ku pake buat top up. Karena game ku banyak item yang sedang di perbaharui dan kamu tahu, aku tadi dapat uang saku 200 ribu dari Daddy." ujar Olive seraya memamerkan uangnya.
"Kamu maen game online terus memang nggak di marahin sama Daddy dan Mommy mu ?" tanya temannya lagi.
"Mommy mana peduli setiap hari selalu sibuk dengan arisan sosialitanya dan Daddy ku selalu sibuk kerja, ketemu aja paling kalau lagi sarapan pagi doang." keluh Olive.
"Daddy ku juga sibuk, tapi setiap hari masih mengajakku bermain. kadang juga menemaniku tidur, Jangan-Jangan itu bukan Daddy kandungmu ya ?" ucap temannya itu.
"Tentu saja Daddy ku." sungut Olive pada teman-temannya tersebut.
Sedangkan Ricko yang sedari tadi mendengarkan, nampak sangat bersyukur meski ia bukan anak orang kaya tapi kasih sayang ibunya sangat melimpah untuknya.
"Terima kasih, ibu." gumamnya.
"Kamu Ricko kan? kenalkan namaku Bryan, ayo bermain bola." ajak Bryan pada Ricko.
Bryan adalah anak dari sahabatnya Demian, meski sama-sama anak orang kaya Bryan tidak pernah sombong seperti Olive. Sepertinya perilaku seorang anak itu tergantung dari didikan orangtuanya di rumah.
Ricko yang baru menghabiskan bekalnya langsung memgangguk setuju.
Di sisi lain, Demian terlihat sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Tak beberapa lama Victor nampak mengetuk pintu, lalu ia segera masuk setelah mendapatkan sahutaan dari atasannya itu.
"Apa sudah ada informasi di mana Ariana berada ?" tanya Demian langsung ketika asistennya itu baru masuk.
"Maaf tuan belum ada." sahut Victor.
"Bagaimana sih orang-orang mu itu, cari satu wanita saja tidak becus." gerutu Demian.
"Saya akan mengerahkan orang lagi, tuan."
"Keluarlah, kamu boleh masuk setelah mendapatkan informasi di mana Arianaku berada." sungut Demian.
"Tapi tuan...."
"Apalagi? saat ini tidak ada yang lebih penting dari pada informasi tentang Ariana, mengerti ?" potong Demian.
"Baik tuan, tapi nyonya besar barusan menghubungi saya untuk mengundang anda ke rumah besar bersama nyonya Monica dan juga nona Olive tuan." ujar Victor.
"Katakan saya sedang sibuk." tolak Demian.
"Tapi ini sudah ketiga kalinya anda menolak undangan nyonya besar, tuan. Saya rasa kali ini nyonya besar akan marah." bujuk Victor.
Demian nampak mendesah kasar. "Baiklah, kamu hubungi Monica suruh saja dia pergi duluan bersama Olive nanti aku menyusul." perintah Demian.
"Baik, tuan." sahut Victor yang nampak melengkungkan bibirnya, akhirnya ia akan terhindar dari amarah kedua orangtua atasannya itu.
Rumah besar adalah sebuah Mansion yang sangat mewah dan luas milik keluarga Anggoro. Seorang pengusaha sekaligus konglomerat turun temurun dari keluarga Anggoro.
Tuan Anggoro yang hanya mempunyai seorang Putra, kini di masa tuanya mulai merasa was-was. Karena sampai saat ini, anak satu-satunya itu belum juga memberikan keturunan seorang anak laki-laki sebagai pewaris selanjutnya dari kerajaan bisnisnya.
"Mama, bagaimana kabarnya ?" Monica yang baru datang bersama Olive nampak menyapa ibu mertuanya itu.
"Kami baik-baik saja sayang, di mana suamimu ?" tanya nyonya Anggoro ketika tidak melihat anak kesayangannya.
"Masih di kantor, Ma." sahut Monica.
"Papa bagaimana kabarnya ?" sapa Monica pada ayah mertuanya.
