NovelToon NovelToon
Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Fantasi Wanita
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: monoxs TM7

Di bawah cahaya bulan, istana di lembah tersembunyi menjadi saksi kelahiran seorang bayi istimewa. Erydan dan Lyanna, pengemban Segel Cahaya, menyambut putri mereka dengan perasaan haru dan cemas.

"Dia adalah harapan terakhir kita," ujar Erydan, matanya menatap tanda bercahaya di punggung kecil bayi itu.

Lyanna menggenggam tangannya. "Tapi dia masih bayi. Bagaimana jika dunia ini terlalu berat untuknya?"

Erydan menjawab lirih, "Kita akan melindunginya."

Namun di kejauhan, dalam bayang-bayang malam, sesuatu yang gelap telah bangkit, siap mengincar pewaris Segel Cahaya: Elarya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon monoxs TM7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Pengorbanan yang Terpendam

Keheningan malam di sekitar mereka terasa hampir mencekam, meski kemenangan baru saja mereka raih. Langit di atas mereka dihiasi oleh bintang-bintang yang tampak jauh dan tak terjangkau, seakan dunia ini berputar di luar jangkauan mereka. Elarya duduk bersandar pada Kael, merasakan beban dari pertarungan yang baru saja mereka lalui. Namun, meski tubuhnya kelelahan, pikirannya tetap terjaga, terjaga oleh ketakutan yang tak bisa diabaikan.

Kael menyandarkan tubuhnya ke pohon besar di dekat mereka, menjaga agar Elarya tetap nyaman dalam pelukannya. Meskipun dia berusaha untuk tetap tenang, kecemasan di matanya tak bisa disembunyikan. "Elarya, kau pasti tahu kan? Ini belum berakhir."

Elarya menatap langit malam, menenangkan pikiran yang mulai gelisah. "Aku tahu," jawabnya perlahan. "Meskipun aku berhasil mengendalikan segel ini, aku merasa ada sesuatu yang lebih besar yang mengintai."

Kael mengusap rambutnya yang basah oleh keringat. "Itu pasti berkaitan dengan ancaman yang lebih gelap, kan? Aku bisa merasakannya, Elarya. Energi dari makhluk itu berbeda."

Elarya mengangguk. "Benar, Kael. Makhluk itu bukan hanya sekadar iblis biasa. Aku bisa merasakan kehadiran yang lebih besar di baliknya. Sesuatu yang lebih kuat, lebih berbahaya."

Dalam keheningan malam itu, hanya suara hembusan angin yang terdengar. Kael menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan kecemasan yang mendera. "Kau yakin bisa menghadapinya?"

Elarya menatap Kael dengan tatapan yang tajam dan penuh tekad. "Aku tidak punya pilihan. Segel ini adalah warisan yang diberikan ayahku, dan aku tak akan membiarkan dunia ini hancur begitu saja."

"Tapi kau tidak sendirian," kata Kael lembut, menatapnya dengan penuh keyakinan. "Kita akan melalui ini bersama, Elarya."

Elarya tersenyum tipis, namun senyum itu cepat memudar saat sebuah bayangan gelap melintas di benaknya. "Kael," ucapnya pelan, "kekuatanku... segel ini... terasa semakin berat. Aku takut jika aku tidak bisa mengendalikannya, semuanya akan hancur. Bukan hanya kita, tapi dunia ini."

Kael mengangkat dagunya dengan lembut, menatap Elarya dalam-dalam. "Kau terlalu keras pada diri sendiri. Kau sudah melalui begitu banyak hal, dan aku tahu, kau bisa menghadapinya."

Elarya hanya diam, tidak tahu harus berkata apa. Perasaannya begitu bercampur aduk—antara harapan dan kecemasan yang terus menggerogoti hatinya. Di satu sisi, ia tahu Kael benar. Mereka telah melewati banyak hal bersama, dan mereka selalu berhasil menghadapinya. Namun, kali ini terasa berbeda. Ancaman yang mereka hadapi bukan lagi sesuatu yang bisa mereka perangi dengan mudah.

"Tapi aku harus lebih banyak belajar mengendalikannya," lanjut Elarya dengan suara yang lebih tegas. "Aku tidak bisa membiarkan kekuatan ini menjadi bumerang yang akan menghancurkan segalanya."

Kael menggenggam tangannya, seolah ingin memberi kekuatan. "Jangan biarkan kekuatan itu mengendalikanmu, Elarya. Kau adalah pemilik segel ini, bukan sebaliknya. Ingat, kau lebih dari sekadar kekuatan itu."

Elarya menatap Kael sejenak, merasakan kenyamanan yang hanya bisa ia temukan dalam pelukannya. "Aku tahu. Terima kasih, Kael."

Namun, seiring dengan semakin beratnya beban yang dirasakannya, Elarya merasakan ketegangan yang semakin kuat. Seperti ada sesuatu yang mengintai di kedalaman jiwanya. Ada sesuatu yang siap meledak, sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan sepenuhnya.

Sekilas, udara di sekitar mereka terasa semakin dingin. Angin yang berhembus dengan lebih kencang, dan langit yang sebelumnya tenang, kini mulai dipenuhi oleh awan gelap. Elarya merasakan getaran dalam tubuhnya. Tidak hanya dari segel cahaya, tetapi juga dari suatu kekuatan gelap yang datang.

"Kael..." ucap Elarya dengan nada gugup. "Ada sesuatu yang datang. Sesuatu yang sangat kuat."

Kael segera berdiri, matanya memindai sekitar mereka dengan penuh kewaspadaan. "Aku bisa merasakannya. Kita harus segera pergi. Mereka datang."

Sebelum Elarya sempat mengerti sepenuhnya, bayang-bayang hitam mulai muncul di antara pepohonan, bergerak dengan cepat. Angin semakin kencang, membuat dedaunan berguguran. Di kejauhan, mereka bisa melihat sosok-sosok yang bergerak mendekat, diselimuti kabut gelap dan aura yang sangat berbahaya.

"Ini... lebih buruk dari yang kita kira," gumam Kael, menyiapkan pedangnya.

Elarya mengangkat tangan, berusaha memusatkan kekuatan segelnya, namun kali ini, aliran energi terasa lebih sulit dikendalikan. Kekacauan yang datang begitu mendalam, bagaikan sesuatu yang mencoba merobek segel itu dari dalam dirinya. Jantungnya berdetak lebih cepat, dan dia merasa seolah-olah kekuatan segel itu memanggil sesuatu yang lebih gelap.

"Kael, aku... aku tidak bisa mengendalikannya!" teriak Elarya, tubuhnya mulai terjatuh karena tekanan yang luar biasa.

Kael segera meraih tubuhnya, memegangnya erat. "Elarya, tetaplah kuat! Kita bisa melawan ini bersama."

Namun, sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, sosok gelap yang besar muncul di depan mereka. Makhluk itu muncul dari kabut, tubuhnya tinggi menjulang dengan mata yang bersinar merah, memancarkan kekuatan yang luar biasa.

"Ini tidak akan mudah," bisik Kael, menatap makhluk itu dengan hati-hati.

Elarya mengangkat kepalanya dengan susah payah, berusaha menenangkan pikirannya. "Kita harus bertahan. Apa pun yang terjadi, kita harus melindungi dunia ini."

Namun, kehadiran makhluk itu semakin mengancam, dan Elarya tahu, kali ini bukan hanya segel yang harus dia kendalikan, tapi juga dirinya sendiri. Segala yang ia pelajari, segala pengorbanannya, kini diuji di hadapan mereka.

