Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Tak terasa satu bulan sudah kami menapaki Negeri orang, dokter masih belum memperbolehkan diriku untuk kembali ke Indonesia walaupun keadaanku sekarang sudah lebih stabil. Ethan menemani ku 24 jam disini bahkan untuk pekerjaan kantor ia lebih memilih menghandlenya melalui online. Sedangkan Keeynan, ia diboyong oleh Ratna dan Serly minggu lalu, bahkan mereka tidak memperbolehkan siapapun menjemputnya kecuali mereka berdua. Katanya sih, semi liburan gitu.
Selama berada disini, kami jarang keluar jika tidak ada kepentingan yang mendesak. Untuk jalan jalan pun Ethan hanya memperbolehkan disekitar apartement kami, tidak lebih dari itu.
Awal ketika kami mulai tinggal disini, aku merasa sedikit canggung. Karena masih ada keberadaan Keeynan diantara kami, dan sekarang bocah itu sudah tidak ada disini. Hal ini membuatku merasa jauh lebih canggung lagi. Mungkin karena kami sudah lama tidak bersama dan banyak hal yang terjadi.
"Sweet cake kamu masak apa" aku terlonjak kaget ketika tangan kekar Ethan memeluk pinggangku dari belakang.
"Uhmm nasi goreng" jawabku sedikit gugup.
"Aku tidak menyangka jika kamu sudah pandai memasak sekarang"
"Setiap hari kan memang aku memasak untuk Keeynan" jawabku.
Dering telpon mengalihkan obrolan kami berdua, ternyata bersumber dari ponsel milik Ethan. Aku melirik sekilas, terpampang nomor tanpa nama yang akhir akhir ini sering menghubunginya.
"Siapa sih?" aku bertanya dengan kesal, pasalnya tidak sekali dua kali ia menerima panggilan dari nomor tanpa nama tersebut. Hal ini membuatku sedikit curiga terhadapnya.
"Tidak dari siapa siapa Sweet cake" kemudian dengan sengaja ia menekan tombol merah pada panggilan tersebut.
"Sweet cake apa aku boleh keluar sebentar? Ada urusan mendadak yang harus ku selesaikan"
"Silahkan" aku mengangguk sembari mempersilahkan dia menyelesaikan urusannya tersebut. Walaupun sedikit curiga, aku tetap harus santai dan tidak boleh terbebani sedikitpun. Jika kondisiku turun nanti akan semakin lama aku bertemu dengan Keeynan.
Sepeninggal Ethan, aku memutuskan menyelesaikan masakanku dengan cepat.
...****************...
"Cepat katakan apa maumu?" tanya laki-laki tersebut dengan dingin.
"Tidak ada, apa kamu tidak rindu padaku sayang?" ujar wanita cantik tersebut sembari menjawil dagu Ethan dengan menggoda.
"Jika tidak ada yang perlu dibahas aku akan pergi"
"Eh tunggu dulu, ada yang harus aku katakan kepadamu"
"Cepat, tidak usah banyak basa basi"
"Beno sedang sakit, apa kamu tidak ingin menjenguknya? Sudah satu bulan kami disini dan kamu tidak berlaku adil kepada kami"
"Isteriku sedang sakit"
"Beno, anakmu juga sakit" jawab wanita tersebut dengan menahan emosi
"Urus saja, lagipula aku sudah memberimu uang begitu banyak kenapa harus selalu mencariku?"
Kemudian lelaki tersebut pergi meninggalkan wanita itu. Yolanda yang merasa jika Ethan sudah terlalu jauh terhadapnya, hanya bisa memendam kekesalannya. Wanita itu tersenyum sinis menatap punggung Ethan yang menjauh.
"Jika aku tidak bisa mendapatkannya, siapapun tidak boleh bersamanya" ujar wanita tersebut dengan nada dingin.
Ethan menatap nyalang semua yang ada dihadapannya, fikirannya berkecamuk mengingat jika perempuan itu tengah berada disini juga. Ia tidak mau Anesaa mengetahui ini semua, jika isterinya mengetahui hal ini, ia tidak dapat menjamin akan bisa bersama keluarga kecilnya kembali. Ethan sangat bahagia ketika ia mengetahui jika Keeynan adalah anaknya, terlebih saat ini Anessa sudah mulai tidak keberatan dengan keberadaan dirinya.
Ia meronggoh saku celananya dan menyalakan posel miliknya, kemudia ia menghubungi seseorang.
"Bereskan wanita itu, aku tidak mau jika dia mengganggu isteri dan anakku" ucapnya diselimuti dengan nada dingin.
Kemudian ia mematikan sambungan telepon tersebut dan memutuskan untuk kembali ke apartement.
Sesampainya, Ethan tak mendapati keberadaan isterinya tersebut. Tubuhnya terkulai lemas ketika menyadari jika tempat pertemuannya dengan wanita tadi masih satu kawasan dengan tempat tinggal mereka. Lalu ia menguhubingi nomoe isterinya tersebut dengan jantung yang berpacu kencang.
KLEKKK
Suara pintu apartement terbuka, ia menoleh dan mendapati isterinya menenteng dua tas belanja. Kemudian ia menghampirinya dengan perasaan berkecamuk.
"Darimana saja kamu" tanya Ethan sembari menggoncak tubuh isterinya dengan panik.
"Apa kamu nggak lihat aku membawa ini" dengan kesal Anessa menyodorkan dua kantong tersebut kehadapan Ethan.
Lelaki itu menghela nafas lega, karena sepertinya isterinya tidak mengetahui kemana ia tadi pergi.
"Kalau butuh sesuatu kan bisa menitip padaku Sweet cake, kenapa kamu pergi sendiri?"
"Kamu kan sedang sibuk, jadi aku memutuskan pergi sendiri saja. Lagian aku kan tidak lumpuh" decak perempuan itu dengan kesal.
"Oke baiklah kali ini aku mengalah"
"Kamu tadi ngapain ke coffeshop diujubg sana?" tanya perempuan tersebut dengan santai. Ethan terdiam membatu mendengar pertanyaan yang isterinya lontarkan.
"Aku ingin membeli kopi Sweet cake sekalian cari udara segar"
"Kenapa tidak mengajakku? Aku bosan seharian ini disinj terus" ujarnya sambil cemberut. Ethan yang mendapati isterinya tengah merajuk kemudian mengecup bibir wanita itu.
Anessa yang dikecup sepertj itu hanya terdiam membatu, pasalnya hubungan mereka bisa dikatakan tidak seperti suami isteri pada umumnya. Walaupun Ethan bersikap hangat padanya, tapi ia masih ragu dan tidak mempercayai lelaki tersebut.
Ethan yang merasakan jika isterinya tidak memberi respon sedikitpun terhadap ciumannya kemudian melepas tautan bibir itu dengan kecewa. Anessa yang sadar buru buru mengambil langkah seribu untuk menghindari Ethan. Ia berjalan kearah belanjaan yang tergeletak dilantai, kemudian ia mulai menata barang barang tersebut.
"Sweet cake, kenapa?"
"Apanya?" jawab perempuan itu dengan gugup.
"Kenapa kamu diam saja dan tidak membalasnya?" ujar lelaki itu dengan nada merajuk miliknya.
"Aku sedang sibuk, kamu mau kita tidak bisa makan malam? Aku akan memasak saja" jawab Anessa dengan sedikit salah tingkah. Kenapa lelaki ini begitu vulgar terhadapnya sekarang.
"Kita bisa makan diluar saja"
"Tidak"
"Ayolah Sweet cake"
"Tidak"
Dengan kesal lelaki itu beralih kepada ranjang dan memutuskan untuk menonton tv saja. Mengingat jika isterinya sulit untuk dibujuk. Dalam hati, ia mencoba berfikir bagaimana caranya membuat isterinya tunduk terhadapnya tanpa ada pertengkaran sedikitpun. Kemudian ia menemukan sebuah ide, ia akan menelepon anak kesayangannya.
"Hallo sayang, apakabar?" tanya Ethan begitu telepon diangkat oleh sang anak.
"Kabar baik, Ayah sama Bunda bagaimana?"
"Baik juga"
"Kapan pulang? Keey udah kangen sama Bunda" jawab Keeynan dengan raut wajah bersedih.
"Sabar ya, Ayah sama Bunda akan pulang secepatnya. Keey mau dibawain oleh oleh apa?"
"Hmmm terserah Ayah deh"
"Kalau adik mau?" Anessa menoleh dan melotot kepada lelaki itu. Ethan yang ditatap seperti itu hanya menyeringai terhadap isterinya.
"Wah mauuu" jawab bocah itu dengan penuh antusias.
"Nanti Ayah sama Bunda buatkan"
"Baik Ayah, Keey tutuo teleponnya dulu kalau begitu" kemudian panggilan vidio tersebut mati.
Anessa berdecak sebal, karena lelaki itu memanfaatkan anaknya hanya demi keinginanya saja.
Kemudian Ethan beranjak dari tempay tidur dan menggendong tubuh isterinya secara paksa. Anessa meronta, namun terlambat kini tubuhnya telah mendarat diatas kasur dengan Ethan yang sudah berbaring diatas tubuhnya.
Anessa berusaha meronta namun lelaki itu membungkamnya dengan ciuman panas yang membuat tubuh Anessa tidak bisa menolak sedikitpun.
...****************...
"aku dan teman kamarku"