Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Simpanan atau Tawanan?
Ojek online yang membawa Adiba berhenti tepat di depan sebuah gedung yang bertuliskan Lembaga pemasyarakatan kelas xx.
Adiba mengerutkan keningnya setelah membaca tulisan itu,ia berfikir keras apa yang akan pria itu lakukan pada nya di gedung itu? Untuk apa mereka bertemu di gedung tahanan itu? segala macam pertanyaan muncul di benak Adiba.
" Mari nona,tuan muda sudah menunggu" ucap seorang pria yang ia lihat sore tadi bersama pria yang ia temui.
Adiba mengangguk, walaupun bingung,tapi ia berusaha menuruti perintah pria asing itu,Adiba berharap semuanya berjalan lancar.
Hingga tiba di sebuah ruangan,Adiba melihat seorang pria duduk memunggungi pintu,Adiba juga melihat ayah nya duduk di balik jeruji besi dan tengah menatap sendu padanya.
" Ayah... assalamualaikum" sapa Adiba lembut,ia lebih dulu menyapa cinta pertama nya itu,menghambur memeluk tubuh yang tampak tak terurus,namun masih bisa berusaha menunjukkan senyuman nya.
" Waalaikumsalam..putri ayah" jawab ayah Adiba seraya membalas pelukan sang putri, mengecupi puncak kepala nya yang tertutup hijab"
Adiba begitu bahagia bisa melihat, bertemu dan berbicara dengan ayahnya,ia memeluk erat tubuh sang ayah dengan penuh haru dan sayang, sampai-sampai ia tak menyadari seseorang tengah menatapnya dengan tatapan mematikan.
" Bisa kita segerakan? saya tidak punya banyak waktu?" tanya suara dingin menyadarkan Adiba yang tengah memeluk sang ayah.
Dengan sangat terpaksa dan berat hati,pria yang bergelar ayah itu mengangguk, menyegerakan apa yang pemuda di hadapannya inginkan, mereka sudah berbicara di awal sebelum kehadiran sang putri.
" Sudah Tuan, silahkan" Jawab ayah Adiba lirih, sedangkan Adiba diam memperhatikan interaksi keduanya, kecerdasan nya mulai aktif dan menerka apa yang akan terjadi, untuk itu Adiba menggenggam erat tangan sang ayah.
" Ayah..." panggil Adiba lirih.
" Ayah mengerti nak, maafkan ayah yang tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidup mu,membuatmu terpaksa harus mengambil jalan ini" di luar dugaan ayah Adiba justru terlihat begitu tenang.
Adiba mengerutkan keningnya mendengar ucapan sang ayah, apakah ayah nya salah paham? Sedangkan pria yang duduk di depan nya terlihat begitu tenang dengan wajah angkuh dan dinginnya.
Ayah Adiba mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Abizar, keduanya terlihat begitu serius, mengucapkan kata-kata sakral yang dapat mengubah status Adiba sebagai seorang anak menjadi seorang istri.
Sah
Sah
Sah
Kata itu menyadarkan Adiba kembali pada kenyataan di hadapannya, seorang pria yang mungkin berstatus sebagai ustadz mengucapkan selamat atas pernikahan Adiba dan Abizar,tak lupa pria berjubah putih itu membacakan beberapa doa.
Pernikahan selesai,ayah Adiba kembali di bawa ke tahanan nya, yang di iringi dengan lelehan bening sang putri disertai tatapan sendu.
Sedangkan di ruangan berkunjung itu hanya tinggal Adiba,Abizar dan pria yang selalu berada di sisi Abizar,siapa lagi kalau bukan asisten pribadi nya.
" Berikan padanya" perintah Abizar pada asistennya.
Dengan paruh sang asisten menyerahkan sebuah map,satu lembar cek bertuliskan nominal uang yang tadi di jadikan sebagai mahar.
" Nona silahkan tanda tangan" perintah asisten Abizar sopan.
