Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Istri Tuan Muda
"Claire, ikut aku." Rafa berhenti di depan meja kerja Claire sambil menoleh padanya.
"Ke mana?" Tidak hanya Claire, tetapi semua orang yang ada di ruangan itu juga nampak penasaran.
"Ikut aku meeting bersama dengan CEO Sean."
Mendengar nama Sean, seketika orang di ruangan itu antusian dan saling berbisik. Hanya wajah Claire yang nampak malas setelah nama Sean disebut.
"Tapi kenapa kau mengajakku?" Dia adalah orang baru, bahkan banyak yang meragukan kemampuannya. Wajar saja kalai Claire merasa heran.
"Manager Hanna yang memintaku untuk mengajakmu. Dia sudah berada di ruang meeting. Cepatlah, jangan sampai membuat mereka menunggu."
Rafa berjalan lebih dulu. Claire terpaksa mengikuti Rafa dari belakang. Ketika dia memasuki ruang meeting. Sudah beberapa orang di ruangan itu, tetapi tidak nampak batang hidung Sean di sana.
Sesaat setelah dia duduk di sebelah Rafa, pintu ruang meeting terbuka. Masuklah Lea, Kenz beserta Sean. Tatapan mereka bertemu sejenak sebelum Sean mengalihkan pandangannya ke depan.
Meeting dimulai setelah Sean mengeluarkan beberapa kata. "Biarkan Claire yang menjelaskan semuanya. Aku juga ingin mendengarkan ide darinya." Sean menatap datar ke arah Claire.
Semua mata yang ada di ruang tersebut seketika tertuju pada Claire, mau tidak mau dia harus maju. Dia tidak mungkin menolak permintaan Sean di depan banyak orang.
"Claire, majulah. Bukankah kemarin aku sudah membahasnya denganmu?" ujar Manager Hanna. Jika Claire menolak, dia akan mempermalukan wajahnya.
Claire tersenyum ragu, setelah itu mengangguk. Dia berjalan ke depan lalu menjelaskan apa yang diminta oleh Sean. Dia juga memberikan ide-ide brilian yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh timnya, bahkan oleh Sean sendiri.
Selama Claire di depan, pandangan Sean terus tertuju padanya. Dia mendengarkan dengan seksama sambil berpikir. Entah apa yang ada di pikirannya, tidak terlihat apapun dari raut wajahnya.
Selesai meeting, Claire lebih dulu keluar bersama dengan Rafa. Mereka terlihat sangat akrab dan dekat. Rafa bahkan tidak henti-hentinya memuji kecerdasan Claire. Dari arah belakang, tatapan Sean terus tertuju pada Claire dan Rafa.
"Pria itu, apakah dia satu divisi dengan Claire?"
Sean tentu saja tidak mengenal semua karyawan yang bekerja di kantornya. Ada ratusan karyawan yang bekerja di kantor pusat. Biasanya dia lebih banyak berinteraksi orang yang memiliki jabatan tinggi, sementara Rafa hanya menjabat sebagai Asisten Manager. Tidak semua karyawan bisa berinteraksi langsung dengann Sean. Hanya Manager dan jabatan yang lebih tinggi dari itu yang bisa berinteraksi dengannya.
Kenz mengikuti arah pandang Sean, kemudian baru mengerti kalau yang dimaksud oleh Sean adalah Rafa setelah melihat ke mana tatapannya tertuju.
"Benar, Tuan Muda. Dia adalah asisten manager Hanna."
"Apakah kinerjanya bagus?"
"Yaaa, dia adalah orang yang sangat diandalkan oleh manager Hanna. Dia juga pintar dan pekerja keras."
Setelah bayangan Claire dan Rafa menghilang, Sean menoleh pada Kenz. "Kalau begitu, carikan dia posisi yang bagus di kantor cabang yang jauh dari kota ini."
Kenz mengernyit. Perintah Sean membuatnya heran. Meksipun begitu. Dia tidak berani membantah perintah Sean dan hanya mengangguk. "Baik, Tuan Muda."
******
Saat Claire akan pulang, sebuah mobil hitam terparkir tidak jauh dari pintu loby. "Selamat sore Nona, tuan besar menyuruhku untuk menjemputmu."
Claire menyapu pandangannya ke sekitar sebelum masuk ke dalam mobil. "Kenapa tiba-tiba kakek menyuruhmu untuk menjemputku?"
"Mulai sekarang, aku ditugaskan untuk mengantar jemput Anda, Nona." Orang yang menjemput Claire adalah orang kepercayaan kakek Sean yang bernama Paul. Dia berumur sekitar 50 tahun.
Karena kejadian Claire terkurung di toilet itulah yang membuat kakek Sean menyuruh Paul untuk mengantar jemput Claire. Dia takut kejadian buruk lain akan menimpa Claire lagi. Dia juga tidak bisa mengharapkan cucunya karena dia tahu kalau Sean tidak menyukai Claire.
Sesampainya di rumah, Claire bertemu dengan ibu Sean yang terlihat sudah berdandan rapih dan seperti hendak pergi. "Claire, di mana Sean?"
Mereka bekerja di kantor yang sama seharusnya mereka juga pulang bersama, bukan?
"Aku tidak tahu Bibi Kate karena aku tidak pulang bersamanya."
Dengan wajah acuh tak acuh ibu Sean melenggang pergi setelah mendengar jawaban dari Claire.
Malam harinya, Claire turun ke bawah untuk makan malam, tetapi ketika dia baru saja memasuki ruang makan, dia dikejutkan dengan kedatangan Aletha.
