Anelis Siera Atmaja, wanita cantik berumur 23 tahun yang setiap harinya harus membanting tulang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan sepasang anak kembarnya, Arsha Abelano Aillard dan Arshi Ariella Agatha.
Anelis selalu menikmati setiap momen berharga dengan kedua buah hatinya. Baginya, Arsha dan Arshi adalah kebahagian terbesar dalam hidupnya, anugrah yang dikirimkan Tuhan di tengah rasa putus asanya.
Namun di hari itu, penederitaan seolah kembali menyergapnya, saat kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan, kini menghampirinya dengan tiba-tiba.
"Putra anda menderita penyakit Juvenile Myelomonocytic atau kanker darah. Kita memerlukan tindakan transplantasi sumsum tulang belakang segera"
Seketika itu air matanya langsung luruh, apakah Tuhan sekejam ini hingga tega memberikannya cobaan seberat ini.
Haruskah ia mencari keberadaan ayah mereka, laki-laki yang tanpa hati telah menghancurkan kehidupan sederhananya, demi keselamatan buah hatinya.
Salam sayang dari Reinata Ramadani
Ig : Chi Chi Rein
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Apa Dengan Arshi?
°°°~Happy Reading~°°°
Terik matahari kian membakar kulit, hawa panas kian menguar menyelimuti kota berpenduduk padat itu.
Sebuah mobil hitam mewah mulai membelah jalanan ibu kota yang tampak lengang. Hening yang hanya di rasa, tak ada satupun percakapan yang tercipta di sepanjang jalan, yang terdengar hanya deru mesin mobil yang berdengung halus di telinga.
Anelis masih setia dalam lamunannya, tatapannya kosong, menelisik keluar jendela di kejauhan, memandangi jejeran gedung-gedung bertingkat yang berdiri kokoh di sepanjang jalan.
Sedang Marvell duduk di sebelah Anelis dengan wajah menekuk, ia memberengut kesal, hari ini adalah hari tersial di dalam hidupnya, kalau saja bukan karena permintaan sang mama, tak akan sudi ia melayani wanita penjilat itu.
Apalagi setelah insiden itu, insiden ketika Anelis merengek meminta memberhentikan mobil hanya untuk membayar ojek online yang ditinggalkannya di depan gerbang, membuat Marvell benar-benar murka, ia sangat yakin jika wanita itu hanyalah wanita penjilat yang hobi mengeruk harta para jutawan.
Tak terasa mobil itu sudah memasuki areal halaman rumah sakit tempatnya Arsha di rawat, terlihat asisten Willy sudah standby di posisinya, di temani beberapa laki-laki bertubuh kekar dengan pakaian serba hitamnya. Merekalah yang akan mengawal Marvell dalam kunjungannya kali ini.
Salah satu bodyguard membukakan pintu untuk Marvell, menampilkan sosok jangkung Marvell yang semakin terlihat mempesona dengan kaca mata hitam yang bertengger di atas hidungnya.
Marvell menapakkan kakinya keluar mobil dengan menyibak rambut pirangnya, hanya wajah dingin yang senantiasa ia tampilkan. Namun entah mengapa, sikap dinginnya itu selalu saja menambah kesal cool yang selama ini telah tersemat di dalam dirinya.
" Kau sudah mengurusnya? " Sahut Marvell tanpa basa-basi, seperti itulah dirinya, segala sesuatu harus di selesaikan secepat mungkin, tanpa kesalahan sekecil apapun.
" Sudah tuan... " Timpal Willy yang disertai anggukan penuh rasa hormat. Bagi Willy, perintah semacam itu hanya hal remeh yang bisa di selesaikan nya hanya dengan menutup mata.
" Pastikan berita kedatangan ku di sini tak sampai beredar luas!!! " Titah Marvell tanpa bantahan, Willy yang langsung bisa menangkap maksud dari perintah itu pun segera mengangguk patuh.
Mereka segera memasuki rumah sakit itu lebih dalam, terlihat para petinggi rumah sakit sudah berjejer menyambut kedatangan Marvell beserta bawahannya.
Para petinggi itu langsung membungkukkan badannya hormat, rasa bahagia kini terselip di antara wajah-wajah menegang yang masih tertunduk itu.
Ya, mereka tak pernah menyangka bisa bertemu dengan laki-laki paling berpengaruh itu, namun di samping itu ada hal yang jauh lebih penting. "Jangan sampai melakukan kesalahan sekecil apapun jika ingin selamat " pesan itulah yang selalu terngiang dalam benak mereka saat di hadapkan dengan sosok Marvell, pengusaha ternama yang paling berpengaruh.
