Raka adalah seorang pemuda biasa yang bermimpi menemukan arti hidup dan cinta sejati. Namun, perjalanan hidupnya berbelok saat ia bertemu dengan sebuah dunia tersembunyi di balik mitos dan legenda di Indonesia. Di sebuah perjalanan ke sebuah desa terpencil di lereng gunung, ia bertemu dengan Amara, perempuan misterius dengan mata yang seakan memiliki segudang rahasia.
Di balik keindahan alam yang memukau, Raka menyadari bahwa dirinya telah terperangkap dalam konflik antara dunia nyata dan kekuatan supranatural yang melingkupi legenda Indonesia—tentang kekuatan harta karun kuno, jimat, serta takhayul yang selama ini dianggap mitos.
Dalam perjalanan ini, Raka harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk rasa cintanya yang tumbuh untuk Amara, sembari berjuang mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik cerita rakyat dan keajaiban yang mengikat mereka berdua. Akan tetapi, tidak semua yang bersembunyi bisa dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ihsan Fadil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2: Pintu Menuju Rahasia
Raka berjalan perlahan-lahan dengan langkah hati-hati melewati semak-semak yang basah akibat embun pagi. Udara di sekitarnya terasa dingin, seakan-akan membawa rahasia yang tak ingin diungkapkan. Cahaya matahari menembus celah-celah pepohonan, menciptakan bayangan yang berputar-putar seperti makhluk yang hidup di dalam kabut.
Amara berjalan di sampingnya, matanya tajam mengamati setiap detail yang ada di sekitar mereka. Mereka sudah sampai di lokasi yang memiliki petunjuk yang mereka cari—tempat yang katanya memiliki rahasia besar yang telah tersembunyi selama berabad-abad.
“Aku yakin ini adalah tempatnya,” ujar Raka sambil menatap reruntuhan batu yang terlihat seperti sisa peninggalan sebuah bangunan kuno. “Lihat simbol ini di batu ini, Amara. Ini sama seperti simbol di peta.”
Amara mengangguk sambil mendekatkan senter kecilnya pada simbol tersebut. Simbol itu terlihat samar tetapi memiliki garis-garis berliku yang membentuk pola yang sangat khas. “Kita harus berhati-hati di sini. Simbol ini mengarah pada sesuatu yang sangat tua. Kekuatan yang bisa kita temui mungkin lebih berbahaya dari yang kita kira.”
Raka memandangi simbol itu dengan penuh perhatian, perasaannya campuran antara ketertarikan dan ketakutan. “Peta ini tidak hanya petunjuk biasa, Amara. Ini seperti peta menuju sebuah rahasia besar.”
Sebelum Amara bisa memberikan tanggapannya, suara lembut dari semak-semak di sisi mereka menarik perhatian mereka. Keduanya saling berpandangan dengan cemas.
“Siapa itu?” bisik Amara sambil memegang senter lebih erat.
Raka berusaha tetap tenang sambil mendekati suara tersebut. “Mungkin hanya binatang,” ujarnya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Tetapi kemudian, suara itu terdengar lagi, lebih dekat. Keduanya sama-sama merasa bahwa ini bukan hanya kebetulan.
“Jangan panik,” ujar Raka sambil menarik napas dalam-dalam dan mempersiapkan diri. Dengan langkah pelan, ia mendekati semak-semak tersebut sambil memanggil dengan suara lembut. “Siapa di situ?”
Tiba-tiba, sesosok bayangan muncul dari balik semak itu. Raka dan Amara berdua sama-sama terkejut, hampir berteriak, tetapi suara itu tertahan ketika mereka melihat wajah sosok tersebut.
Seorang wanita dengan rambut hitam yang panjang dan pakaian sederhana muncul di hadapan mereka. Matanya tajam namun memancarkan aura yang misterius. Sosok itu memandang mereka dengan tatapan yang sulit dipahami.
“Apa kalian datang untuk mencari itu?” tanyanya dengan suara yang pelan namun tegas.
Raka dan Amara saling berpandangan. Jantung mereka berdebar lebih cepat.
“Kami mencari petunjuk... tentang simbol ini,” ujar Raka sambil menunjukkan simbol yang ia temui tadi di batu. “Kau tahu apa tentang ini?”
Wanita itu menghela napas, lalu menatap mereka lebih serius. “Kalian harus mengikuti aku jika ingin menemukan kebenarannya,” ujarnya.
Kata-katanya memicu rasa penasaran yang mendalam di hati Raka dan Amara. Namun, ada juga rasa was-was yang membayangi mereka. Mereka saling berpandangan lagi untuk memastikan apakah mereka bisa mempercayai orang ini.
“Siapa kau?” tanya Amara dengan hati-hati sambil tetap memegang senter. “Dan kenapa kami harus mengikuti kamu?”
Wanita itu menghela napas lagi, lalu akhirnya berkata dengan suara yang terdengar seperti memaksa mereka untuk percaya.
