Sebatas Istri Rahasia

"𝘚𝘺𝘶𝘬𝘶𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘔𝘢𝘴 𝘎𝘢𝘭𝘦𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳. 𝘐𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘨𝘢𝘳𝘢-𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯!"

Ruby masuk ke dalam rumahnya dengan mengendap-endap persis seperti maling. Wanita itu tersenyum saat mendapati lampu rumahnya sudah mati, itu tandanya suaminya sudah tidur, pikir Ruby.

Alangkah terkejutnya Ruby saat tiba-tiba saja lampu ruang tamu berubah menyala. Dan yang pertama kali dia lihat adalah sosok Galen yang sedang duduk di sofa sambil memejamkan matanya.

"Dari mana saja, Kamu? Kenapa jam segini baru pulang?"

Keringat dingin mulai membasahi kening Ruby, apalagi melihat tatapan Galen yang tidak seperti biasanya.

"Aku kan sudah bilang, Mas. Aku ada jadwal pemotretan hari ini." Ruby berusaha bersikap setenang mungkin supaya suaminya tidak merasa curiga.

"Memangnya pemotretan apa sampai menghabiskan waktu 12 jam?"

Ruby menoleh pada suara seseorang yang menanggapi ucapannya. Ternyata Moana yang duduk tak jauh dari tempat Ruby berdiri. Lebih tepatnya, Moana duduk di sofa lain yang berada di ruangan itu.

"𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘐𝘱𝘢𝘳 𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪."

Ruby terus memutar otaknya, jawabannya tidak boleh salah. Walau bagaimanapun juga Ruby tahu Moana adalah mantan model, sudah pasti adik iparnya itu mengetahui seluk-beluk permodelan. Begitupun dengan waktu yang diperlukan sudah pasti Moana paham berapa lama waktu untuk satu kali pemotretan.

"Hari ini ada pemotretan brand baru, Kamu pasti tahu bagaimana ribetnya, kan? Kurang sedikit saja mereka minta ulang."

Moana terlihat menganggukkan kepalanya berulang kali. Dan melihat reaksi Moana itu, membuat Ruby tersenyum dalam hatinya. "𝘈𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘋𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢. 𝘛𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘔𝘰𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘔𝘢𝘴 𝘎𝘢𝘭𝘦𝘯."

"Begitu, ya? Berarti Kamu masih tergolong amatir, dong?" Ucap Moana dengan senyum mengejeknya.

Ruby tampak mengepalkan tangannya, wanita itu tidak terima dikatai amatir oleh Moana. Ruby kira Moana akan percaya dengan ucapannya, namun ternyata adik iparnya itu justru berusaha mengorek kekurangan nya.

"Dulu dan sekarang itu beda, Mo. Sekarang apa-apa harus sempurna, karena klien tidak mau ada kesalahan sedikitpun," ucap Ruby membela diri.

"Dulu juga sama, gak ada yang berubah. Bedanya cuma satu, dulu kami benar-benar berjuang keras untuk sampai ke puncak popularitas. Sedangkan sekarang, cuma modal mendesah saja bisa langsung naikin karir." Moana menggelengkan kepalanya sambil terkekeh.

Deg

Ruby merasa tersentil oleh ucapan Moana. Wanita itu merasa Moana sedang menyindir nya.

"Kamu menyindir ku, Moana?"

"Hah? Maksud Kamu?" Moana pura-pura terkejut. "𝘒𝘦𝘯𝘢 𝘒𝘢𝘮𝘶!" Batinnya bersorak karena mangsa sudah masuk perangkap. "Coba jelaskan, bagian mana aku menyindir mu?!"

"𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘤𝘦𝘱𝘭𝘰𝘴𝘢𝘯?"

Moana semakin suka melihat wajah panik Ruby, adik Galen itu semakin yakin apa yang dipikirkan nya selama ini tentang Ruby memang benar. Ruby bukanlah wanita polos seperti yang Galen bilang, dan Moana akan membuktikan itu pada Kakaknya.

"Aku juga tidak mendengar Moana menyindir Kamu. Kenapa Kamu bilang adikku menyindir mu?" Ucap Galen menimpali. Pria itu menyipitkan matanya, kecurigaannya bertambah dan semakin mengarah pada ucapan Moana.

