Di Benua Tian Yuan, semua orang berlatih Dao Sihir hingga ke puncak, menjadi dewa abadi sejati. Itu telah di lakukan dari generasi ke generasi, tradisi yang orang semua percaya bahwa Dao Sihir adalah satu-satunya jalan menuju puncak keabadian.
Namun Jian Xin, pemuda sampah yang di anggap sebagai pemborosan oleh semua orang tiba-tiba muncul dengan Jalan Dao yang berbeda. Jalan Dao yang menantang langit, jalan Dao yang telah di tinggalkan semua orang. Yaitu Dao Pedang .....
Dengan hati Dao Pedang yang kuat, dia menempuh jalan yang lebih sulit dan menyakitkan dari orang lain. Semua untuk membuktikan bahwa Dao yang dia miliki bisa membawannya ke puncak!
Dalam perjalanan yang menyakitkan itu, dia tiba-tiba menemukan rahasia besar yang telah lama menghilang. Rahasia yang di tinggalkan oleh Dewa Dao pertama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Apakah Itu Berharga?
Mendengar ucapan ayahnya, sudut mata Jiang Xin menyipit."Kediaman Walikota!" gumamnya dingin.
Di kota Sangyin, selain Klan Jiang yang merupakan Klan penguasa. Terdapat dua kekuatan lainya yang sama kuatnya, mereka adalah Klan Yao, Klan Ling dan Kediaman Walikota Ning. Meski secara militer, Klan Jiang, Klan Yao, Klan Ling dan Kediaman Walikota Ning memiliki kekuatan yang sama. Tapi Kediaman Walikota Ning sedikit berada di atas Klan Jiang dan Klan Yao serta Klan Ling, itu karena pemimpin Kediaman Walikota Ning adalah seorang praktisi kuat yang berada di ranah Dao Master Tingkat Puncak. Itu lebih kuat dari Jiang Rao dan Yao Shan serta Ling Chang yang berasal dari generasi yang sama.
Karena itulah, di permukaan. Klan Jiang harus tetap bersikap hormat dan ramah kepada orang-orang dari Kediaman Walikota Ning, meski Klan Jiang beberapa kali mendapatkan perlakuan tidak baik dari Kediaman Walikota Ning setiap menghadiri acara ulang tahun.
"Baiklah, Xin'er. Berlatih dengan baik, sekarang harapan Klan Jiang ada di pundakmu!" kata Jiang Ruyin sambil menepuk pundak Jiang Xin, setelah itu. Dia berbalik dan berjalan meninggalkan halaman.
Melihat punggung ayahnya yang menjauh, Jiang Xin segera berbalik dan berlari menuju halaman luar. Di halaman luar, terlihat beberapa murid yang sedang berlatih di alun-alun. Ketika mereka melihat Jiang Xin, senyum menyanjung segera muncul di wajah mereka.
"Tuan Muda Xin. "
"Tuan Muda Xin."
"Tuan Muda Xin."
Para murid menyapa Jiang Xin dengan ramah.
Jiang Xin mengangguk lalu mempercepat langkahnya menuju pintu gerbang.
Di depan pintu gerbang, ada dua penjaga sedang berdiri dengan postur tegap. Wajah mereka datar saat mereka muncul seperti patung, namun begitu mereka melihat Jiang Xin. Wajah yang semula datar segera menunjukan ekspresi.
"Tuan Muda Xin."
"Tuan Muda Xin."
Sapa kedua penjaga itu dengan hormat.
"Aku akan keluar, buka gerbangnya!" ujar Jiang Xin.
"Baik Tuan Muda. "
Kedua penjaga itu mengangguk, lalu dengan cepat. Mereka mendorong gerbang besi yang menciptakan suara berderak yang keras.
Setelah pintu gerbang sepenuhnya terbuka, Jiang Xin menatap kedua penjaga. "Jika ayah nanti bertanya, katakan padanya bahwa aku sedang keluar untuk berlatih dan tidak akan kembali malam ini!" ucapnya.
"Baik. "
Kedua penjaga itu mengangguk paham.
Setelah mendapatkan jawaban dari penjaga gerbang, Jiang Xin segera melangkahkan kakinya melewati pintu gerbang sebelum akhirnya menghilang di antara arus manusia yang berlalu-lalang di jalan utama kota.
Setelah berjalan cukup lama di sekitar kota, Jiang Xin akhirnya berhenti di depan tokoh kecil yang berdiri di seberang jalan.
Menatap tokoh kecil yang sepi dari pelanggan, Jiang Xin dengan aneh berkata. "Guru, ada apa dengan tokoh ini?"
"Aku merasakan aura yang familiar datang dari tokoh itu, coba masuk dan periksa! Kamu juga berniat untuk menjual barang bukan. Kamu bisa sekalian melakukannya sementara Guru mencari-cari aura itu!" ujar Shen Jian di hati Jiang Xin.
"Baiklah. " Jiang Xin mengangguk lalu dengan cepat berjalan masuk ke dalam tokoh.
Begitu dia masuk, tatapannya segera jatuh pada sosok pria tua kurus yang sedang duduk di belakang konter. Pria kurus itu tampak lesu saat dia menopang dagunya dengan malas.
Namun ketika pria tua itu melihat Jiang Xin, pupil matanya seketika berbinar. "Pelanggan," ucapnya gembira.
Dengan langkah cepat dan tergesa-gesa, pria kurus itu bangkit dari kursinya lalu berjalan menuju Jiang Xin dengan senyum ramah di wajahnya.
"Pelanggan yang terhormat, ada yang bisa aku bantu?" tanya pria kurus dengan sopan.