Marvell tampak acuh saja dengan penyambutan luar biasa itu, ia melanjutkan langkahnya, melewati lorong-lorong rumah sakit dengan warna cat putih yang sedikit memudar.
Sedang Anelis masih setia dalam kebisuannya, kakinya melangkah mengikuti kemanapun langkah kaki Marvell tertuju. Tak ada bantahan yang keluar dari mulutnya yang masih terkunci, bukannya takut, ia hanya tak mau membuat laki-laki itu bertambah jengkel hingga membatalkan prosedur transplantasi nya.
Beberapa langkah lagi mereka akan sampai di ruangan Arsha, hanya tinggal berbelok di sebuah lorong lalu melangkah maju.
Namun tiba-tiba matanya mengerjap, Anelis menajamkan matanya, bukankah itu putri kecilnya?
Iya, itu memang Arshi. Gadis itu baru saja keluar dari ruangan Arsha dengan langkah terburu, menolehkan kepala nya ke kanan dan ke kiri, gadis itu tampak kebingungan.
Kekhawatiran seketika menelisik dalam relung hati Anelis saat di dapatinya Arshi tengah terisak, wajah gadis itu tampak kebingungan dengan lelehan air mata yang kian menderas.
Ada apa dengan Arshi?
Tanpa pikir panjang, Anelis segera berlari menemui putri kecilnya itu, mendahului langkah Marvell begitu saja tanpa ada rasa takut sedikitpun yang terselip di dalam hatinya.
" Sayang... Arshi... " Teriak Anelis membuat gadis kecil itu menoleh menatap ke arah ibunya.
" Mommy... " Teriak Arshi setengah terisak, gadis kecil itu seketika melangkahkan kaki kecilnya mendekati mommy yang sedari tadi di cari-carinya.
Seketika itu Anelis mendekap erat tubuh putri kecilnya, ada rasa bersalah yang terselip dalam relung hatinya, melihat putri kecilnya itu menangis menunjukkan bahwa ia tak mampu menjadi mommy yang terbaik untuk anak-anaknya.
" Arshi kenapa sayang... " Anelis mengusap air mata yang masih berjatuhan dari pelupuk mata Arshi, menatap dalam-dalam wajah sendu Arshi yang terlihat begitu terluka.
" Asha my, hiks...hiks... " Sahut Arshi sesenggukan, sepertinya putri kecilnya itu sudah menangis agak lama.
" Arsha kenapa sayang? Arsha nakalin Arshi? " Anelis menduga-duga, memang kedua anaknya itu tak pernah bisa akur sedari dulu, tapi kenapa harus sekarang saat salah satunya tengah sakit, mereka masih saja menyempatkan untuk berantem?
" Eundak mommy,...hiks... Asha eundak nakalin Ashi... hiks... " Arshi menggeleng kuat.
" Terus kenapa sayang... "
" Tangannya Asha beuldalah my, huhuhu... " Tangis Arshi semakin kencang, ada rasa sakit saat melihat saudara kembarnya itu kesakitan.
" Berdarah? Berdarah kenapa sayang... "
" Tadi Asha na penen eumpis, nungguin mommy tapi mommy na lama... eundak puyang-puyang " jelas Arshi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Telus Ashi mahu panggilin encus Tina buat bantuin Asha eumpis, tapi Asha na eundak mahu myh... Asha mahu na empis seundili. Telus... Hiks... Pas udah shelesai eumpis, tangan na Asha beuldalah myh... Asha eundak mahu dengelin Ashi myh... Huhuhuhu... " Arshi kembali merengkuh tubuh sang mommy, ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga saudara kembarnya itu.
" Tidak apa-apa sayang. Sudah, jangan nangis lagi. Kasihan Arsha nanti kalau lihat Arshi nangis nanti Arsha sedih gimana? " Anelis menepuk-nepuk bahu Arshi yang bergetar karena isaknya, meski hatinya sendiri tengah dilanda kegundahan, namun ia harus tetap terlihat baik-baik saja di depan anak-anak nya.
Setelah Arshi mulai tenang, Anelis segera mengangkat tubuh Arshi yang sudah tak memiliki gairah untuk melakukan apapun. Ya, gadis itu masih merasa bersalah, wajahnya cemberut dengan bekas tangis yang masih menggenang.
Di gendong nya tubuh Arshi di depan layaknya anak koala, melangkah cepat, Anelis tak ingin membuat Arsha menunggunya lebih lama lagi.
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Maap telat update😅
Happy Reading
Saranghaja 💕💕💕