Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PANTI ASUHAN
Hari minggu ini, Jia mengajak Rere ikut keacara yang diadakan sekolah tempat dia mengajar. Yaitu ke panti asuhan untuk memberi donasi serta mengajak anak panti belajar dan bermain. Jia pikir, dengan kegiatan positif, Rere bisa melupakan masalahnya.
Acara ini rutin diselenggarakan setiap 3 bulan sekali. Uang donasi berasal dari infak murid murid yang dikumpulkan setiap hari jumat.
Rere duduk disebuah bangku sambil melihat anak panti usia 7- 10 tahun yang sedang belajar sambil bermain di halaman.
Rere mengelus perutnya. Kasihan melihat mereka yang tak punya orang tua. Sedang anak diperutnya, meski tak tahu siapa ayahnya, tapi dia lebih beruntung karena memiliki ayah pengganti seperti Romeo.
Romeo, sedang apa pria itu sekarang? Sudah satu minggu dia di Jepang. Selama itukah proses resignnya? Atau barangnya terlalu banyak hingga membutuhkan waktu lama untuk mengurusi pindahan? Kenapa dia tiba tiba memikirkan Romeo seperti ini? Apa ini artinya, di merindukan Romeo?
"Kakak, ayo main denganku." Seorang gadis kecil tiba tiba menarik tangan Rere, membuat wanita itu terbangun dari lamunannya.
"Ayo main." Rengek bocah berusia sekitar 6 tahun.
"Main apa?"
Bocah itu tampak berfikir, tapi tak lama kemudian, dia tiba tiba berlari. "Ayo kejar aku Kakak." Seru bocah itu sambil tertawa cekikian. Wajah polosnya membuat Rere gemas. Tak ingin mengecewakannnya, Rere berlari untuk mengejarnya. Belum juga bocah itu terkejar, Rere merasa kepalanya sangat pusing. Dia berjalan pelan kembali kebangku lalu duduk disana.
"Kakak ayo kejar aku, kejar." Bocah itu menarik narik tangan Rere.
"Maaf sayang, kepala Kakak pusing." Rere memijit mijit kepalanya.
Mendengar itu, bocah kecil itu berhenti menarik tangan Rere. "Kakak sakit?"
Rere menggeleng. "Bukan sakit, tapi ada dedek bayi disini." Rere meraih tangan mungil itu lalu dia letakkan diatas perutnya. "Siapa namamu?"
"Nabila," jawabnya lirih.
"Nama yang sangat bagus, cocok untuk gadis secantik kamu." Puji Rere sambil mengusap lembut kepala Nabila.
Bukannya senang, Nabila malah murung.
"Apa aku cantik?"
Rere mengangguk cepat.
"Tapi kalau aku cantik, kenapa Tuhan tak menyayangiku. Kenapa Dia tak memberiku orang tua?"
Kalau sudah seperti ini, Rere tak bisa menjawab. Dia tak tahu apa yang menyebabkan Nabila berada disini. Apa kedua orang tuanya meninggal, atau dia buang?
"Beruntung sekali dia." Nabila menyentuh perut Rere. "Dia nanti akan punya orang tua yang menyayanginya, ibu dan ayah."
Air mata Rere tiba tiba meleleh. Ayah? Entah siapa ayah kandung dari janin yang ada dalam kandungannya itu. Yang pasti, dia pria biadap yang meninggalkan benih tanpa mau tanggung jawab.
"Kenapa Kakak menangis?" Nabila menyeka air mata Rere.
Rere menggeleng. "Gak papa sayang."
"Kakak sedang sedih ya?"
Bohong jika dia bilang tidak sedih. Masalah yang Rere hadapi cukup rumit dan membuatnya tertekan. Tapi rasanya malu jika dia harus mengeluh pada Nabila. Gadis sekecil itu bisa tabah hidup tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Sedangkan dia, masih ada orang tua yang menyayangi, dan juga ada Romeo yang begitu perhatian, masih pantaskah dia mengeluh?
"Biasanya orang orang yang kesini minta kami doakan. Katanya, doa kami mudah dikabulkan. Apa Kakak ingin meminta sesuatu, biar aku bantu mendoakan?"
Rere menyentuh kepala Nabila. Bocah polos itu benar benar terlihat tulus ingin mendoakannya.
"Kakak hanya ingin bahagia."
"Jadi Kakak tidak bahagia sekarang?"
"Bukan begitu tapi..."
"Biasanya orang yang memiliki anak akan meminta kami mendoakannya agar segera hamil. Dan orang yang sakit, meminta didoakan agar sembuh. Jadi jika Kakak ingin bahagia, itu artinya Kakak sedang sedih saat ini."
Sesimpel itu yang ada dipikiran Nabila. Saat orang minta sembuh, artinya dia sakit. Saat orang minta kaya, artinya dia miskin. Dan jika orang minta bahagia, artinya orang tersebut sedang tak bahagia alias sedih.
"Siapa nama Kakak?"
"Rere."
Nabila segera mengangkat kedua tangannya. Tak lupa meminta Rere ikut mengaminkan doanya. Menghadap kiblat lalu merapikan hijabnya.
"Ya Allah, buatlah Kak Rere bahagia. Hilangkan semua kesedihannya."
"Aamiin..."
Doa itu terdengar sangat sederhana, tapi maknanya luar biasa.
Rere mendengar suara dering ponsel yang berasal dari dalam tasnya. Ternyata ada panggilan video call dari Romeo. Segera dia menjawab panggilan tersebut.
"Sedang dimana kamu?" Romeo merasa asing dengan tempat disekitaran Rere. Selain itu, dia juga mendengar suara anak anak.
"Coba tebak." Rere mengarahkan kamera ponselnya kesekeliling.
Romeo mengerutkan kening, mencoba menerka nerka ada dimana Rere saat ini. Tapi begitu melihat banyaknya anak kecil Romeo jadi terpikirkan suatu tempat.
"Panti asuhan?"
Rere mengangguk cepat. "Yups, benar sekali. Maaf, aku tak meminta ijin dulu padamu. Aku kesini bersama mama." Ada perasaan sungkah dihati Rere. Dia sama sekali tak ingat untuk meminta ijin sebelum pergi, mungkin karena belum terbiasa.
"It's ok, gak masalah."
"Siapa dia?" Romeo melihat seorang gadis kecil disebelah Rere.
"Dia sahabat baruku, Nabila."
"Hai Nabila." Romeo melambaikan tangannya kearah Nabila.
"Hai Om....." Nabila menoleh kearah Rere. Bingung harus menyapa apa karena dia tak tahu namanya.
"Om Romeo, dia suami tante Rere," terang Rere.
"Hai Om Romeo." Dengan tawa khas anak anak, Nabila melambaikan tangannya kearah Romeo.
"Nabila, Om nitip tante Rere ya, ajak dia main biar happy."
"Tadi Kak Rere nangis Om, dia sedih, terus minta Nabila mendoakan agar dia bahagia."
"Benarkah itu?" Nabil menganguk cepat.
Romeo menatap Rere, matanya wanita itu tampak merah, jelas sekali jika dia baru saja menangis.
"Bilang pada Kak Rere, doa Nabila akan segera terkabul. Om Romeo akan membuat Kak Rere bahagia. Bahkan hingga lupa bagaimana caranya meneteskan air mata."
Terdengar suara ibu panti memanggil Nabila. Bocah itu segera pamit untuk bergabung dengan teman temannya.
"Kapan pulang?"
"Kau merindukanku?" Romeo balik bertanya.
"Bukankah itu yang kau minta sebelum berangkat, agar aku merindukanmu."
"Dan akhirnya, kau merindukanku?"
"Maybe." Rere mengedikkan bahunya.
"Aku bukan orang jahat yang akan menyiksamu dengan rindu, karena rindu itu berat. Nanti malam, aku akan pulang."
selamat meo n rere 💐🤗
momen yg dinanti reader, pengakuan Romeo, dan akhir cerita kisah Romeo nd Rere /Slight/
deg-degan juga menuggu momen itu 🙁