NovelToon NovelToon
Pawang Hati, Arjuna Hukum

Pawang Hati, Arjuna Hukum

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:48.2k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Fakultas peternakan x Fakultas Hukum

Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.

Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.

"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.

"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"

Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.

Evan mengangguk pasti.

"Hidupin joni lagi bisa?"

"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gue emang baik

Malam itu, suasana kamar rumah sakit terasa sunyi. Hanya suara detak jam dinding dan deru pendingin udara yang terdengar samar-samar. Evan duduk di kursi di samping tempat tidur Calista, dengan kepala bersandar di tangannya. Dia terlihat lelah, tapi matanya tetap fokus mengawasi gadis itu.

Calista mengerjap pelan, merasa sedikit lebih baik setelah tidur beberapa jam. Ketika matanya bertemu dengan Evan yang masih berjaga, dia tersenyum kecil.

“Epan nggak tidur?” bisiknya.

“Tidur di sini nggak nyaman lagian gue juga belum ngantuk,” jawab Evan seadanya. Tapi apa yang Evan ucapkan sangat berbeda dengan raut wajahnya yang terlihat lelah.

Calista mendesah pelan. “Aku nggak apa-apa. Kamu bisa pulang kalau capek.”

“Gue mau di sini Ca," balas Evan tegas, tatapannya penuh keyakinan.

Calista terdiam, hatinya terasa hangat tapi juga pilu. Evan terlihat sangat lelah, dia tidak tega membiarkan Evan tidur di sofa. Evan sudah cukup banyak melakukan hal untuknya. Dia sangat bahagia selama bersama Evan, merasakan ketulusan dan perhatian dari pria itu, tapi di sisi lain, ia tak bisa melupakan kenyataan bahwa hubungan mereka hanya sementara.

“Kamu nggak harus repot-repot kayak gini,” gumamnya, suaranya hampir tak terdengar.

"Gue nggak repot, tidur lagi masih malam. Tidak baik bagi seorang pasien begadang," celetuk Evan sok bijak.

Pria berhoodie hitam itu bangkit dari kursi plastik yang ia duduki, berjalan ke arah sofa sambil merenggangkan otot tanganya yang sedikit kaku. Calista masih menetap Evan yang sedang berdiri membelakanginya. Hari ini Evan tampak santai dengan hoodie dan celana ripped jeans, terlihat lebih santai. Karena biasanya Evan selalu memakai kemeja dan celana bahan, mungkin dia menyesuaikan jurusannya.

"Nanti aku cicil ya," ucap Calista lirih, Evan menoleh menyipitkan mata melihat wajah Calista yang sedang menatapnya.

"Apa? Apa yang lu cicil? tiba-tiba banget, udah cepat tidur Ca. Udah malem."

Evan kembali melanjutkan langkahnya, dengan santai ia merebahkan diri di sofa panjang yang berada di bawah jendela kaca kamar rawat itu. Ruang rawat yang Calista tempati pasti cukup mahal, meski bukan VIP atau ruang eksklusif, tapi ruangan itu cukup atau bahkan bsa di bilang sangat nyaman. Ada televisi, AC, kamar mandi dalam, sofa yang cukup besar yang bisa dipakai tidur dan tentu ranjang pasien yang Calista tempati. Evan tertalu baik, terlalu baik untuk sekedar pacar sementara bahkan untuk versi pacar asli dia juga terlalu sempurna.

"Epan kenapa milih kamar kayak gini buat aku? kenapa nggak yang umum aja, yang satu ruangan ramean. Kalau kayak gini sepi Epan ... Aku nggak ada teman ngobrol, ngak ada teman senasib yang saat aku ngomong dia ngomong bakal nyahut, 'lho iya mbak saya juga kayak gitu.' Lagian ini pemborosan Epan ... nanti aku balikin uangnya ke kamu gimana," bawel Calista yang ia akhiri dengan helaan nafas panjang.

Pria itu tersenyum tipis, senyum yang tidak bisa Calista lihat karena posisi Evan yang searah dengan posisi ranjang pasien.

"Lu terlalu bawel untuk ukuran pasein yan sedang di rawat, diamlah dan tidur," tukas Evan dengan nada sok ketus, menyembunyikan rasa senangnya karena Calista sudah bisa bawel seperti biasa.