Di saat itulah, angin yang berhembus mengelilingi mereka, menciptakan pusaran cahaya dan kegelapan yang saling bertarung. Di dalam kegelapan itu, Elarya merasakan kekuatan besar yang datang dari dalam dirinya—membentang antara harapan dan kehancuran.

Petaka yang Lebih Besar

Bumi bergetar dengan gemuruh yang semakin keras. Suara desiran angin yang menakutkan bergabung dengan raungan dari makhluk gelap yang baru muncul. Mata Elarya terbuka lebar, mencoba menahan beban yang datang dalam bentuk energi yang melingkupi dirinya. Segel itu berpendar dengan intensitas yang semakin meningkat, namun terasa semakin sulit dikendalikan, seolah-olah ada kekuatan lain yang berusaha mengambil alih.

"Elarya!" seru Kael, suaranya serak karena keputusasaannya melihat keadaan gadis itu yang semakin lemah. "Kau harus bertahan! Jangan biarkan kekuatan itu menguasaimu!"

Namun, Elarya tidak bisa menjawab. Setiap helaan napasnya terasa seperti beban yang lebih berat. Dari dalam tubuhnya, energi segel yang sebelumnya menenangkan kini bagaikan api yang menyala-nyala, menjalar ke seluruh tubuhnya. Suara gemuruh dari makhluk itu semakin mendekat, semakin jelas, semakin mengancam.

Kael melihat makhluk besar itu, yang tubuhnya menyala dengan api hitam. Sosok itu bergerak maju dengan langkah raksasa, setiap jejaknya menciptakan kehancuran di bawah tanah. Dari matanya yang menyala merah, ada kekuatan yang sangat jahat—lebih kuat dari apa yang pernah mereka hadapi sebelumnya.

Makhluk itu membuka mulutnya, dan dari dalam mulutnya, keluar semburan energi hitam yang menyelimuti udara dengan kecepatan mematikan.

"Kael!" teriak Elarya dengan suara lemah, berusaha bangkit meski tubuhnya terasa hancur. "Aku... aku tidak bisa... mengendalikannya!"

Kekuatan itu, yang dia sebut segel, terasa seperti sebuah ancaman besar bagi dirinya sendiri. Setiap detik yang berlalu, seakan kekuatan itu semakin kuat dan tidak bisa dia tahan. Sambil menggenggam dadanya, Elarya merasakan sebuah dorongan yang mengarah ke bagian terdalam dirinya—sebuah petaka yang lebih besar dari apa pun yang bisa dia bayangkan.

Kael berlari ke arahnya, melangkah mantap meski tak bisa mengalahkan rasa takut yang merayapi hatinya. "Jangan khawatir, Elarya. Aku akan ada di sini. Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian."

Tangan Kael menggenggam erat tangan Elarya, berusaha memberikan kekuatan dengan sentuhan yang hangat. Tapi Elarya merasakan sebaliknya. Seperti ada jurang besar yang memisahkan dirinya dari dunia yang ia kenal, dari dunia yang ia ingin lindungi. Perasaan itu menggerogoti hatinya, dan dengan kekuatan segel yang semakin tak terkendali, dia tahu—ini adalah titik balik dari segala sesuatu yang akan datang.

Dari balik kabut, sosok makhluk itu semakin mendekat, dan sebelum mereka bisa bertindak lebih jauh, ia mengangkat tangannya. Dengan gerakan cepat, bola api hitam yang mengerikan meluncur ke arah mereka, meledak begitu dekat hingga seluruh udara terasa panas dan mengerikan.

Kael melompat, mencoba melindungi Elarya dengan tubuhnya. Ledakan itu mengguncang tanah, menghancurkan pepohonan di sekitar mereka dan menciptakan semburan api yang melahap tanah. Kedua tubuh itu terlempar ke samping, tubuh Elarya terguling karena kekuatan ledakan itu.