Jiang Xin menyapu pandanganya ke arah rak-rak yang di penuhi debu. "Guru, apa kamu menemukan sesuatu?" tanyanya.
"Guru sedang mencari, hanya saja. Aura itu sangat samar, " kata Shen Jian. "Tetap di sini untuk sementara, Guru akan berusaha menemukan aura itu lagi!" tambahnya.
Jiang Xin mengangguk, kemudian berbalik menatap pria kurus. "Aku punya banyak benda di sini, apa kamu mau membeli?" ucapnya.
"Menjual barang?" Pria kurus mengerutkan kening. "Bisa tunjukan padaku!" kata Pria kurus dengan acuh tak acuh, kegembiraan di wajahnya telah banyak berkurang.
Tapi Jiang Xin tidak perduli dengan perubahan ekspresi pria kurus saat dia dengan santai melambaikan tangannya.
Saat itu terjadi, cincin di jarinya berkedip dan ribuan batu roh muncul di atas meja konter. Membuat pria kurus terkejut, tapi bukan batu roh yang membuat pria kurus terkejut tetapi cincin perak di jari Jiang Xin.
"Cincin Penyimpanan?" Pria kurus menatap cincin perak di jari Jiang Xin dengan terkejut, kemudian. Dia dengan hati-hati menatap wajah tampan pihak lain yang belum dewasa itu, dan setelah beberapa saat. Dia terkejut. "Jiang Xin, Tuan Muda Klan Jiang," ucapnya.
"Kamu memiliki mata yang baik," ujar Jiang Xin.
Mendengar ucapan Jiang Xin, pria kurus dengan cepat berubah ekspresinya menjadi senyum menyanjung. "Hehe, ternyata Tuan Muda Xin. Sungguh sebuah kehormatan bahwa Tuan Muda Xin bersedia datang ke tokoh kecil pria tua ini," tawa pria kurus.
Lagi pula, setelah semuanya. Meski pertarungan antara Jiang Xin dan Jiang Wusang baru terjadi kemarin, tapi itu sudah menyebar luas di seluruh kota Sangyin. Membuat nama Jiang Xin yang sebelumnya di sebut sebagai sampah dengan cepat berubah menjadi jenius muda kebanggan Klan.
Setelah mengetahui bahwa pemuda di hadapannya adalah Jiang Xin, pria kurus itu dengan cepat menghitung jumlah batu roh yang ada di atas meja.
Sementara pria kurus menghitung, Jiang Xin dengan santai berjalan mengitari ruangan tokoh. Melihat-melihat benda-benda yang terpajang di rak.
Pada saat Jiang Xin melewati salah satu rak, suara Shen Jian tiba-tiba memasuki telinga Jiang Xin.
"Guru menemukannya, aura itu. Itu berada di rak samping kirimu."
Mendengar ini, Jiang Xin dengan cepat berbalik dan menyapu pandangannya pada benda-benda di rak sebelah kirinya. Cukup lama dia melihat-lihat sebelum akhirnya tatapannya jatuh pada benda putih yang berbentuk seperti tongkat.
"Guru, apa benda ini?" tanya Jiang Xin.
"Ya, itu dia. Lakukan apapun untuk mendapatkan benda itu, itu sangat penting!" kata Shen Jian.
Jiang Xin mengerutkan kening, dia merasa bahwa benda ini hanya sesuatu yang tidak berguna jika di perhatikan. Ini tidak seperti logam sihir sebelumnya, namun meski begitu. Karena Shen Jian mengatakan demikian, maka Jiang Xin hanya bisa mengikuti.
Jiang Xin kemudian mengulurkan tangannya dan meraih benda putih berbentuk tongkat itu, dan saat dia mengangkatnya. Dia semakin yakin bahwa benda ini hanya benda biasa karena bobotnya yang terlampau ringan.
"Guru, apa benda ini benar-benar penting?" tanya Jiang Xin dengan ekspresi ragu di wajahnya.
"Guru akan menjelaskannya nanti," kata Shen Jian.
Jiang Xin mengangguk, kemudian dia berjalan menuju meja konter sambil membawa benda putih berbentuk tongkat di tangannya. Pada saat yang sama, pria kurus juga telah selesai menghitung total harga dari batu roh di atas meja.
"Bagaimana?" tanya Jiang Xin.
"Total ada 1,200 batu roh, dan jika di konversi menjadi koin. Itu akan bernilai 120 koin platinum, 240 koin emas dan 600 koin perak," terang pria kurus.
Jiang Xin mengangguk. "Berikan saja aku koin emas," ucapnya. "Oh, jangan lupa masukan benda ini dalam tagihan!" tambahnya sambil menunjukan benda yang ada di tangannya.
"Baik Tuan Muda," jawab Pria kurus.
Kemudian, dia mengeluarkan koin 220 koin emas dari laci konter. "Harga tongkat putih itu hanya 20 koin emas, seorang pria misterius menjualnya padaku dengan harga 200 koin emas. Awalnya aku berpikir bahwa benda ini mungkin barang yang berharga, tapi setelah membelinya. Aku menyadari bahwa benda itu hanya tongkat biasa, jadi aku telah di tipu 200 koin emas," ujar pria kurus dengan sedih sementara dia memberikan koin emas kepada Jiang Xin.
"Wahh, ceritamu cukup menyedihkan pak tua. Meski aku tidak tahu apakah itu kebenaran atau kebohongan, aku akan menambahkan 50 koin emas. Semoga itu bisa mengobati sakit hatimu," kata Jiang Xin sambil meletakkan lima puluh koin emas di atas meja konter, kemudian berbalik dan berjalan keluar dari tokoh.
"Terimakasih Tuan Muda," kata pria kurus dengan gembira.