"The Secret Behind Love." adalah sebuah cerita tentang pengkhianatan, penemuan diri, dan pilihan yang sulit dalam sebuah hubungan. Ini adalah kisah yang menggugah tentang bagaimana seorang wanita yang bernama karuna yang mencari cara untuk bangkit dari keterpurukan nya, mencari jalan menuju kebahagiaan sejati, dan menemukan kembali kepercayaannya yang hilang.
Semenjak perceraian dengan suaminya, hidup karuna penuh dengan cobaan, tapi siapa sangka? seseorang pria dari masa lalu karuna muncul kembali kedalam hidupnya bersamaan setelah itu juga seorang yang di cintai nya datang kembali.
Dan apakah Karuna bisa memilih pilihan nya? apakah karuna bisa mengendalikan perasaan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jhnafzzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Venue.
Pagi itu, Karuna bangun dengan suasana hati yang jauh lebih ringan. Cahaya matahari masuk melalui sela-sela tirai jendela, membuat kamar kecilnya terasa lebih hangat. Ethan sudah bangun lebih dulu dan sibuk dengan mainan dinosaurusnya di lantai.
“Sayang, ayo mandi. Nanti Om Dirga datang jemput, loh,” panggil Karuna sambil melipat selimut.
Ethan menoleh dengan mata berbinar. “Om Dirga? Serius, Ma? Aku harus pakai baju yang bagus, dong!” katanya sambil berlari ke arah lemari kecilnya.
Karuna hanya tertawa kecil melihat tingkah anaknya. Dirga benar-benar punya tempat spesial di hati Ethan, pikirnya sambil membantu anak itu bersiap-siap.
Sekitar setengah jam kemudian, suara klakson mobil terdengar dari depan kos. Karuna melirik keluar jendela, melihat Dirga berdiri di samping mobilnya sambil melambaikan tangan.
“Om Dirga udah datang!” seru Ethan, melompat-lompat dengan tas kecilnya.
Karuna mengambil tasnya sendiri dan menggandeng Ethan keluar. Begitu pintu terbuka, Dirga tersenyum lebar, langsung menyapa mereka.
“Pagi, calon pengantin sama jagoan kecil,” ucapnya santai.
Karuna mengangkat alis sambil pura-pura protes. “Calon pengantin? Jangan terlalu percaya diri, dir.”
Ethan tertawa, sementara Dirga mengangkat bahu dengan senyum jahil. “Ya, calon pengantin masa depan. Harus optimis dong.”
Mereka bertiga masuk ke mobil, dan perjalanan menuju sekolah Ethan dimulai. Sepanjang jalan, suasana penuh tawa. Dirga terus bercanda dengan Ethan, membicarakan dinosaurus dan rencana main di akhir pekan.
Sesampainya di sekolah, Ethan langsung keluar dengan semangat. Ia melambaikan tangan ke Dirga dan Karuna sebelum berlari ke teman-temannya di gerbang.
“Dadah, Ma! Dadah, Om Dirga!” teriaknya.
“Dadah, Ethan! Belajar yang rajin ya!” balas Karuna.
Setelah Ethan masuk, Dirga berdiri di dekat mobil, menatap Karuna dengan senyum hangat. “Kamu makin cantik aja pagi ini.”
Karuna mengerutkan dahi, menatapnya dengan tatapan curiga. “Hah? Ada apa nih? Kok muji tiba-tiba?”
Dirga mengangkat tangannya seolah menyerah. “Nggak ada apa-apa kok. Aku cuma bilang yang bener aja.”
Sebelum Karuna sempat membalas, Dirga tiba-tiba mendekat. Wajahnya semakin dekat ke Karuna, membuat wanita itu sedikit salah tingkah.
“Dirga, kamu ngapain sih?” tanya Karuna, mundur setengah langkah.
“Cuma mau cium kening calon istriku. masa gak boleh hm?” jawab Dirga menaikkan sebelah alisnya, tapi dengan nada menggoda.
Karuna langsung mengangkat tangan, menutupi keningnya sambil tertawa kecil. “Eh, jangan dulu! Belum sah, nanti dosa.” katanya dengan nada jenaka.
Dirga tertawa, mundur sambil mengangkat kedua tangannya. “Oke, oke. Aku nurut. Tapi nanti kalau udah sah, kamu nggak bisa ngelak lagi, ya.”
Karuna hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum, wajahnya sedikit memerah. “Lihat nanti aja. Udah, sekarang kita pulang.”
Dirga tersenyum puas, membuka pintu mobil untuk Karuna. “Baik, Calon Pengantin. Pulang dulu, ya. Tapi nanti malam, jangan lupa aku jemput buat lihat tempat venue yang baru.”
Karuna hanya mengangguk, masuk ke mobil dengan perasaan campur aduk antara malu, senang, dan geli. Perjalanan pulang pun diisi dengan canda ringan, membuat pagi itu terasa lebih hangat dari biasanya.
Hari itu, setelah menjemput Ethan dari sekolah, Dirga punya rencana berbeda. Ia mengantar Ethan ke taman bermain, sebuah tempat yang aman dan nyaman, lengkap dengan wahana yang pasti disukai anak-anak. Ethan langsung bersorak senang begitu melihat arena bermain penuh warna itu.
