Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Latih tanding.
Xiao Ning adalah satu dari Tujuh Pendekar Legendaris, tetapi itu masih jauh di masa depan. Kini, Xiao Ning hanyalah seorang bocah berusia tiga belas tahun, penuh semangat dan penuh cita-cita.
Di masa depan, Xiao Ning dan Luo Yan akan menjadi sahabat karib, saling mengunjungi, bercanda, dan berbagi rahasia. Namun saat ini, kenangan indah itu hanya dapat dirasakan dalam bentuk kerinduan saja.
Dalam keadaan apapun, satu hal yang pasti adalah Xiao Ning selalu hadir untuk mendukung Luo Yan dari belakang.
Terkadang, Luo Yan mempertanyakan keakraban mereka yang tampak lebih dari sekadar persahabatan. Apakah hubungan ini benar-benar sama seperti hubungan antara laki-laki dan perempuan biasa?
Namun, Xiao Ning tentu bukan orang yang menyimpan perasaan terhadapnya, apalagi semua orang tahu siapa yang sebenarnya disukai Luo Yan.
"Mau berlatih tanding denganku? Ini akan menjadi latihan yang sangat bagus!" ajak Luo Yan dengan antusias.
Xiao Ning mengangguk mantap. Keduanya kemudian mengambil senjata masing-masing dengan semangat membara.
"Jangan harap aku menahan diri! Aku akan memberimu pelajaran yang tak akan kau lupakan!" tantang Xiao Ning, matanya bersinar penuh keteguhan.
Luo Yan tidak bisa menahan tawa. Kalimat itu selalu terucap sama, baik Xiao Ning saat ini maupun Xiao Ning di masa depan. Namun, Xiao Ning sangat serius. Dia adalah ahli beladiri berbakat yang diakui langsung oleh kaisar. Di usia lima belas, saat ujian tradisi berlangsung, dia bahkan berhasil meraih posisi pertama.
“Kalau begitu, aku yang akan menyerang duluan!” ujarnya penuh percaya diri, serangan pertama sudah dibayangkan dalam benaknya.
Ketika senjata mereka saling berbenturan, Xiao Ning terkejut—tenaga Luo Yan ternyata cukup kuat meski dirinya sudah mengerahkan setengah lebih dari kekuatan yang sebenarnya.
Mereka lanjut bertukar serangan dengan penuh semangat, namun tiba-tiba, Xiao Ning terpukul mundur oleh dua serangan cepat dari Luo Yan.
"Sialan! Sekarang aku akan serius! Jangan sampai kau menyesali ini!" teriak Xiao Ning, rasa percaya dirinya yang semula besar perlahan mulai memudar.
Dengan keahlian yang tak lazim untuk anak seusia mereka, Xiao Ning mulai membalikkan keadaan, menekan Luo Yan dengan serangan demi serangan. Namun, pengalaman Luo Yan jauh lebih kaya. Serangan yang datang dari segala arah seakan hujan, mudah dihentikan oleh Luo Yan yang mulai terbiasa.
Luo Yan menghela napas dalam-dalam dan merapikan kuda-kuda. Dia mengeluarkan < Teknik Jalur Pedang > "Gerakan Pertama : Tusukan Sederhana" dan berhasil membuat Xiao Ning terjungkal.
Menyadari apa yang telah menyebabkan kejatuhannya, Xiao Ning tak mau kalah. Dengan sungguh-sungguh, ia menarik napas dan mengeluarkan jurus andalan—< Teknik Pedang Burung Camar > "Gerakan Kedua : Mematuk Bumi".
Sekilas, Xiao Ning melesat seperti burung yang terbang ke langit, namun serangan tersebut tidak cukup efektif, Luo Yan dengan gesit menghindar.
Luo Yan kembali melancarkan < Teknik Jalur Pedang > dengan gerakan "Tusukan Sederhana", dan kali ini Xiao Ning terpelanting ke tanah.
"Padahal aku telah mengeluarkan tenaga dalam! Tapi kenapa aku tetap kalah?" pertanyaan itu meluncur dari bibir Xiao Ning, tak percaya saat ia terbaring lemas.
"Ini adalah kenyataan dari perbedaan kemampuan kita. Pengalamanku jauh lebih banyak daripada bocah sombong sepertimu," balas Luo Yan dengan penuh percaya diri.
"Apa katamu?!" Xiao Ning hanya bisa melotot tak percaya. Ia menuntut pertandingan ulang, dan permintaannya pun didengar oleh Luo Yan.
Tapi dari pertandingan kedua, ketiga, keempat, hingga yang kelima, hasilnya selalu sama. Xiao Ning tak pernah berhasil mendominasi. Setiap kali mereka bertanding, Luo Yan bertransformasi menjadi semakin kuat seolah dirinya adalah petarung yang tak tertandingi.
"INI MUSTAHIL! APA KAU SEORANG MONSTER?!"
Teriak Xiao Ning berusaha bangkit meski kecewa mendalam menyelimuti hatinya.