“Aku adalah penjaga rahasia ini. Dan aku tahu bahwa kalian memiliki tujuan yang sama denganku. Jika kalian tetap berada di jalur ini, kalian harus mendengarkanku.”
Raka merasa ragu, tetapi ia tahu bahwa dalam petualangan ini, setiap petunjuk adalah penting. Dengan langkah ragu-ragu, ia memutuskan untuk mengikuti sosok itu lebih jauh.
“Kemana kita akan pergi?” tanya Raka sambil menatapnya.
“Ke tempat yang lebih dalam. Pintu ini hanya bisa kita buka jika kita memiliki pemahaman yang tepat,” ujar wanita itu sambil menunjuk ke arah sebuah reruntuhan yang tersembunyi di balik pohon besar.
Dengan langkah hati-hati, mereka bertiga mulai berjalan menuju lokasi yang ditunjuk. Langit semakin mendung dan angin mulai bertiup lebih kencang. Semakin mereka mendekati reruntuhan itu, semakin tebal ketegangan di hati masing-masing.
---
Melalui Pintu Rahasia
Pintu yang dimaksud berada di balik reruntuhan yang dipenuhi lumut dan semak belukar. Sosok wanita itu mendekati pintu tersebut dan mulai membuka semacam mekanisme yang tersembunyi di salah satu batu. Dengan suara berderit yang menakutkan, pintu itu perlahan terbuka.
Raka dan Amara berdiri di sisi pintu itu dengan rasa was-was yang semakin mendalam.
“Apa yang ada di balik sini?” tanya Amara dengan suara bergetar.
“Jawabannya ada di dalam. Tapi ingat, apa yang akan kalian temui di dalam bisa menguji keberanian dan tekad kalian,” ujar wanita itu sambil memandang mereka.
Mereka saling berpandangan. Raka menghela napas panjang dan melangkah pertama kali melewati pintu tersebut, diikuti oleh Amara.
Dalam kegelapan, hanya senter mereka yang memberikan cahaya. Suasana dalam ruangan ini terasa sangat tua—bau lembab dan batu yang berusia ratusan tahun. Mereka mulai melihat ukiran dan simbol yang sama dengan yang mereka temui sebelumnya.
“Ini adalah tempat yang memiliki jawaban kita,” ujar Raka sambil memandangi setiap detail yang ada di sekeliling mereka.
Dengan hati-hati, mereka mulai menyusup lebih dalam ke ruang rahasia ini, tanpa menyadari bahwa perjalanan mereka akan segera menghadapi berbagai ancaman yang lebih besar dan misteri yang lebih dalam.
---
Ketegangan Semakin Memuncak
Amara merasakan ada sesuatu yang salah di balik setiap langkah mereka. “Raka... ada sesuatu di sini...”
Namun sebelum ia sempat mengatakan apa-apa, suasana mulai bergetar, dan suara aneh terdengar di dalam kegelapan.
“Kita harus siap...” kata Raka dengan napas yang bergetar.
Mereka terus melangkah, tak tahu apa yang akan mereka temui di akhir perjalanan ini.
Raka dan Amara terus berjalan melewati lorong yang sempit dan basah. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan lumut tebal dan ukiran-ukiran yang samar. Suasana di dalam sini terasa seperti berada di dunia yang lain—gelap, lembab, namun penuh dengan nuansa kuno yang tak bisa mereka abaikan.
Cahaya senter mereka memantul dari permukaan batu yang basah, mengungkapkan berbagai simbol kuno yang tersembunyi di dinding. Setiap simbol tampak memiliki makna yang samar dan membingungkan, seakan-akan mereka mengisyaratkan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar petunjuk.
“Lihat ini,” ujar Amara sambil menunjuk salah satu ukiran di dinding yang mencuri perhatian. Cahaya senter memfokuskan cahayanya pada simbol berbentuk spiral dengan garis-garis yang berputar. “Ini sama dengan simbol yang kita lihat di peta.”
Raka mendekat, mengamati dengan seksama simbol itu. “Aku pikir ini adalah salah satu petunjuk yang bisa kita ikuti,” katanya dengan suara pelan. “Simbol ini memiliki makna yang sama seperti yang ada di peta.”
Wanita itu berjalan di belakang mereka, matanya tajam memandangi setiap detail seperti tahu apa yang akan mereka temui selanjutnya. “Kalian harus berhati-hati. Simbol ini adalah tanda dari kekuatan yang bisa membimbingmu, tetapi juga bisa menjerumuskanmu jika kamu tidak memahami maknanya.”
Raka dan Amara saling berpandangan, seketika hati mereka dipenuhi keraguan dan ketakutan yang semakin mendalam.
“Kita harus terus bergerak,” kata Raka, berusaha memecahkan ketegangan yang semakin membebani mereka. “Masa lalu tidak akan menunggu kita.”