Adiba mengangguk,tapi sebelumnya ia lebih dulu membuka dan membacanya,tak ada satupun dari isi perjanjian itu yang menguntungkan dirinya,kecuali jumlah uang yang di janjikan sebagai kompensasi atas pelayanan yang akan ia berikan untuk pria di depannya itu.
Adiba menarik nafasnya dalam-dalam dan meng hembuskan secara perlahan,walau ragu,namun ini sudah terlanjur dan demi kebebasan sang ayah,Adiba menandatangani surat perjanjian itu,Abizar berjanji hanya akan memenjarakan ayah Adiba selama dua tahun,dari awalnya 15 tahun.
" Tuan, bolehkah saya mengajukan satu permintaan saja?" tanya Adiba seraya menatap wajah lawan bicaranya.
" Katakan" perintah Abizar tegas.
" Selama perjanjian ini belum berakhir,saya ingin anda tidak tidur dengan wanita lain,selain dari itu saya tidak masalah" pinta Adiba jelas,namun wajahnya bersemu merah.
Abizar tersenyum mengejek mendengar persyaratan dari Adiba " ternyata hanya wajahmu Saha yang polos, pikiran mu ternyata serakah,kamu kira kamu berhak mengatur ku? Hem?" bukan nya menjawab, Abizar justru menghina Adiba,dan itu membuat mental gadis berhijab itu sedikit down.
Adiba menundukkan wajahnya,kedua tangannya saling meremas kuat, keringat bercucuran di tubuhnya" maaf" hanya kata itu yang terlontar dari bibir mungilnya.
" Kamu itu hanya jalang ku,jalang berkedok istri siri,derajatmu sama dengan wanita simpanan,ingat itu" hina Abizar pedas.
Deg...
Kata demi kata yang Abizar ucapkan bagai sebilah pisau tajam yang menghujam tepat di jantung dan ulu hatinya.
Namun begitu Adiba tetap mengangguk patuh, dadanya terasa begitu sesak,sekuat tenaga ia tidak ingin meneteskan air matanya di hadapan pria yang telah menghinanya dengan sangat kejam itu.
" Bawa dia" perintah Abizar pada asistennya setelah melihat Adiba menandatangani perjanjian yang ia buat, yang secara terang-terangan hanya menguntungkan dirinya.
" Baik tuan muda" patuh asisten Abizar.
" Mari nona " ajak asisten Abizar sopan,dalam hatinya begitu iba melihat Adiba,ia yakin gadis cantik yang baru saja di nikahi tuan muda nta itu adalah wanita baik-baik.
Lagi-lagi Adiba mengangguk patuh, mengikuti langkah lebar pria di depannya,Adiba di bawa menggunakan mobil terpisah dengan Abizar,pria tampan itu memasuki sebuah sport car mewah buatan eropa, sedangkan Adiba di bawa menggunakan mobil yang tidak pernah ada yang tau bahwa mobil itu milik Abizar.
" Silahkan nona,tuan muda telah menunggu anda" ucap asisten pribadi Abizar,pria itu membawa Adiba ke sebuah renah yang terdapat di pinggiran kota,lebih tepatnya seperti sebuah villa sederhana,jauh dari rumah lainnya.
Adiba mengangguk patuh, ia menekan handle pintu, matanya memindai keseluruhan ruangan yang terlihat seperti ruang tamu dan menyatu dengan dapur yang di lengkapi kitchen set minimalis dan sebuah mini bar,satu set kursi makan sangat minimalis.
" Tuan berada di kamar ini nona" Adiba mengikuti petunjuk pria yang membawanya itu, terlihat ada dua buah pintu, yang artinya villa itu memiliki dua kamar tidur.
Adiba membuka pintunya, melangkahkan kakinya memasuki kamar yang terlihat cukup mewah,tak kalah dengan kamar hotel, terdapat tempat tidur yang lumayan besar dan satu buah lemari pakaian dan satu set meja rias,juga terdapat satu buah sofa.