"Tapi beneran Epan, kamar ini mahal. Aku cicilnya nanti uangnya, aku nggak bisa pastiin kapan bakal lunas karena nggak tau jumlah tagihan rumah sakitnya nanti berapa. Semoga nggak banyak, tapi aku yakin banyak karena kamarnya mahal Epan," keluh Calista yang hampir terdengar seperti menangis.

Evan menghela nafas dalam, si gadis bawel ini mulai over thinking berlebihan. Pria berhodie hitam tu mengubah posisinya menjadi duduk. Dengan santai ia menyandarkan punggungnya, dengan tangan yang terlipat di dada Evan menatap Calista yang masih duduk di atas ranjang dengan kepala tertunduk.

"Lu pacar gue Ca, buat apa Lu mikirin semua itu. Gue ngelakuin apa yang seharusnya seorang pacar lakuin," ujar Evan mencoba memberikan pengertian ke Calista agar dia tidak overthingking lagi.

Calista mengangkat kepala yang tadinya tertunduk, menatap pria tampan itu dengan dahi berkerut. Evan tadi bilang apa? yang seharusnya pacar lakuin, ini mah bukan kewajiban pacar tapi kewajiban suami.

"Pacar juga nggak gini-gini amat Epan, lagian kita cuma pacar sementara," lirih gadis itu diujung kalimatnya.

“Ca, pacaran sementara atau enggak, itu nggak ada bedanya bagi gue. Lu tetep pacar gue dan tanggung jawab gue selama kita masih dalam hubungan ini. Gue nggak tau gimana orang lain menjalani peran sebagai cowok sampai lu bilang apa tadi, pacar nggak gini-gini amat. Menurut gue yang gue lakuin udah bagian dari tangung jawab sebagai seorang laki-laki terhadap wanita yang bersama gue, dan lu nggak usah mikir cicilan, gue bukan kang kredit panci. Gue juga bukan laki-laki nggak modal sampai mau nerima uang dari cewek," tutur Evan lembut, tapi tegas.

Mata Calista berkaca-kaca. Kata-kata Evan menyentuhnya lebih dalam dari yang ia kira. Namun, rasa sedihnya juga semakin besar. Ia ingin mengatakan bahwa waktunya bersama Evan semakin menipis, tapi lidahnya kelu. Ia tidak ingin merusak momen ini. Wanita yang menjadi istri Evan kelak adalah wanita yang paling beruntung, pacaran tanpa cinta saja Evan sudah se-effort ini, gimana kalau pake cinta. Calista tidak bisa membayangkan sebucin apa Evan dengan wanitanya nanti.

Dia hanya mengangguk kecil sambil tersenyum, menutupi perasaannya dengan kalimat sederhana.

“Makasih, Epan. Kamu cowok terbaik yang pernah aku kenal selain Bapak aku."

"Gue tau gue emang orang baik," sahut Evan yang membuat Calista memutar matanya.

Evan menatap Calista dalam. Seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan, tapi ia menahannya. Sebagai gantinya,ia hanya melemparkan senyum manis pada Calista. Calista yang mendapat tatapan sedalam itu menunduk malu-malu canggung, lucu sekali.

“Epan, besok kalau udah pulang dari sini boleh mampir ke toko boneka nggak?" tanya Calista tiba-tiba untuk memecah rasa canggungnya.

"Mau beli boneka apa? kayak anak kecil aja Lu, main boneka," ledek Evan yang membuat bibir Calista mengerucut.

"Mau beli boneka sapi yang gede, yang enak buat di peluk kalau tidur, lagian kamar kosku kayaknya butuh penghuni baru, sejak Joni pergi. Aku sama Jono kesepian," meski cemberut Calista masih menyahuti ledekan Evan.

Dan ngomong-ngomong soal Jono, bagaimana nasib kucing calico itu sekarang. Jono kucing kampung pasti punya skill untuk bertahan hidup, tapi kasian juga hujan-hujan begini pasti susah mencari tempat untuk tidur.

"Siapa bilang lu bakal balik kos, pulang dari sini lu tinggal ama gue!" tegas Evan, kali ini dia terlihat sangat serius dengan tatapan tajam.

