Berada di dunia yang mana dipenuhi banyak aura yang menjadi bakat umat manusia, selain itu kekuatan fisik yang didapatkan dari kultivasi melambangkan betapa kuatnya seseorang. Namun, lain hal dengan Aegle, gadis belia yang terasingkan karena tidak dapat melakukan kultivasi seperti kebanyakan orang bahkan aura di dalam dirinya tidak dapat terdeteksi. Walaupun tidak memiliki jiwa kultivasi dan aura, Aegle sangat pandai dalam ilmu alkemi, ia mampu meracik segala macam ramuan yang dapat digunakan untuk pengobatan dan lainnya. Ilmu meraciknya didapatkan dari seorang Kakek tua Misterius yang mengajarkan cara meramu ramuan. Karena suatu kejadian, Sang Kakek hilang secara misterius. Aegle pun melakukan petualang untuk mencari Sang Kakek. Dalam petualang itu, Aegle bertemu makhluk mitologi yang pernah Kakek ceritakan kepadanya. Ia juga bertemu hantu kecil misterius, mereka membantu Aegle dalam mengasah kemampuannya. Bersama mereka berjuang menaklukan tantangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Malam semakin larut, dan udara terasa dingin saat Aegle dan Nyth bersembunyi di balik semak-semak dekat ladang yang rusak. Langit malam dipenuhi bintang-bintang yang berkelip, sementara angin sepoi-sepoi berbisik di antara pepohonan. Aegle merapatkan jubahnya, matanya terus mengawasi ladang yang hancur di hadapannya, menunggu kehadiran siput raksasa yang mereka incar.
“Apa kita harus menunggu lama?” bisik Aegle, suaranya hampir tertelan oleh malam.
Nyth, yang duduk di sampingnya. Sesekali ia menggerakkan tangan kecilnya, seperti merasakan sesuatu di udara. “Jangan khawatir, siput itu pasti datang. Mereka aktif di malam hari, terutama setelah matahari terbenam,” jawabnya dengan percaya diri.
Aegle mengangguk, mencoba untuk lebih sabar meski rasa lelah mulai merayapi tubuhnya. Waktu terasa berjalan lambat, hanya suara jangkrik dan gemerisik dedaunan yang terdengar. Tiba-tiba, sebuah suara lembut terdengar dari kejauhan, suara yang membuat Aegle terjaga. Sebuah bentuk besar meluncur di antara tanaman, meninggalkan jejak lendir berkilau di tanah yang gelap.
"Siput itu..." gumam Aegle dengan takjub.
Siput raksasa itu muncul perlahan dari bayang-bayang, cangkangnya yang hijau lumut bersinar di bawah sinar bulan. Cangkang siput itu besar, tampak seperti batu berlumut yang terhampar di atas tanah. Lendir gelap menetes dari perut siput, mengalir perlahan ke tanah dan menutupi tanaman di sekitarnya.
“Ayo kita ambil lendirnya,” bisik Nyth, suara rendah dan penuh semangat. “Aku akan mengalihkan perhatian siput itu, dan kau ambil lendirnya.”
Aegle mengangguk, “Berhati-hatilah, Nyth,” ucap Aegle, meskipun ia tahu bahwa Nyth bisa mengatasi hal itu meski hanya setengah jiwa.
Dengan gesit, Nyth melangkah maju, menciptakan sedikit getaran di udara. Seketika itu, siput raksasa itu menoleh ke arah mereka. Tanpa menunggu lebih lama, Nyth memanfaatkan kelancangannya dan bergerak cepat, membuat siput besar itu berbalik arah. Namun, itu hanya sementara, karena siput itu tidak mudah teralihkan perhatiannya.
Aegle segera bergerak diam-diam, merunduk di antara semak-semak, menuju tempat siput itu meninggalkan jejak lendir. Dengan hati-hati, ia mengambil beberapa lendir siput dari tanah, berhati-hati agar tidak menarik perhatian makhluk itu.
Tiba-tiba, Nyth berteriak, membuat Aegle terkejut. "Hati-hati!"
Siput raksasa itu meluncur dengan kecepatan yang tak terduga, matanya bersinar merah dengan amarah. Aegle dengan cepat berbalik dan berlari, mencoba menghindar dari serangan siput yang besar itu.
Namun, sebelum siput itu bisa menghantamnya, Nyth muncul di hadapan Aegle dengan gerakan cepat, menahan siput itu dengan aura yang menyilaukan. “Kau terlalu mudah, siput besar,” kata Nyth dengan nada mengejek, sebelum melepaskan energi dari tangannya yang berbentuk cahaya gelap, yang langsung mengelilingi siput itu.
Siput itu mengerang keras, tubuhnya seakan dipenuhi oleh api gelap yang membakar lendirnya. Perlahan, siput itu terhenti, tubuhnya mengejang sebelum akhirnya ambruk, mati. Nyth berdiri dengan tenang, wajahnya yang sebelumnya murung kini terlihat lebih ringan, meski ada kelelahan yang jelas di matanya.
Aegle terengah-engah, namun merasa lega. Ia berlari menuju Nyth dan siput yang telah berhasil dilumpuhkan. "Kamu benar-benar luar biasa," ujarnya sambil tersenyum.
Nyth hanya tersenyum tipis. “Kau harus cepat mengambil lendir itu. Kita tidak boleh membuang waktu lebih lama.”
Aegle segera melanjutkan mengambil lendir siput itu dan menyimpannya dalam botol kecil yang ia bawa. “Aku bisa membuat pil dengan ini. Terima kasih sudah membantu,” katanya, merasa berterima kasih.
Nyth mengangguk dengan tenang, namun ia menoleh ke arah siput yang mati, “Cangkang siput ini bisa dijadikan senjata, jika ditempa dengan baik maka bisa menjadi senjata level 4. Daging siput ini memiliki kemampuan untuk merangsang dan membuka saluran meridian yang tersumbat, mempercepat proses aliran energi Qi. Aku pikir kamu butuh ini untuk membuka basis kultivasimu.”
Aegle tercangang, “Aku pikir tubuhku tidak bisa berkultivasi.”
“Bisa saja jika kau memilih latihan yang benar. Aku bisa membantumu.” Ujar Nyth.
“Benarkah?” Mata Aegle berbinar penuh harap.
“Iya, Aku akan membantumu karena kau sudah berjanji untuk membantuku.” Ucap Nyth tersenyum.
“Baiklah, aku akan memenuhi janjiku.” Ucap Aegle.
Aegle kemudian memasukan siput besar kedalam ruang penyimpanan tanpa batas miliknya. Ia akan memikirkan cara untuk memanfaatkan siput tersebut.
Namun, sebelum itu meraka harus kembali ke penginapan malam ini. Untuk menyusun strategi selanjutnya.
Aegle dan Nyth telah dipenginapan, tanpa buang-buang waktu Aegle pun bergegas mengeluarkan lendir siput yang telah dia dapatkan dan juga beberapa bahan dan alat untuk membuat pil. Ia berencana membuat beberapa pil dari lendir siput tersebut untuk dijualnya.