Seri Kelanjutan dari Novel PENGUASA BENUA TERATAI BIRU. Bagi yang ingin menyimak cerita ini dari awal, silakan mampir di penguasa Benua Teratai Biru 1, dan Benua Teratai 2.
Dunia Kultivator adalah jalan menuju keabadian yang merupakan jalan para dewa. Penuh dengan persaingan, pertentangan dan penindasan.
Kisah ini menceritakan sosok Qing Ruo, pemuda yang memiliki takdir langit sebagai seorang penguasa. Sosok yang awalnya di anggap lemah, di hina dan hidup dalam penindasan.
Bagaimana kisahnya. Simak perjalanannya menjadi seorang penguasa.
Penulis serampangan.
Yudhistira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Shui Yang.
Di tempat lain.
Qing Ruo yang telah berada di dalam pulau kecil itu, terus mencari sumber daya yang dimaksud oleh Thou Thou sebelumnya, bergerak tanpa menghiraukan suara pertempuran yang terjadi di atas langit pulau.
setelah bergerak dan mencari sepanjang waktu, Qing Ruo akhirnya menemukan sebuah gua yang tersegel, yang berada di wilayah terlarang pulau.
" Mantra ilusi lagi." membatin sambil membuka segel itu, dan memasuki gua.
" Swhus...." aura sumber daya yang ada di dalam gua menyapu wajahnya.
" Sumber daya tingkat tinggi..." membatin saat merasakan aura emas yang dipancarkan oleh sumber daya tersebut.
Dengan tenang dan berhati-hati, Qing Ruo terus bergerak memasuki gua, melewati berbagai rintangan yang di tempatkan di sepanjang lorong, sambil melepakan segel mantra formasi untuk menyamarkan tindakannya.
Setelah bersusah payah, Qing Ruo akhirnya tiba di ruangan utama gua tersebut.
" Teratai Merah...." ucap Qing Ruo sambil mengerjapkan matanya, menatap setangkai bunga teratai merah yang mengambang di atas kolam air langit, yang terus menerus memancarkan aura emas.
" Apakah ini mantra ilusi lagi," ucapnya sambil mengedarkan mata emas mengamati tempat itu dengan seksama.
" Sepertinya aman..." tersenyum, sambil memasuki kolam dan memindahkan setangkai teratai merah yang sudah mulai berbunga ke dalam dunia jiwa.
Baru saja teratai merah itu berpindah ke dalam dunia jiwa, bergerak pergi, tiba-tiba terdengar raungan keras menggentarkan pulau kecil itu.
" Swhus..." Qing Ruo melesat meninggalkan tempat itu dengan cepat.
****
Di atas langit pulau kecil.
" Roargh..." raungan keras seekor naga Air perak bertanduk emas muncul dari langit, menatap ular hijau raksasa dengan kesal.
" Bodoh...! Apa yang kamu lakukan di tempat ini!" ucap sang naga sambil melepaskan tembakan pada Liong Hei dan Jinse yang langsung bergerak menghindar.
" Maksud tuan...?" tanya Ular hijau itu kebingungan.
" Mereka ini hanya pengalihan!" ucapnya murka sambil melepaskan tembakan air.
" Oh tidak, itu berarti teratai itu telah hilang. Bagaimana bisa begitu bodoh..." ucapnya dengan sedih dan murka, menatap Liong Hei dan Jinse yang terus bergerak menghindari serangan sang Naga Air dengan tatapan kebencian.
" Dhuar... dhuar..." ledakan keras mengguncang langit pulau kecil itu, membuat beberapa pendekar yang berada di kawasan danau biru yang sebelumnya keluar dari tempat itu, kini benar-benar pergi menjauh.
" Seseorang pasti telah memancing kemarahan Naga Air Perak," ucap seseorang sambil bergerak meninggalkan kawasan danau dengan kecepatan puncaknya.
" Baj***n. Siapa yang begitu gila melakukan hal ini..." seorang yang lain mengumpat kesal
" Benar, aku bahkan hampir menerobos, tetapi gagal. Argh..." teriak pemuda itu kesal sambil berhamburan pergi.
****
Di atas langit pulau kecil.
" Swhus..." sosok Qing Ruo muncul, mengawasi Liong Hei dan Jinse yang sedang bertarung melawan seekor naga Air berwarna perak dengan tanduk emas, dan seekor ular langit berwarna hijau yang terus menembakkan racun hijau dari mulutnya.
" Naga Air ini benar-benar kuat, bahkan sudah berada di tingkat dasar semi abadi." Qing Ruo membatin.
" Swhus...." Qing Ruo melihat melepaskan pukulan tapak naga mas Ilahi, dan menyarangkan pukulannya dengan telak menghantam kepala sang naga.
" Dhuar...." sang naga terlempar hingga puluhan meter, menatap Qing Ruo dengan terkejut.
" Aura ini..." sang Naga membatin menatap Qing Ruo dengan penuh selidik.
" Tuan, siapa Anda, mengapa ikut campur dengan urusan kami...?" menghentikan serangannya, menatap Qing Ruo dan Liong Hei dengan heran.
Tidak jauh dari tempat itu, ular hijau yang sebelumnya terlihat begitu ganas juga ikut menciut, dan langsung menjaga jarak.
" Sangat kuat, bahkan dengan serangan tunggal dapat melukai tuan..." sang ular membantin.
" Liong Hei," ucap Qing Ruo menatap Liong Hei yang berada di belakang Jinse yang sedikit terdiam.
" Penguasa, hamba..." Liong Hei ragu.
" Bicaralah..."
" Hamba mengenali Naga Air perak ini, tapi hamba ragu..." membuat sang Naga Air itu terkejut.
