" Mau gimanapun kamu istriku Jea," ucap Leandra
Seorang gadis berusia 22 tahun itu hanya bisa memberengut. Ucapan yang terdengar asal dan mengandung rasa kesal itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Jeanica Anisffa Reswoyo, saat ini dirinya sudah berstatus sebagai istri. Dan suaminya adalah dosen dimana tempatnya berkuliah.
Meksipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dengan status mereka.
Jadi bagaimana Jea bisa menjadi istri rahasia dari sang dosen?
Lalu bagaimana lika-liku pernikahan rahasia yang dijalani Jea dan dosennya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Rahasia 27
Jea terlihat sangat lelah, mood nya benar-benar hancur hari ini. Beruntung hari ini cuma ada satu mata kuliah. Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Rasanya ia ingin bisa segera memejamkan mata dan melupakan semua yang terjadi hari ini, tapi semakin berusaha untuk dilupakan semakin dia kepikiran.
" Huuft, Varlie. Sebenarnya dia ini kenapa sih. Sebegitu bencinya sama aku. Aah iya, sejak MABA dulu dia emang udah nggak suka sama aku. Tapi kena-why? Bener-bener nggak bisa masuk di kepalaku tuh."
Jea mencoba untuk mengingat, selama ini dia tidak pernah sekalipun mengganggu Varlie. Dia juga memilih untuk diam setiap kali Varlie berulah, itu semua semata-mata karena dia enggan berurusan dengan gadis itu. Tapi semakin kesini tingkah Varlie semakin tidak bisa ditoleransi. Dia semakin menjadi-jadi.
Degh!
Pikiran Jea seketika menuju ke sesuatu yang paling dia takutkan. Overthinking kalau anak muda jaman sekarang. Ya dia seketika takut jika hubungannya dengan Lean tersebar. Dia takut statusnya sebagai istri rahasia sang dosen diketahui oleh Varlie dan disebarkan.
Itu pasti akan membuat semuanya heboh dan kacau. Terlebih keluarga Lean yang Jea tahu merupakan keluarga terpandang. Publik pasti akan memiliki asumsi buruk terhadap Lean dan keluarganya.
" Aku, aku bakalan jadi pembawa masalah buat dia? Aku pasti akan menjadi sumber virus yang menjangkiti Bang Lean dan keluarganya. Aduuh aku harus gimana nih. Kalau tiba-tiba Varlie nyari tahu tentang aku, terus hubungan aku sama Banga Lean ketahuan, arghhh!"
Jea mengacak rambutnya dengan kasar. Kondisi mood nya yang sedang tidak baik itu membuatnya berpikiran buruk. Dia seolah tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Dan pada akhirnya Jea menangis keras. Ya, dia tergugu di kamar yang sepi itu.
" Aku kangen sama Bapak, kenapa bapak harus pergi sih Pak? Hiks hiks hiks, seandainya Bapak nggak pergi, aku nggak akan ada dalam situasi kayak gini."
Pada intinya saat ini Jea sedang merasa di titik lelahnya. Dia seolah tidak berdaya dalam menghadapi Varlie. Ketakutan yang sangat berdasar tentang hubungan rahasianya dengan Lean semakin memicu ketakutannya.
Tanpa sadar gadis itu pun terlelap. Keresahan dan ketakutannya membuat Jea tertidur ketika tubuhnya benar-benar lelah. Fisik dan metalnya yang tengah tidak dalam keadaan bagus itu membuatnya tertidur ditengah air mata yang belum terhapus.
Tak tak tak
Cekleek
" Assalamu'alaikum istriku, kayaknya kamu beneran lagi capek ya, sampai berkali-kali aku ucap salam dan manggil kamu, kamu sama sekali nggak nyahut. Haaah, aku nggak tahu kalau kamu di kelas ada yang ganggu. Maaf ya aku baru pulang dan baru tahu soal ini. Tidurlah Jea, semoga saat bangun nanti rasa lelah mu udah hilang. Aku punya sesuatu buat kamu nanti."
Rupanya setelah 4 hari pergi, Lean akhirnya pulang juga. Dia tersenyum melihat istrinya sudah berada di rumah. Hanya saja dia mendapat laporan yang isinya tidak menyenangkan tentang apa yang terjadi di kelasnya tadi.
Ya, Lean yang tengah mengonfirmasi perihal kelasnya kepada sang paman sedikit terkejut mendapati adanya keributan yang terjadi antar mahasiswa. Dan Lean semakin terkejut saat tahu bahwa nama Jeanica disebut oleh pamannya.
Tentu saja Lean tidak tinggal diam, ia bertanya kronologinya. Ia juga langsung meminta ke pihak kampus terkait kamera pengawas. Lean ingin melihat apa yang terjadi di kelasnya itu.
Sore itu juga Lean menerima rekaman kamera pengawas yang ada di kelas Jea. Dia melihat Jea yang menampar Varlie, itu pertama kalinya ia tahu istrinya memiliki sisi yang seperti itu. Tapi Lean senang, akhirnya Jea tidak hanya tinggal diam ketika ada yang menekannya. Akhirnya Jea berani untuk melawan.