Kael, yang masih dapat bangkit meski terhuyung, segera meraih tubuh Elarya yang pingsan. "Elarya! Bangun!" panggilnya dengan cemas. Wajahnya penuh ketakutan, tetapi dia berusaha keras untuk tetap tenang. Tangannya mengusap pelan wajah Elarya, dan perlahan gadis itu membuka matanya, terengah-engah, tapi kesadaran kembali padanya.

"Kael... aku..." suaranya lirih, namun ada kegigihan yang muncul dalam matanya.

"Jangan bicara," Kael memotong. "Kita harus pergi, sekarang juga."

Namun, Elarya tidak bisa bergerak. Segel itu kini terasa lebih kuat, lebih menekan, seakan-akan ada kekuatan yang menariknya ke dalam kedalaman kegelapan. "Aku tidak bisa, Kael. Kekuatan ini... semakin kuat, dan aku tidak bisa mengendalikannya."

Kael menggigit bibirnya, merasa frustasi. "Tidak! Kau harus bisa mengendalikannya! Jangan biarkan kekuatan itu menguasaimu!"

Di saat itu, makhluk besar yang sebelumnya mereka hadapi bergerak maju, memunculkan bayangan kelam di atas mereka. Kael tahu mereka tidak punya banyak waktu. "Elarya, dengar! Kita tidak bisa menyerah sekarang. Kekuatanmu—segel itu—adalah bagian dari dirimu. Kau adalah penguasanya, bukan sebaliknya!"

Dengan usaha yang luar biasa, Elarya mengangkat tangannya, mencoba memusatkan pikirannya. Segel itu menyala dengan cahaya yang semakin terang. Namun, kekuatan yang datang dari dalam dirinya terasa seperti api yang menguasai segalanya.

Makhluk itu mengangkat kedua tangannya, dan dengan kekuatan yang luar biasa, ia melepaskan semburan api yang menghancurkan sekitarnya, merobek tanah dan menciptakan kepanikan di udara. Kael berlari ke depan, menghalangi Elarya, dan dengan gerakan cepat, ia mengayunkan pedangnya, berusaha memotong aliran energi api tersebut.

Namun, serangan itu terlalu kuat untuk dihalau. Api hitam itu semakin mendekat, menghantam dinding perisai yang coba diciptakan oleh Elarya dengan tubuhnya yang lemah. Kael tidak menyerah, meskipun rasa takut menyelimuti dirinya. "Elarya! Kau harus mengendalikannya, atau semuanya akan hancur!"

Segel itu bergetar, seolah-olah mendengarkan suara Kael, dan perlahan, cahaya terang mulai memenuhi tubuh Elarya. Namun, semakin besar cahaya itu, semakin besar pula tekanan yang dirasakannya. Ia merasa terperangkap dalam badai kekuatan yang tak terkontrol. "Kael... aku... aku tidak bisa menahannya!"

Keheningan tiba-tiba menyelimuti mereka, dan makhluk itu berhenti, seakan menunggu reaksi dari Elarya.

Waktu terasa melambat. Elarya memejamkan mata, menahan napas, mencoba untuk merasakan kekuatan segel itu sekali lagi, kali ini lebih dalam, lebih jernih. Dalam hati, dia berbisik, "Aku tidak akan membiarkan ini mengalahkan kita. Aku harus mengendalikannya. Aku harus melindungimu."

Di saat itulah, cahaya segel itu menyebar dengan kekuatan luar biasa, menciptakan sebuah benteng cahaya yang menahan serangan api hitam dari makhluk itu. Kael melangkah mundur, terkejut melihat betapa kuatnya gelombang cahaya itu. "Elarya..." bisiknya, tak percaya.

Namun, dalam kedamaian yang muncul sementara itu, Elarya tahu—ini bukanlah akhir. Ini hanya awal dari pertempuran yang lebih besar.

1
Murni Dewita
👣
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Amanda
Memberi dampak besar
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Odette/Odile
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Ainun Rohman
Karakternya juara banget. 🏆
Zxuin: bagus
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!