"Om Dirga, aku mau main perosotan itu! Sama trampolin!" serunya sambil menunjuk beberapa wahana.
Dirga mengangguk sambil tersenyum. “Boleh, jagoan. Main puas-puas ya, tapi jangan lupa minum kalau haus.”
Di dekat pintu masuk, dua pria berbadan tegap yang sudah Dirga siapkan berdiri dengan raut wajah serius. “Kalian jaga Ethan baik-baik, ya. Jangan sampai jauh dari dia,” kata Dirga kepada mereka.
Karuna, yang berdiri di samping Dirga, menatap heran. “Kamu serius bawa bodyguard buat Ethan? Taman ini aman banget kok.”
Dirga tertawa kecil. “Ya, aku tahu. Tapi aku nggak mau ambil risiko. Ethan tanggung jawab kita sekarang, kan? Lagian aku mau kita fokus untuk urusan venue nanti.”
Karuna hanya menghela napas sambil menggelengkan kepala, meski hatinya lega dengan perhatian Dirga.
Ethan melambai pada mereka sebelum berlari menuju wahana perosotan, diikuti para bodyguard yang tetap menjaga jarak. Karuna sempat melambai balik sambil tersenyum.
“Kalau gitu, kita pergi sekarang?” tanya Karuna.
“Yup. Aku udah atur semuanya. Ayo,” jawab Dirga, membimbing Karuna ke mobil.
Di perjalanan menuju venue, Karuna merasa sedikit canggung. Meski ia sudah menerima lamaran Dirga, rasanya masih aneh membayangkan dirinya berdampingan dengan pria itu di acara besar seperti pernikahan.
“Karuna, kok diam aja? Nggak suka aku ajak ke venue ini?” tanya Dirga sambil meliriknya.
Karuna menggeleng pelan. “Bukan gitu. Aku cuma… ini semua terasa cepat. Kadang aku masih nggak percaya aja.”
Dirga tersenyum, menepuk tangan Karuna yang ada di kursi sebelah. “Cepat atau lambat, yang penting kita sama-sama siap, kan? Lagi pula, aku udah nunggu momen ini cukup lama.”
Karuna hanya tersenyum kecil. Dalam hatinya, ia tahu Dirga benar, tapi tetap ada rasa gugup yang tak bisa ia hilangkan.
Sesampainya di venue, Karuna terkejut melihat betapa megahnya tempat itu. Sebuah ballroom besar dengan dekorasi elegan dan halaman luar yang dihiasi lampu-lampu gantung. Para staf sibuk mempersiapkan beberapa bagian, dan seorang manajer acara segera menghampiri mereka.
“Selamat datang, Pak Dirga, Ibu Karuna. Silakan, mari saya antar untuk melihat-lihat,” katanya dengan ramah.
Dirga menggandeng tangan Karuna saat mereka masuk ke dalam. “Gimana? Cocok nggak sama selera kamu?” bisiknya di telinga Karuna.
Karuna menatap sekeliling, kagum dengan suasana tempat itu. Tirai putih, lampu gantung kristal, dan panggung kecil di tengah ruangan membuat tempat ini terlihat seperti di film-film.
“Bagus banget,” jawab Karuna dengan jujur. “Tapi… kayaknya terlalu mewah deh, Dir. Kita butuh yang sebesar ini?”
Dirga tertawa kecil. “Bukan soal butuh atau nggak. Aku mau ini jadi hari yang spesial, nggak cuma buat kita, tapi buat Ethan juga. Dia harus tahu kalau keluarganya istimewa.”
Karuna hanya bisa mengangguk, hatinya sedikit tersentuh dengan kata-kata Dirga. Mereka melanjutkan tur ke area luar, di mana ada taman luas yang bisa digunakan untuk resepsi outdoor.
Setelah selesai berkeliling, mereka kembali ke ruang utama untuk berbicara dengan manajer acara. Karuna mencoba memberi masukan tentang dekorasi yang lebih sederhana, sementara Dirga tampaknya lebih suka konsep besar-besaran.
“Gimana kalau kita kompromi?” tanya Dirga sambil tersenyum. “Aku kasih dekorasi favoritmu di meja tamu, tapi aku tetap pasang lampu-lampu gantung di atas panggung. Deal?”
Karuna tertawa kecil. “Deal. Kamu memang nggak bisa lepas dari gaya gaya begitu, ya?”
Dirga mengangkat bahu santai. “Kamu tahu betul selera aku yang gimana.”
Saat perjalanan pulang untuk menjemput Ethan, Karuna merasa lebih rileks. Dirga benar-benar membuatnya merasa dihargai dan dianggap, bahkan dalam hal-hal kecil seperti memilih dekorasi pernikahan.
“Kamu nggak capek? Dari tadi aku ngomong terus soal venue,” tanya Dirga sambil menyetir.
Karuna menggeleng. “Nggak kok. Aku malah senang. Aku jadi tahu apa yang kamu suka.”
Dirga meliriknya dengan senyum jahil. “Kalau gitu, aku juga harus tahu lebih banyak apa yang kamu suka. Biar nanti aku bisa bikin kamu bahagia setiap hari.”
Karuna hanya tertawa kecil, meski wajahnya sedikit memerah. Di dalam hatinya, ia merasa semakin yakin bahwa menerima Dirga adalah keputusan yang benar-benar tepat.