" Kita lihat dulu apa maunya anak ini. Setelah dilihat-lihat dia memang sering mengganggu Jea. Ughh, nah sekarang ayo kita siapin makan malam. Jea pasti suka, aku bawa oleh-oleh buatnya."
Lean nampak sangat bersemangat menyiapkan makan malam, dan tentunya beberes rumah. Dia sama sekali tidak merasa lelah padahal baru kembali dari luar kota. Malahan dia terlihat begitu sumringah. Matanya berbinar dan sepanjang bergerak pria itu terus bersenandung. Sungguh suasana hati yang bagus, atau ada sesuatu yang membuatnya demikian.
Akan tetapi Lean tidak tahu bahwa dia nanti akan menghadapi sedikit prahara dari keluarganya. Tapi tentu saja semua itu juga atas hasil perbuatannya sendiri.
Tap tap tap
" Selamat sore istriku, udah bangun hmm?"
" Bang? Abang kapan pulang, kok nggak ngabari? Terus sampai di rumah jam berapa? Abang kok nggak bangunin aku. Abang pasti capek kan, kenapa harus pake acara masak segala sih."
Lean terkekeh geli, rupanya Jea bisa secerewet ini. Tapi lagi-lagi Lean suka dan menurutnya ekspresi Jea saat ini begitu menggemaskan. Ya, apapun yang dilakukan Jea dimata Lean memang terkesan lucu. Dia selalu suka melihat dan mendengar istrinya bicara.
Sreeet
Lean menarik sebuah kursi, menuntun Jea untuk duduk lalu menyajikan makanan yang ia yakin betul akan disukai Jea.
" Bang, serius Abang yang masak?"
" Cicipin aja dulu."
Jea mencicipi beberapa makanan yang disajikan oleh Lean. Keningnya berkerut, bukan karena rasanya tidak enak, tapi ia sangat familiar dengan rasa masakan itu.
" Kok kayak masakan Ibu sih. Bang, ini nggak mungkin kamu yang masak kan?"
" Hahaha iya bener, aku nggak mungkin masak itu lagian juga aku nggak sepinter itu. Semua ini Ibu emang yang masak, Ibu yang minta aku bawa. Kemarin aku pulang ke rumah Ibu. Dan i have something for you."
Lean beranjak dari kursi lalu masuk ke kamar. Dia mengambil sebuah paperbag kecil tapi kelihatannya isinya penuh. Sebenarnya saat ini Jea masih sangat bingung. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalanya. Dan pertanyaan paling besar adalah ada urusan apa Lean pulang ke kampung halamannya, bahkan tidak bercerita apapun.
Tak
" Maaf ya aku terlambat. Jeanica Anisffa Reswoyo istriku, mari kita hidup bersama sampai maut memisahkan kita."
" Bang ini ~"
Jea tidak mampu berkata-kata ketika tangannya di raih oleh Lean lalu dipasangkan sebuah cincin. Cincin berwarna platinum itu tampak sederhana namun sebuah permata kecil yang ada di sana menunjukkan bahwa cincin itu mungkin harganya lebih mahal dari motor miliknya.
Keterkejutan Jea masih belum selesai ketika Lean mengeluarkan buku kecil dari paperbag. Buku berwarna hijau dan coklat itu tanpa dijelaskan pun Jea sudah tahu apa artinya.
" Abang pulang ke rumah Ibu untuk ini?"
" Iya, seperti yang sudah aku katakan bahwa aku hanya akan menikah sekali. Dan kamu akan jadi istriku satu-satunya. Kamu adalah wanita yang aku nikahi maka aku akan hidup bersama dengan mu membentuk sebuah keluarga. Jadi, apakah kamu memiliki tujuan yang sama dengan ku, Jeanica?"
Setiap ucapan yang meluncur dari mulut Lean berisi kesungguhan dan ketulusan. Mata itu seketika berkaca-kaca, dan hanya anggukan kepala yang mampu dilakukan oleh Jea sebagai jawaban atas pertanyaan Lean.
" Alhamdulillah, ternyata kita memiliki tujuan yang sama. Jea, mulai sekarang kamu adalah istriku yang sah dimata agama dan negara. Kamu adalah satu-satunya istri dari Leandra Ranza Dwilaga. Jadi, jangan biarkan siapapun berani untuk meremehkan mu."
Greb
Jea memeluk Lean, ini adalah pertama kalinya Jea melakukannya atas inisiatif sendiri. Dada Lean yang bidang sungguh memberikan kenyamanan dan kehangatan tersendiri. Seolah keresahan dan ketakutan yang tadi dirasakannya sirna begitu saja.
Cup
Sebuah kecupan singkat Lean daratkan di kening sang istri. Kini ia bisa leluasa untuk mendekap Jea dan juga melindunginya.
" Bang, aku sayang kamu."
" Sama Jea, aku juga sayang kamu."
TBC