"Kurang baik, jadi kapan kamu bisa memberikan cucu laki-laki buat Papa ?" ujar Tuan Anggoro.
"Itu...." Monica langsung memucat.
"Apa kalian masih tidur terpisah ?" sela nyonya Anggoro yang langsung di anggukin oleh Monica.
Sedangkan tuan Anggoro hanya mendengus kasar dan setelah itu berlalu pergi meninggalkan mereka.
"Maaf, Ma." ucap Monica kemudian.
"Kakek, main sama Olive yuk." Olive nampak mengikuti tuan Anggoro di belakangnya.
"Ya, kemarilah ikut bersama kakek." sahut tuan Anggoro.
"Apa kamu selama ini tidak pernah berusaha merayu Demian ?" tanya nyonya Anggoro setelah kepergian cucunya.
"Sudah Ma, tapi ya gitu mas Demian selalu menolakku. Lagipula masih ada Olive kan Ma, jika Olive di didik dengan benar dia pasti bisa melanjutkan mengurus perusahaan." bujuk Monica.
"Tapi Olive bukan darah daging Demian kalau kamu lupa itu, hanya cucu asli keluarga Anggoro yang bisa menjadi penerus keluarga ini." tegas nyonya Anggoro.
"Maaf, Ma."
"Apa Demian masih sering mimpi buruk ?" tanya nyonya Anggoro yang langsung di anggukin Monica.
"Apa kamu sudah cari tahu, siapa orang yang ada didalam mimpi Demian ?" tanyanya lagi.
"Saya tidak tahu, Ma." sahut Monica.
Beberapa saat kemudian nampak Demian baru datang yang langsung membuat Nyonya Anggoro dan Monica menghentikan obrolannya.
"Sore, Ma." sapa Demian yang baru masuk ke dalam rumah besar.
"Sore sayang, apa harus Mama ancam dulu baru mau pulang." sungut nyonya Anggoro.
"Saya sibuk Ma, mama tahu sendirikan akhir-akhir ini perusahaan berkembang pesat." sahut Demian.
Tuan Anggoro yang mendengar suara putra kesayangannya langsung bergegas keluar dari kamarnya.
"Percuma berkembang pesat kalau tidak ada penerus yang akan mengurusnya nanti." sindirnya pada sang Putra.
"Sudah saya bilang Pa, saya tidak mau mempunyai anak. Kalau nanti tidak ada yang meneruskan serahkan saja pada yayasan sosial." sahut Demian yang langsung membuat ayahnya itu geram.
"Dasar anak kurang ajar, menyesal papa kenapa dulu hanya mempunyai satu anak saja." sungut tuan Anggoro seraya mendudukkan dirinya di kursi pijatnya.
"Hamilin satu wanita saja tidak becus." gerutunya lagi.
Sedangkan Demian hanya menganggap angin lalu amarah sang Ayah, karena setiap bertemu pasti hanya itu yang di bahasnya.
Kalau saja istrinya itu adalah Ariana, dengan senang hati Demian akan memberikan banyak cucu pada orangtuanya.
"Ariana, di mana kamu sayang."
Demian nampak menatap gemerlap lampu taman dari jendela depannya.
"Daddy." teriak Olive yang baru keluar dari kamar sang kakek.
"Hm, ada apa ?" sahut Demian setelah berbalik badan menatap sang putri.
"Daddy tahu nggak kalau di kelasnya Olive ada anak baru dari kampung." ucap Olive.
"Benarkah ?" kini Monica yang menimpali.
"Benar Mom, apa Mommy tahu masa dia bawa bekal klepon." Olive nampak tertawa mengejek.
"Klepon." Demian langsung menatap putri kecilnya itu.
wah kamu tuh Victor ga menghargai Nina..
hijrah
ini zinah ya ukhty ya akhy 😊
tunggakan bacaan ini sudah banyak yang melenceng dari ajaran syariat Islam
hijrah ke jalan yang benar dan lurus dengan pemahaman para ulama Sunnah
setidaknya gak harus kerja di bar