" Tuan siapa anda?" tanya Sang Naga Air yang memiliki harapan agar tidak berurusan dengan Qing Ruo itu mengubah wujud transformasi naga perak menjadi manusia, bahkan sang ular hijau itu juga ikut melakukannya.
" Aku Liong Hei, apakah kamu pernah mendengar nama itu?" tanya Liong Hei, membuat sang manusia naga itu mengerutkan keningnya.
" Shui Yang, apakah benar itu namamu?" tanya Liong Hei.
" Benar tuan..." dengan tatapan yang semakin heran.
" Swhus...." Liong Hei bertransformasi dengan wujud naga emas berkepala tiga.
" Naga leluhur, hamba Shui Yang, putra Liong Shui Ba," ucap sang Naga perak itu berlutut dengan hormat.
" Shui Yang, jangan berlutut di hadapanku, tetapi berlututlah pada sosok yang ada di hadapanmu itu." suara Liong Hei berbicara pada pikirannya.
" Tapi leluhur...?"
" Shui Yang, dia adalah tuanku," ucap Liong Hei, membuat Shui Yang, sang naga perak yang telah merasakan pukulan Qing Ruo sebelumnya langsung berlutut.
" Penguasa, hamba mohon pengampunanmu atas kelancangan hamba sebelumnya...." terbata-bata.
" Shui Yang, aku juga minta maaf-"
" Penguasa..." ucapnya memotong pembicaraan Qing Ruo, sambil berlutut dengan hormat.
" Shui Yang, jujur saja aku adalah orang yang telah mengambil bunga teratai merah, dan aku juga harus bertanggung jawab..." ucap Qing Ruo sampai mengeluarkan beberapa butir pil emas peledak energi dan dua butir pil Fuyuan.
" Apakah ini cukup...?"
" Penguasa, hamba..." ucap Shui Yang ragu denggan wajah pucat pasi, menganggap tindakan Qing Ruo untuk menguji dirinya.
" Shui Yang, terimalah," ucap Liong Hei.
" Baik leluhur..." sambil menerima pemberian Qing Ruo dengan tangan bergetar.
" Terima kasih Penguasa," ucap Shui Yang dengan hormat.
" Pil emas, ini adalah pil para dewa." Ular hijau membatin, menatap Qing Ruo dengan lekat.
" Shui Yang, Liong Hei, selesaikan urusan kalian. Aku dan Jinse akan menunggu di luar pulau," ucap Qing Ruo.
" Baik penguasa.... "
Setelah Qing Ruo dan Jinse pergi, Liong Hei kembali mengubah tampilannya menjadi wujud manusia, sambil membawa Shui Yang turun menuju pulau, dan berbincang-bincang santai.
" Shui Yang, fisik Naga Emas yang kamu lihat sebelumnya adalah pemberian dari penguasa muda, dan wujud asliku sebelumnya adalah Naga Hitam, dan kamu pasti tahu..." Liong Hei menjelaskan, membuat Shui Yang terperangah.
" Paman Leluhur Liong Hei, itu sudah ribuan tahun yang lalu. Saat itu aku bahkan tidak mampu mengingat wajahmu, namun ayahanda selalu menyebut namamu..." ucap Shui Yang menatap Liong Hei dengan lekat.
" Benar. Saat aku meninggalkan klan, kamu masih berumur tiga tahun, namun aku ingat dengan tanduk emasmun yang lucu itu..." ucap Liong Hei sambil tersenyum senang, membuat Shui Yang tersenyum kecut.
" Lalu apakah paman leluhur akan kembali ke dunia Gerbang Sembilan Naga...?"
Liong Hei menggelengkan kepala.
" Shui Yang, apakah kamu lupa? Bahwa yang pergi tidak akan bisa kembali, terlebih lagi dengan tindakanku yang melawan aturan saat itu."
" Tapi paman, Penguasa Gerbang Sembilan Naga telah mengubah aturan itu, dan mereka yang pergi kini bisa kembali...."
" Shui Yang, kini aku adalah pelayan. Hidup dan mati ku ada di tangannya..."
" Paman Leluhur, jika akun boleh tahu, siapa sosok yang paman layani itu?" tanya Shui Yang dengan serius.
" Dia adalah Penguasa Muda Qing Ruo, pewaris takhta penguasa wilayah selatan Daratan Ilahi..."
" Apa!" Shui Yang dan ular Hijau terperangah, bahkan membuat tubuh mereka bergidik.
" Tenanglah. Penguasa Muda adalah tuan yang baik. Namun perlu kalian ingat. Jangan pernah menyinggung orang-orang dengan nama Qing, terutama mereka yang memiliki nama Qing Zilong, Qing Zishu dan Qing Youyu. Selain itu ada nama lain di luar nama itu, Biandui Tingzhi, He Tianba, Bei Qin, dan secara khusus orang-orang dengan nama Luo .." Liong Hei menjelaskan.
" Baik leluhur," jawab Shui Yang dengan sungguh-sungguh.
" Leluhur, ini..." Ucap Shui Yang ragu saat Liong Hei tiba-tiba memberikan cincin penyimpanan padanya.
" Shui Yang, aku tidak tahu kapan lagi kita berjumpa. Anggap saja kenang-kenangan dari tuanku. Semoga di suatu kesempatan aku bisa mengunjugi tanah leluhur..."
" Baik, terima kasih. Aku harap paman leluhur bisa kembali.." ucap Shui Yang dengan hormat
" Baik jaga diri kalian. Jika kamu kembali, sampaikan salamku pada ayahmu..." lalu bergerak pergi.