Adiba melihat Abizar duduk di sofa membelakangi pintu,pria itu terlihat sedang menatap jendela, kakinya ia silangkan.
" Lakukan tugas mu" perintahnya pada Adiba tanpa basa-basi.
Adiba yang bingung,merasa kikuk,ia tidak paham apa yang Abizar perintahkan, berfikir sejenak hingga ia tersadar akan statusnya di hadapan Abizar.
Dengan tangan bergetar hebat dan keringat mulai membasahi keningnya,Adiba memulai dengan melepas hijabnya, hingga tampak rambut panjang indahnya yang tersanggul rapi, memperlihatkan leher jenjangnya.
Sedangkan Abizar tak sedikitpun melihat nya.
Adiba melanjutkan dengan mulai membuka satu demi satu kancing dress panjang nya, hingga akhirnya berada di kancing terakhirnya,dan dengan tangan yang semakin bergetar,Adiba menurunkan dress panjang nya hingga jatuh menyentuh lantai,kini yang melekat di tubuhnya hanya kain segitiga yang menutupi area paling sensitif nya dan benda berbentuk kacamata yang menutupi dua gunung kembarnya.
Adiba berdiri kaku, tubuhnya terasa ingin jatuh,kedua tangannya tersilang di dua tempat sensitifnya yang berusaha lebih ia tutupi,saat ini Adiba merasa dirinya hancur,tapi sekuat tenaga ia menyadarkan pikiran nya dengan menganggap bahwa ini adalah kewajibannya sebagai seorang istri,melayani suaminya.
Setelah menunggu beberapa menit Adiba tak menghampirinya, membuat Abizar bangkit dari duduknya dan membalikkan tubuhnya menghadap wanita yang ia katakan sebagai budak nya.
Deg...deg..deg..
Sungguh jantung Abizar berdetak begitu kencang,seakan akan melompat dari tempatnya, darahnya seakan terpompa,ia bahkan tak berkedip walau sedetik pun melihat pemandangan tak terduga di hadapannya saat ini.
" Indah, sempurna" kata itulah yang muncul dalam benak nya saat menatap wanita di depannya.
Dan entah mengapa,jiwa kekelakian nya muncul tanpa harus di sentuh, tubuhnya bereaksi dengan cepat, darahnya seakan terpompa dengan sangat kencang,namun sekuat tenaga Abizar mengendalikan dirinya agar tidak terlalu terlihat bahwa saat ini ia begitu ingin menerkam mangsanya.
Abizar melangkah mendekati Adiba, membuat wanita cantik itu memundurkan langkahnya saat menyadari Abizar mendekati nya, wajahnya semakin tertunduk dalam, hingga berujung ia harus berhenti karena punggungnya terbentur pintu.
" Ternyata kau lebih jalang dari yang ku bayangkan, bahkan kau tak ingin menolak saat aku memintamu untuk memulai, sudah berapa laki-laki yang menikmati tubuh mu ini Hem?" lagi-lagi Abizar mengatakan kata-kata yang sangat menyakiti hati Adiba.
Abizar seakan memiliki dendam pribadi selain tentang kasus sabotase mobil kedua orang tuanya,Abizar seperti sudah mengenal Adiba.
Greb...
Hanya dengan satu tarikan,Adiba sudah berada dalam dekapan Abizar,pria itu merengkuh erat pinggang ramping Adiba, mengusapnya naik turun,membuat tubuh Adiba meremang,ia memejamkan matanya, sekuat tenaga menahan agar bibir nya tak mengeluarkan suara-suara aneh.
sedih baca kisah hidup adiba.
smpe kapan adiba diperlakukan pemuas hasrat abizar saja..
setelah kontrak dg abizar, adiba bisa bahagia n sukses dg profesi dokternya
tinggal menghilangkan kesombongan Abi🤣🤣🤣
tapi yg jelas yang paling pusing adalah abizar.ini semua tak lain ya karena keputusannya sendiri...