"Mas, kenapa Kamu ikut memojokkan ku?"

"Aku sama sekali tidak memojokkan mu, aku cuma penasaran kenapa Kamu tersindir oleh ucapan Moana? Atau jangan-jangan memang benar, Kamu menjual kesucian mu demi karir, iya?"

Ruby melotot tak percaya, jantungnya bahkan nyaris terlepas dari tempatnya. Ruby tidak menyangka Galen akan mengatakan itu padanya.

"Maksud Kamu apa, Mas? Kamu menuduh ku?" Ruby menggelengkan kepalanya, matanya memerah menahan tangis. "Kamu tega, Mas. Kamu jahat!" Ruby berlari ke kamarnya dengan berurai air mata. Tapi Galen sama sekali tidak mengejarnya, entah mengapa Galen merasa ucapan adiknya semakin terngiang di kepalanya.

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘬𝘦𝘤𝘶𝘳𝘪𝘨𝘢𝘢𝘯 𝘔𝘰𝘢𝘯𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘙𝘶𝘣𝘺 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳, 𝘺𝘢? 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘬𝘦𝘤𝘶𝘳𝘪𝘨𝘢𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘬𝘵𝘪, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶!"

Moana semakin bersorak melihat Kakaknya yang berani berbicara seperti itu pada istrinya. Moana yakin ucapannya beberapa waktu yang lalu berhasil meracuni otak Kakaknya. "𝘉𝘢𝘨𝘶𝘴, 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘒𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶, 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘒𝘢𝘬𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘋𝘪𝘢 𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢."

...----------------...

"Dad, maafin Alin!" Alinea memeluk pria paruh baya yang menjadi cinta pertamanya. Wanita cantik itu terisak di pelukan Daddynya.

"Sayang, Kamu kenapa?" Arshad membalas pelukan putri kesayangannya itu. Pria paruh baya itu membiarkan Alinea menumpahkan semua perasaan yang membelenggu nya.

"Maaf, Dad. Alin pasti bikin malu Daddy." Alinea terisak sambil melepaskan pelukannya. Wanita cantik itu menatap Daddynya yang tersenyum menatapnya. Perlahan tangan besar itu mengusap surai Alinea dengan sayang, tidak ada yang menyayangi Alinea melebihi kasih sayang seorang Arshad Antariksa.

"Kamu tidak pernah membuat Daddy malu! Tidak ada yang salah dengan hubungan Kamu dan Skala. Daddy merestui kalian!"

Alinea kembali memeluk Daddynya, hal yang Alinea takutkan adalah Daddynya itu tidak akan merestui hubungannya dengan Skala, seperti Orion yang sampai saat ini terpaksa menerima hanya karena Alinea.

"Kenapa Daddy semudah itu menerima Kak Kala? Daddy tahu kan Kak Kala itu---"

"Daddy tahu, Skala adalah orang yang membuat Kamu patah hati di masa lalu, kan? Tapi Daddy menerimanya, karena Daddy tahu Skala juga yang berhasil menyembuhkan luka mu." Arshad menghapus air mata yang membasahi pipi putrinya. "Daddy yakin Skala bisa membahagiakanmu, Sayang!"

"Tentu saja Kalajengking harus membahagiakan Alin. Kalau tidak, Abang sendiri yang akan mencincang nya." Orion tiba-tiba datang menghancurkan suasana haru antara Alinea dan Daddynya.

"Abang, bisa nggak sih gak usah berantem terus sama Kak Kala? Memangnya kalian gak bosen tiap ketemu berantem terus?"

"Gak bisa, Al. Kalajengking itu yang selalu mulai duluan. Dan sampai Dinosaurus bereinkarnasi sekalipun, Abang tidak sudi ngalah sama Dia!"

"Gak usah nunggu Dinosaurus reinkarnasi pun Abang sudah kalah!"

Orion menatap kesal Alinea yang semakin hari tampak menyebalkan seperti Skala.

"𝘈𝘭𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘯𝘢 𝘷𝘪𝘳𝘶𝘴 𝘒𝘢𝘭𝘢𝘫𝘦𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯𝘨."

𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