"Kenapa kau bisa di sini?" Aletha bertanya dengan wajah angkuh. Setelah dia melihat penampilan Claire dari atas sampai bawah, salah satu sudut mulutnya tertarik dan tidak tahan untuk mencibir.
"Jadi ternyata kau hanyalah seorang pelayan di rumah ini." Aletha tertawa mengejek dengan wajah jijik. "Sudah aku duga. Dari awal melihatmu, aku yakin kau hanyalah orang rendahan. Pasti Kakek yang sudah menyuruh kakak Sean untuk membiarkanmu bekerja di perusahaan kami," tebak Aletha.
Claire nampak muak dengan perilaku Aletha yang suka sekali merendahkan orang lain. "Terserah kau saja." Claire mengabaikan Aletha yang sedang berdiri di hadapannya dan berjalan ke arah meja makan.
"Tunggu! Berani sekali kau mengabaikan aku? Apa kau tidak tahu aku siapa?" Aletha menahan tangan Claire lalu menariknya dengan kuat hingga Claire mundur beberapa langkah.
"Nona Aletha, apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?" tanya Claire dengan wajah dahi berkerut dan wajah kesal.
"Aku belum selesai bicara denganmu, berani sekali kau pergi begitu saja."
Claire menghembuskan napas halus sambil menatap Aletha dengan malas. "Lalu apa yang kau inginkan?"
Aletha berjalan ke arah meja, mengambil minuman berwarna merah kemudian menumpahkanya ke lantai lalu menumpahkan sebagian ke baju Claire. Dengan senyum lebarnya, dia bekata, "Bersihkan lantai ini sekarang juga."
Kelopak mata Claire tertutup sebentar, setelah itu menatap bajunya yang basah dengan wajah geram. Dari arah belakang bibi Mey berlari kecil menghampiri Claire. "Nona Claire, apa kau tidak apa-apa?" Bibi Mey terlihat terkejut sekaligus iba saat melihat keadaan Claire.
Melihat bibi Mey berusaha membersihkan noda merah pada pakaian Claire, Aletha semakin marah. "Bibi Mey, jangan ikut campur urusan kami, menyingkirlah."
"Tapi Nona Aletha, ini tidak be...."
"Aku bilang menyingkir dari sini? Jangan sampai aku menendangmu juga keluar dari sini."
Bibi Mey menoleh pada Aletha dengan wajah takut. Dia sangat tahu bagaimana tempramen Aletha. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, selain menuruti perintah Aletha.
Claire berkata dengan lembut pada bibi Mey. "Bibi Mey, aku tidak apa-apa. Aku bisa mengatasinya sendiri." Dengan berat hati, bibi Mey melangkah mundur.
"Karena bajumu sudah kotor, bersihkan lantai ini dengan bajumu." Aletha menunjuk lantai dengan wajah angkuhnya.
Claire tersenyum. Senyuman yang sangat aneh menurut Aletha. "Baiklah." Kemudian dia melangkah melewati Aletha, meraih gelas yang berisi air berwarna merah kemudian menyiramkan pada tubuh Aletha setelah itu menempelkan tangannya pada lantai yang digenani cairan merah lalu mengusapkan ke baju Aletha.
"Karena bajumu juga sudah kotor, kenapa tidak kau saja yang membersihkannya?" ujar Claire sambil tersenyum lebar pada Aletha.
"Kau... berani sekali menumpahkan minum itu ke tubuhku dan mengotori pakaianku? Apa kau tidak tahu bajuku ini sangat mahal? Bahkan jika kau menjual tubuhmu saja tidak akan bisa menggantinya." Aletha terlihat sangat marah. Matanya nampak berapi-api ketika menatap Claire, tetapi kemudian tatapannaya berubah menjadi jijik saat melihat bajunya yang dikotori oleh Claire.
Claire tersenyum miring. "Jangankan baju yang kau pakai, harga dirimu saja bisa aku beli," ucap Claire dengan wajah tidak kalah angkuh.
"Kau...." Aletha maju dan hendak menampar wajah Claire, tetapi tangannya lebih dulu ditangkap olehnya.
"Jangan pernah berani menyentuhku lagi, Nona Aletha. Terakhir kali, aku membiarkanmu mendorongku. Kali ini, pengecualin juga, tapi lain kali, kalau kau berani menyentuhku lagi, aku tidak akan tinggal diam." Claire menghempaskan tangan Aletha dengan kasar.
"Aletha, ada apa?" Seorang wanita masuk dengan wajah angkuhnya. Dari penampilannya terlihat seperti wanita kaya dan berstatus tinggi.
Aletha langsung menoleh. "Ibu, lihat bajuku kotor." Aletha menunjukkan bajunya kemudian menunjuk Claire. "Dia yang sudah melakukannya, Ibu harus menghukumnya."
Ibu Aletha seketika mengalihkan pandangannya pada Claire. "Siapa dia?" Dia tidak pernah melihat Claire sebelumnya. Pelayan yang bekerja di rumah utama tentu saja dia mengenal semuanya. "Apakah dia pelayan baru di rumah ini?" Pertanyaan itu di tujukan untuk bibi Mey.
Bibi Mey maju mendekati Ibu Aletha. "Begini Nyonya, dia bukanlah pelayan di sini, tapi dia sebenarnya adalah calon istri tuan muda."
Aletha dan ibunya nampak sangat terkejut. Bahkan mata dan mulut Aletha terbuka sangat lebar karena sangat terkejut mendengar ucapan bibi Mey. "Apa kau bilang? Calon istri Sean?" tanya Ibu Aletha dengan dahi berkerut.
"Ada apa ini?" Ibu Sean datang dari arah belakang dengan wajah heran. Melihat semua orang berkumpul dengan wajah tegang, tentu saja membuatnya bingung.
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor