(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!)
Demi mendapatkan uang untuk mengobati anak angkatnya, ia rela terjun ke dunia malam yang penuh dosa.
Tak disangka, takdir mempertemukannya dengan Wiratama Abimanyu, seorang pria yang kemudian menjeratnya ke dalam pernikahan untuk balas dendam, akibat sebuah kesalahpahaman.
Follow IG author : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JANGAN!!!
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Wira tiba di rumah dalam keadaan setengah mabuk. Langkahnya sempoyongan, namun masih memiliki kesadaran sepenuhnya. Saat memasuki rumah, bersamaan dengan Via yang baru saja mematikan lampu ruang tengah.
Wira melirik kesana-kemari, mencari sosok gadis kecil yang selalu ada bersama sang istri. Akan tetapi tak terlihat sosok si kecil Lyla. Wira pun meyakini jika Lyla sudah tidur.
Tanpa disadari oleh wanita itu, Wira sudah berdiri di belakangnya dengan tatapan dinginnya. Via begitu terkejut saat berbalik dan mendapati Wira di hadapannya. Tatapannya yang mengintimidasi, tangannya yang mengepal, dan raut wajah yang terlihat jelas dalam keadaan marah membuat Via merasa takut. Perlahan ia mundur beberapa langkah, namun Wira semakin mendekat padanya, hingga punggung wanita itu menempel di dinding.
"Maaf, Mas ... Aku mau kembali ke kamar," ucapnya ragu-ragu. Saat akan melangkah pergi, Wira menarik pergelangan tangannya. Ia mencengkram kedua lengan Via erat-erat, sehingga wanita itu meringis kesakitan.
"Kenapa kau lakukan semua ini?" teriak Wira. Suaranya yang menggelegar menggema di ruangan itu. "Jawab aku, kenapa?"
"Ma- mas Wira kenapa? Le-lepaskan aku, Mas ... ini sakit," lirih Via menahan sakit di lengannya. Dan, saat itu juga, Wira mendorongnya hingga terhuyung ke lantai.
"Kau adalah wanita terjahat yang pernah aku temui. Teganya kau lakukan semua ini! Katakan padaku apa yang kau inginkan?!" teriak Wira sekali lagi.
Via masih dalam posisi terduduk di lantai. Ia sama sekali belum menangkap apa maksud perkataan suaminya itu. Hanya satu hal yang disadari oleh Via, Bahwa Wira sedang dalam keadaan mabuk. Wanita itu menyeka setitik air matanya.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Wira beranjak meninggalkan Via, namun saat menapaki anak tangga pertama, ia terjatuh. Sementara Via segera bangkit menuju tangga dan mencoba membantu Wira berdiri, walaupun Wira berusaha menolak.
"Lepaskan!" bentak Wira mendorong tubuh Via agar menjauh darinya. "Jangan sentuh aku!" Wira mencoba berdiri lagi, namun kembali terduduk di anak tangga.
"Ayo, Mas! Aku bantu ke kamar." Via dengan penuh kesabaran membantu Wira berdiri, melingkarkan tangan Wira di bahunya, lalu membawa sang suami menuju kamar di lantai atas. Selama menuju kamar, tak. henti-hentinya Wira mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan bagi Via. Namun, wanita itu hanya dapat mengusap dada, atas semua hinaan Wira padanya.
Bersabarlah Via, yang kau hadapi ini manusia biasa. Dia bukan malaikat yang memiliki kesempurnaan. Hanya kalimat itu yang terus diucapkan Via dalam hati, agar kebencian tidak sampai ada di hatinya.
Saat tiba di dalam kamar, Via hendak membaringkan Wira di tempat tidur. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Wira mendorong tubuh Via hingga terhempas ke tempat tidur. Wanita itu hendak bangkit, akan tetapi Wira dengan cepat menahan tubuhnya, memposisikan tubuhnya di atas Via.
"Apa yang kau cari selama ini? Uang atau kepuasan?" tanya Wira dengan raut wajah tak tertebak. Tatapannya semakin membuat Via ketakutan. Sebisa mungkin, wanita itu berusaha melepaskan diri dari Wira. Namun, tenaganya kalah banyak. Wira semakin membelenggu tubuhnya, kemudian berbisik, "Aku bisa memberikan semua itu padamu."
Kedua bola mata Via telah dipenuhi cairan bening, menyadari apa maksud ucapan Wira. "Lepaskan aku, Mas. Tolong ..."
Bukannya melepas, Wira malah semakin kasar memperlakukan Via. Sementara Via hanya dapat meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari suaminya itu.
"Kenapa kau memintaku melepasmu? Ini kan yang kau cari selama ini? Kau bisa mendapatkan semua itu dariku. Ayo, layani aku!" Wira menarik piyama yang dikenakan oleh Via, namun sekuat tenaga, wanita itu mempertahankannya. Walaupun Via menyadari Wira adalah suaminya, dan memiliki hak penuh atas dirinya, namun bukan dengan cara seperti ini diinginkan Via. Terlebih, Wira meminta haknya dengan memaksa dan bertindak kasar.
"Ja-jangan, Mas! Aku mohon jangan seperti ini ..." lirihnya lagi sambil berusaha melepaskan tangan Wira.
"Jangan? Kenapa? Kau biarkan orang lain di luar sana menjamahmu, bahkan kau sampai punya seorang anak. Tapi kenapa kau malah menolak suamimu sendiri." Wira berbicara dengan nada santai, namun terdengar sangat menakutkan bagi Via. "Ayolah Via, aku akan berikan uang dan kepuasan yang kau cari selama ini."
Wira mendaratkan bibirnya di leher kanan Via. Wanginya aroma tubuh dan rambut sang istri membuat Wira begitu terhanyut. Via masih berusaha mendorong Wira, akan tetapi Wira semakin menjadi-jadi, ia menangkup wajah Via dan mengecup bibirnya dengan paksa. Via terdiam, yang ada hanya suara isakannya, membuat Wira segera melepaskan ciumannya.
"Balas! Kenapa kau diam saja!" ucapnya ketika merasa Via sangat kaku, seolah belum pernah berciuman sebelumnya. Bahkan Wira dapat merasakan seluruh tubuh Via yang gemetaran, dengan wajah yang sudah memucat.
Masih dengan sisa ketakutannya, Via memberanikan diri menatap mata suaminya itu. Bukan hanya fisiknya yang terasa sakit, namun perlakuan Wira yang kasar membuat hatinya terluka.
"Jangan, Mas!" Lagi dan lagi, Via berusaha mempertahankan pakaiannya yang telah setengah terbuka karena ulah Wira.
****