Selena kira hidupnya akan tenang setelah menyewa apartemen sendiri dan pergi dari rumah orang tuanya yang terus melarangnya menulis novel dewasa, tapi ternyata tidak. Dia justru diganggu oleh komentar negatif secara terus menerus di karyanya. Merasa jengkel, Selena melacak keberadaan pemilik komentar negatif itu dan ternyata berada di sebuah perusahaan film.
Selena berpura-pura menjadi cleaning service dan bekerja di perusahaan itu. Dia curiga pada Regan, CEO di perusahaan itu. Berniat mengganggu Regan tapi dia justru yang merasa kesal dengan tingkah Regan yang sangat menyebalkan.
Apakah memang Regan yang menulis komentar negatif di novel Selena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
"Pak Regan, Author Peri Halu sudah mengirim sinopsis keseluruhan cerita. Kami akan segera mengecek bagian mana yang harus direvisi, lalu script writer kita akan segera membuat naskah."
Regan terkejut mendengar hal itu. Dia tidak menyangka Selena akan mengirim sinopsis secepat itu karena baru saja kemarin Selena memutuskan untuk hiatus. "Oke. Buat janji temu dengan Selena untuk menandatangani kontrak dan membicarakan masalah revisi. Pertemukan juga dengan penulis naskah kita agar tidak ada kesalahpahaman jika ada sedikit perubahan dalam cerita."
"Selena?" tanya Rina, selaku kepala tim produksi di perusahaan itu. "Apa Selena yang bekerja sebagai cleaning service beberapa hari yang lalu di sini?"
"Iya, dia Peri Halu, tapi kamu sembunyikan identitasnya dulu biar dia sendiri yang mengungkapnya."
Rina hanya mengangguk pelan. Dia tak menyangka jika penulis online terkenal itu adalah Selena. "Saya permisi."
Setelah Rina keluar dari ruangannya, Regan tersenyum menatap layar ponselnya karena ada panggilan masuk dari Selena.
"Ada apa? Tunggu dua jam lagi, aku segera pulang. Kamu sudah sembuh kan? Nanti bantu aku mengemasi barang di rumah ya, aku sudah menemukan orang yang membutuhkan."
"Oke. Aku tunggu di apartemen Daddy ya, kebetulan Mama sudah kembali pulang."
"Cepat sekali Mama kamu pulang?"
"Iya, ada urusan."
"Kalau buru-buru, seharusnya bilang aku. Aku bisa suruh sopir mengantar." Regan menatap pintu yang terbuka dan melihat Arga masuk ke dalam ruangannya sambil membawa dokumen. "Aku tutup dulu ya, mau menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin."
"Oke."
Kemudian panggilan itu terputus. Regan meletakkan ponselnya di atas meja dan membuka dokumen yang baru saja diserahkan Arga.
"Konferensi pers akan diadakan tiga hari lagi sekalian acara makan malam resmi tahunan. Kamu urus semuanya," kata Regan sambil menandatangani beberapa dokumen itu.
"Iya, aku akan mengurus semuanya. Tapi aku penasaran ada kesibukan apa Kak Regan sekarang? Kemarin sibuk merawat Elen yang sedang sakit, apa sekarang Elen masih sakit?" tanya Arga menyelidik. Dia kini duduk di depan kakaknya untuk mendengarkan cerita selengkapnya.
Regan menatap Arga sambil tersenyum kecil. Dia menutup dokumennya dan menyerahkannya kembali pada Arga. "Setelah diberi obat Dokter Hendra, Selena langsung sembuh. Hari ini aku akan membereskan kamarku bersama Selena."
"Membereskan kamar?" Arga semakin menatap kakaknya menyelidik. "Hubungan Kak Regan dan Selena sekarang sudah sejauh apa?"
Regan tersenyum sambil bersandar di kursi kebesarannya. "Aku akan segera menikahi Selena. Di konferensi pers nanti aku akan mengumumkan bahwa wanita yang aku nikahi adalah Selena bukan Nadia."
Arga terkejut mendengar hal itu. Dia mencondongkan tubuhnya dan semakin bicara serius dengan kakaknya. "Apa Mama sudah tahu rencana Kak Regan ini? Aku tidak mau Mama sampai melukai perasaan Elen."
"Kamu tenang saja, aku yang akan urus Mama," jawab Regan dengan santai.
"Aku tidak yakin dengan perkataan Kak Regan. Ingat, kalau sampai Kak Regan membuat Elen menangis atau Kak Regan tidak bisa melindunginya dari Mama, akan aku rebut dia dari Kak Regan."
Regan semakin tertawa mendengar ancaman itu. "Selena, pasti bahagia denganku."
...***...
"Untung aku masih mengingat kodenya." Selena menekan kode kunci di apartemen milik Regan. Setelah pintu terbuka, dia masuk ke dalam unit apartemen itu. "Seperti biasa, apartemennya selalu rapi."
