Olivia baru pertama kali berpergian tanpa pantauan kedua orang tuanya yang sangat posesif. karna rasa penasaran akan seperti apa dunia malam membuat Olivia masuk dalam penjara tawanan gairah pemuda impoten, Keenan Pradipta.
Percintaan panas yang terjadi satu malam menjadi alasan kuat Keen untuk menjadikan Olivia sebagai istrinya.
“Gairahku hanya ada padamu, cantik. Lalu kenapa aku harus melepaskanmu?” tanya Keen dengan tangan yang melingkar mesra dipinggang Olivia.
“Gairah-gairahmu kenapa juga aku yang menderita, ha? dasar pria gila impoten lagi!” umpat Olivia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCPI 12
“Tidak, Sayang. Tetap di Apartemen saja tunggu aku pulang bekerja,” tolak Keen atas permintaan Oliv yang barusan.
Awalnya Oliv tersenyum manis tadi langsung memudar tergantikan dengan ekspresi sedih. “Aku bosan kalau terus dikurung seperti ini!” Ucap Oliv kesal, dari kemarin hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun.
“Tidak ada yang mengurungmu, Sayang. Tapi, belum saatnya kau untuk keluar secara bebas tanpaku,” Jelas Keen.
Oliv langsung berbalik badan membelakangi Keen dengan tangan bersedekap didada. “Setelah selesai bekerja aku akan mengajakmu jalan-jalan, untuk saat ini tetaplah di Apartemen. Jangan membantah, patuhlah!” perintah Keen dengan sangat tegas.
Tidak ada jawaban apapun dari Oliv. “Dengar tidak, Oliv?”
“Dengar!”
Barulah Keen tersenyum puas, ia melangkah mendekati Oliv yang masih membelakanginya. Keen mencium pundak Oliv dan juga pipi chubby wanita itu, dapat Keen lihat Oliv yang sedang cemberut.
“Jangan marah, nanti berubah menjadi Nek lampir loh..” Ejek Keen yang langsung membuat Oliv menatap kearahnya.
“Biarin! Kalau aku keriput pasti Kakak nggak doyan lagi, terus aku bakal dibuang dan akhirnya bisa_”
“Mau jadi nenek-nenek juga kalau itu dirimu, aku tetap suka, sayang.” Keen menyela ucapan Oliv dengan senyuman manisnya. “Karna hanya kau wanita satu-satunya yang merasakan tubuhku, dan tetap akan kau selamanya. Jadi, segala apapun yang terjadi padamu aku tetap suka!” sambungnya.
Oliv tidak bisa merespon apapun, ia hanya tertegun saja. “Pintu akan aku kunci, jangan bermimpi untuk kabur. Dan jangan pukul tubuhmu yang sangat aku sukai ini, mengerti?”
“Iya!” Hanya sesingkat itu respon Oliv akan peringatan Keen yang sangat banyak. Padahal hanya pergi ke Perusahaan saja tapi banyak sekali pesan-pesan seolah mau pergi jauh.
Satu hal yang baru Oliv sadari adalah sifat Keen yang sangat mirip dengan sang Daddy. Alasan terkuat Oliv pergi dari sang Daddy adalah untuk menghindari peraturan yang sangat banyak dan pantauan posesif dari kedua orang tuanya. Eh malah mendapatkan hal yang lebih gila lagi dari pantauan sang suami, Oliv bisa gila kalau terus seperti ini.
•Perusahaan Pradipta Group
Keen memasuki area ruangan Meeting yang sudah di siapkan, ia duduk di sebelah Asisten sang Ayah yaitu Zero.
“Senang bertemu denganmu, Paman Zero,” Sapa Keen kepada Asisten kepercayaan Ayahnya itu.
“Senang juga bertemu denganmu, Tuan muda,” ucap Zero lagi, pria itu mungkin berumur 40-an yang diutus Ayah Keen untuk memantau seperti apa kinerja anaknya.
Siang ini Keen akan presentasi di hadapan para kolega kepercayaan dan setia keluarga Pradipta. Yang tidak pernah menghentikan kerja sama, istilahnya para kolega itu sangat menantikan seperti apa kinerja dari Keen yang merupakan satu-satunya pewaris Perusahaan Pradipta Group yang sangat berkembang pesat.