"APa? tinggal sama Epan? ngapain? aku masih ada tempat tinggal, aku juga udah bayar kos selama setahun. Sayang banget kalau nggak di tempati."

"Berisik Ca gue mau istirahat. Dan gue nggak lagi nawarin gue ngasih tau pokoknya Lu tinggal sama gue. Kos lu udah nggak terima lu di sana!" tegas Evan dengan nada yang lebih tinggi, Evan langsung merebahkan kembali tubuhnya dengan agak kasar dan meringkuk menghadap sandaran sofa.Evan memejamkan mata berusaha meredam emosi yang kembali muncul ke permukaan saat Calista membahas soal tempat tinggalnya itu.

Calista pun tak lagi bicara, dia takut menganggu istirahat Evan. Meski dia masih penasaran dengan apa yang Evan ucapkan tentang kosnya, apa Evan tahu sesuatu. Calista rasa tidak mungkin, bahkan Laura yang menjadi sahabatnya sejak pertama masuk kuliah saja tidak tau jika Calista tinggal dengan Bibinya, Laura hanya tahu kalau Calista kerja paruh waktu di warung nasi padang milik Halimah. Bicara soal Halimah, selama di rumah sakit ponsel Calista sangat damai, biasanya jika Calista telat pulang Halimah pasti meneror dengan spam chat dan nasihat pedasnya.

1
mom's Vie'
ibu kos mu dah gk menerima kamu, Ca.... dah... nurut aja dulu ma Epan... jan bandel ye....
D'kurnia Sharma
jodoh yg ayahnya Evan cari ternyata Calista karena ibunya Calista udah berjasa dalam menyelamatkan nyawa ibunya Evan yg sudah mendonorkan jantungnya
Jasmine
Wahhhh keluarga bahagia 😍😍
gak nyangka kalian udh pada punya buntut wkwk kalo ngumpul makin rame makin kocakk pastinya
Happy ending yg no kaleng kaleng ini mah . terimakasih sudah menyuguhkan cerita yang super berkesan ini, love you author 😘😘
Jasmine
Wow terharuu perkenalan yg singkat yg penuh makna dan perjalanan yg sangat tidak mudah terutama buat Caca. Sukses semangat selalu kalian 🥰🥰
Fabya07
yang sabar Ca,, suatu saat kamu pasti bisa bahagia tanpa bantuan bibimu
Fabya07
duhh kasian Elisabeth sampai harus kehilangan anak pertama nya
Risty Hamzah
Aduuuuhhh bumil ngidam nya aneh banget sih
Risty Hamzah
Pengen juga dong di cintai secara ugal-ugalan 😁
mom's Vie'
si bibi memang gk punya hati... inget lo, bi.... kamu juga punya anak perempuan.... apa yg kamu ucapkan ke Calista.... bisa² justru terjadi ke anakmu...
mom's Vie'
kalah juga akhirnya badanmu, Ca....
lelah semua..... tp kamu gk mau membebani orang2 yg kamu sayangi
Risty Hamzah
Ahhh sweeet nya ibu negara dan bapak negara bikin iri aja
mom's Vie'
cari tau lagi tentang Calista dong, Evan.... masa udah gk penasaran lagi....
Risty Hamzah
Ahhhh senengnya akhirnya kalian berdua sah resmi jadi suami istri
mom's Vie'
cieee.... Epan salting.... /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Risty Hamzah
Akhirnya ya van lu ngerasa plong beban yang lo pikul sirna
Risty Hamzah
Mulia sekali keluarga nya Caca, ibunya rela mendonorkan organ tubuh nya dan bapaknya rela membantu Adiknya membangun rumah makan
mom's Vie'
astagaaaa.... gk punya hati bibi dan sepupunya..... Kasiaan kan, Calista... mana dia gk pernah ngeluh pula.....
sabar ya, Ca....
Risty Hamzah
Sungguh alur yang sangat mengejutkan
Risty Hamzah
Gk kebayang jadi Calista ngadepin bapaknya si Evan yg super tegas pasti dag dig dug tuh
mom's Vie'
berulah lagi.... berulah lagi...
di suruh menjaga, mendengarkan kalo ada suara².... malah telinga di sumpelin... gimana mau denger....
sukuriiiin.... skrg gk ada yg membela kamu, Gab... nikmati sanksi mu....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!