Selena membuka kulkas yang berada di dapur dan melihat tidak ada makanan jadi sama sekali. "Hanya ada bahan makanan. Karena masak di tempatku jadi gak sempat masak sendiri."
Selena tersenyum kecil sambil mengambil ponselnya. "Aku masak saja buat daddy Regan. Lihat dulu tutor di yutub. Pertama masak nasi dulu. Kalau masak nasi, aku sudah bisa."
Selena membuka penanak nasi lalu mengambil beras dan mencucinya. Setelah bersih dan diberi air secukupnya, dia meletakkan wadah itu ke dalam penanak nasi dan menekan cook. "Tinggal tunggu saja. Masak apa ya yang simple?"
Selena kembali melihat bahan makanan yang ada di kulkas sambil memakai apron. "Sepertinya Daddy lebih suka masakan lokal. Kalau begitu buat ayam goreng saja sama sayur sup dan sambal. Ada tahu dan tempe juga. Ini seriusan Daddy belanja semua sendiri?"
Selena mengambil semua bahan yang akan dimasak. Dia membersihkan ayam terlebih dahulu. "Untung ada bumbu instant. Cukup satu bungkus, citarasanya sudah lengkap."
Selena tersenyum sambil menuangkan bumbu instant itu di atas ayam yang sudah dia letakkan di wadah penggorengan yang sudah dia beri sedikit air. Dia hidupkan kompor itu, sambil menunggu matang dia mulai mengupas wortel dan mengirisnya.
"Aduh!" Tanpa sengaja Selena terkena pisau. Dia memang hampir tidak pernah memegang pisau, bahkan hasil irisan wortelnya saja tidak sama tingkat ketebalannya.
"Yah, berdarah." Selena mengguyur jarinya dengan air mengalir. Tapi dia tidak menyerah untuk belajar memasak. Dia melihat tutorial dari yutub berulang kali. "Masakan yang sangat gampang, tapi aku gak bisa."
Selena menghela napas panjang, kemudian dia mengambil bawang dan mengupasnya. Karena terlalu fokus mengiris sayurannya, Selena tidak melihat jika air rebusan ayam itu telah surut dan berasap.
"Yah, gosong!" Selena segera mematikan kompornya. Dia membalik ayam itu dan bagian bawahnya sudah berubah menjadi kecoklatan. "Untung gak terlalu gosong."
Selena akan memindah ayam itu tapi dikejutkan oleh suara bentakan dari belakangnya.
"Kenapa kamu ada di sini? Kamu mau mencuri di apartemen Regan?"
Selena menelan salivanya saat mendengar suara mamanya Regan. "Kenapa nenek lampir bisa datang ke sini? Apa tahu kode pintunya. Sabar. Tidak boleh terlalu emosi," gumam Selena dalam hatinya.
Selena memutar tubuhnya dan tersenyum palsu menatap Rosa. "Tante, saya tidak berniat mencuri di apartemen ini. Saya hanya memasak."
"Memasak?" Rosa melihat dapur itu yang sangat berantakan dan dipenuhi asap. "Kamu memasak atau berniat membakar unit ini. Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke sini?"
"Pak Regan," jawab Selena pelan.
"Regan? Pasti kamu merayu Regan kan? Regan akan segera menikah dengan Nadia, kamu jangan merayunya. Kamu gunakan apa merayu Regan? Kamu tidak punya apa-apa selain tubuh kamu."
Selena tersenyum miring. "Tante pikir, aku wanita murahan seperti itu. Jika bukan karena Tante mamanya Pak Regan, aku pasti sudah menampar Tante. Aku tidak akan membiarkan siapapun menginjak harga diriku."
"Harga diri? Memang seorang cleaning service dan miskin seperti kamu masih punya harga diri."
Selena mengepalkan tangannya. Ingin sekali dia merobek mulut sadis itu tapi sekuat tenaga dia tahan. Selena melepas apron dan melemparnya ke meja dapur. "Untunglah, Pak Regan dan Kak Arga tidak meniru sifat Tante. Pemikiran Tante sangat sempit hanya sebatas status sosial dan harta saja."
"Apa kamu bilang!" Rosa menahan lengan Selena dan menampar pipinya dengan cepat. "Kamu tidak ada sopan santun sama sekali."
Selena memegang pipinya yang terasa panas. Seumur-umur tidak ada yang berani menampar pipinya. Dia akan membalas tamparan itu tapi berhenti. Bagaimanapun juga nenek lampir itu adalah mamanya Regan. Dia membalikkan badannya dan berjalan keluar dari unit apartemen Regan.
Tapi saat melewati pintu itu, Selena berpapasan dengan Regan.
"Selena, ada apa?"
Thanks Mbak Puput, happy ending.
Ditunggu karya selanjutnya. Sehat2 ya