Keen menghela napas berulang kali, baru ia siap menampilkan semua keahliannya hari ini. Menjelaskan terperinci tentang kinerja Perusahaan yang selama ini dipimpin dan perkembangan hal lain. Menjelaskan juga efek kerja sama dan lain-lain, sungguh sangat fasih Keen mempresentasikan itu semua dihadapan para Kolega dan Paman Zero.
Setelah selesai semua orang bertepuk tangan, Keen lega sudah melewati hal yang paling sulit dengan sangat aman dan tidak ada kesalahan sedikitpun. Para kolega berulang kali mengatakan kepada Zero jika mereka puas dengan cara Keen memimpin Perusahaan.
“Keen sangat hebat, kami bangga dengan Tuan Ezra yang memiliki Putra hebat disertai tampan lagi,” ucap sala satu kolega kepada Zero.
“Terimakasih atas pujian itu, Tuan.” Balas Zero, para kolega pun meninggalkan ruangan meeting.
Tinggallah Keen, Raga dan Paman Zero disana. Keen terus ditatap oleh Zero dengan tatapan yang sangat intens, dan tidak jauh-jauh dari rasa bangga.
“Tuan akan sangat senang mendengar kehebatan Tuan Muda hari ini,” ucap Zero yang mana Keen angguki dengan senyuman.
“Apa kabar Ayah, Paman?” tanya Keen yang sebenarnya bisa saja menghubungi Ayahnya sendiri. Tapi, Keen berat untuk melakukan itu karna terakhir kali bertemu mereka sempat berdebat hebat.
“Tuan sehat karna Nyonya selalu menjaga beliau dengan baik, katanya Tuan akan ke Indonesia dalam beberapa minggu ini..” Jawaban Zero membuat Raga dan Keen saling tatap satu sama lain.
Satu kata. “Gawat!” gumam Keen di dalam hati.
“Tuan juga mengatakan jika sudah seharusnya Tuan Muda untuk tinggal di Mansion Utama, tidak di ruangan sempit.” ucap Zero lagi.
“Aku lebih suka di Apartemen karna tidak banyak peraturan disana, Paman,” Alasan Keen sebagai penenang agar sang Ayah tidak berpikir macam-macam.
“Baiklah kalau memang seperti itu, saya ada pesan satu lagi. Bahwa perjodohan Tuan Muda akan tetap diperbincangkan, kalau Tuan sudah memiliki pasangan segera tunjukkan kepada Tuan.” ujar Zero yang mana langsung melangkah pergi.
“Paman, tunggu!” Langkah Zero terhenti. “Perjodohan apa? Aku tidak mau, katakan pada Ayah kalau ini sudah di zaman modern. Tidak di Zaman Siti Nurbaya lagi,” bantah Keen akan keinginan tidak masuk akal dari sang Ayah.
Zero hanya tersenyum saja lalu langsung melangkah pergi, Keen pun menjadi kesal sendiri jadinya. Menendang kursi karena rasa kesal didalam hati, ia duduk dengan tatapan kesal kearah Raga.
“Kau lihat, malah Ayah mau menjodohkan aku!” Keluh Keen kepada Raga.
Raga juga tidak menyangka akan itu. “Sebaiknya tunjukkan saja Nona Oliv_”
“Percuma, Ayah tidak akan puas. Aku tidak pernah memuaskan baginya, dia selalu mencari celah kesalahanku, Raga!” Sela Keen atas perkataan Raga barusan.
Keen menghela napas kasar, ia memijat pelipisnya yang sangat sakit. Toh Oliv tidak akan memuaskan hati ayahnya menurut Keen, dan ia tidak mau dijauhkan dari Oliv.
“Aku mengerti maksud Ayah, Raga.. Kalau Ayah sudah mengatakan itu berarti dia memiliki kandidat wanita yang akan aku nikahi,” ujar Keen dengan tatapan yang sangat serius.
“Aku akan berusaha menyelidiki hal itu, Tuan..”
“Tidak perlu, Raga. Aku akan mati-matian menolak perjodohan itu, jadi tidak perlu lakukan apapun. Selamanya aku adalah milik Oliv dan akan tetap selalu seperti itu,” ujar Keen dengan sangat penuh keyakinan.
Raga tidak ragu dengan keteguhan Keen hanya saja ia ragu dengan kehebatan Ezra dalam melumpuhkan Keen.
“Semoga seperti yang kita harapkan, Tuan..” ucap Raga yang sebenarnya menjadi tidak nyaman dengan semuanya.