~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
❤️❤️❤️❤️❤️HAPPY READING❤️❤️❤️❤️❤️
Dimas masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya tengah mengeringkan rambut.
Dimas mendekati Tisya kemudian mengambil hairdryer dari tangan Tisya lalu membantu mengeringkan rambut Tisya.
"Kok keramas sore-sore gini sih?" Tanya Dimas.
"Ya mau gimana lagi kak, kan selesainya sore" Jawab Tisya.
Dimas menghentikan kegiatannya kemudian membalikkan tubuh istrinya.
"Selesai apanya?" Tanya Dimas dengan tatapan penuh harap.
"Selesaiii.....emmmm selesai masaknya lah" Jawab Tisya.
Dimas bisa melihat wajah istrinya yang tengah mencoba membohonginya.
"Ga percaya" Jawab Dimas.
Dimas memeluk tubuh istrinya dan menyentuh pantat isterinya.
Dimas menatap wajah istrinya dengan tatapan mesum, ia kemudian melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut Tisya.
"Sayang" Panggil Dimas.
"Hem" Jawab Tisya.
"Emmm mau di kamar ini atau di hotel?" Tanya Dimas.
"Apanya?" Tanya Tisya pura-pura tidak tahu.
Dimas mematikan hairdryer yang ia pegang kemudian meletakan di atas meja. Ia membalikkan tubuh Tisya kembali dan mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya.
Ia memainkan hidung dan bibir tipis istrinya dengan tangannya.
"Kamu pura-pura ga tahu apa ga tahu beneran?" Tanya Dimas.
"Eee...engga tahu kak" Jawab Tisya gugup.
"Beneran?" Tanya Dimas, Tisya menganggukkan kepalanya kemudian memeluk tubuh ramping istrinya lalu menjatuhkannya ke atas ranjang.
Ketika Dimas hendak memulai aksinya tiba-tiba terdengar suara adzan yang berkumandang.
"Kak adzan" Ucap Tisya.
"Bentar aja kita nyicil dulu" Jawab Dimas yang tengah memainkan squishy kesukaannya.
"Ga bisa kak, waktu Maghrib itu cuma sebentar" Ucap Tisya.
Dimas mengalah. Ia melepaskan istrinya kemudian mereka berdua menunaikan ibadah sholat Maghrib berjamaah.
"Assalamualaikum warahmatullah"
"Assalamualaikum"
Setelah menyelesaikan sholat, Dimas melipat sajadah yang baru saja ia pakai kemudian ia melepas sarungnya.
"Sayang" Panggil Dimas
"Iya kak" Jawab Tisya.
"Pengen makan bakso" Jawab Dimas.
"Keluar yuk" Ajak Dimas.
"Ke mana?" Tanya Tisya.
"Emmm ke depan aja, dekat perempatan" Jawab Dimas.
"Ayok" Jawab Tisya.
Tisya memakai jilbab instan kemudian memakai jaket.
Setelah itu mereka berdua berjalan beriringan menuju penjual bakso tersebut.
"Kak tadi rumahnya udah di kunci belum ya?" Tanya Tisya.
"Ya ga tahu kan kamu yang terakhir keluar." Jawab Dimas.
"Aduh kak kayaknya belum deh" Jawab Tisya.
"Bisa dikunci lewat hp ga kak?" Tanya Tisya.
"Bisa sih, tapi kita kan ga bawa hp" Jawab Dimas.
"Ihh kakak mah gitu"
"Loh kok nyalahin kakak sih"
Tisya berlari kembali ke rumah sedangkan Dimas hanya menunggu di jalan.
"Dasar suami ga punya rasa empati" Umpat Tisya.
Padahal tingal beberapa meter saja mereka tiba di tukang bakso itu.
Setibanya di rumah Tisya merogoh kantong jaketnya untuk mengambil kunci pagar.
"Loh kok ga ada?"
Tisya kebingungan mencari kunci pagarnya, hingga akhirnya ia meminjam tangga untuk naik ke atas pagar.
Dimas sibuk menggaruk lengan dan kakinya yang digigit nyamuk. Ia menyesal hanya tidak mengenakan pakaian panjang.
"Dari pada nunggu Tisya lama mendingan gue ke tempat bakso duluan aja" Ucap Dimas.
Dimas berjalan duluan ke tempat penjual bakso dan memesan satu mangkok bakso untuk dirinya.
Tak lama menunggu, akhirnya bakso pesanannya sudah jadi.
"Makasih mang" Ucap Dimas.
"Sama-sama pak" Jawab penjual itu.
Dimas menikmati satu mangkok bakso yang panas sembari melihat motor dan mobil yang berlalu lalang.
Sementara itu Tisya baru saja bisa masuk ke halaman rumahnya. Ia memeriksa pintu rumahnya dan ternyata sudah terkunci.
"Ihhh kesal banget gue" Ucap Tisya.
Tisya kemudian masuk ke dalam rumah untuk mengambil kunci cadangan untuk membuka pagarnya.
Setelah itu ia mengembalikan tangga yang ia pinjam di pos keamanan.
"Pak saya taruh sini ya" Ucap Tisya
"Terima kasih" Ucap Tisya.
"Iya bu, sama-sama."
Tisya berjalan menyusul suaminya sambil terus mengumpat. Ia berjalan dengan cepat namun ia tidak menemukan keberadaan suaminya.
"Pasti Kak Dimas udah ke sana duluan" Tebak Tisya.
Setibanya di tempat penjual bakso ia melihat tubuh suaminya dari belakang.
Tisya langsung menghampiri kemudian duduk di sampingnya.
Dengan muka yang terlihat sangat lelah, Tisya mengambil gelas berisi es teh milik suaminya kemudian meminumnya hingga habis.
"Pelan-pelan sayang" Ucap Dimas.
Setelah selesai minum Tisya menatap dua mangkok kosong di hadapan suaminya.
"Kakak udah makan?" Tanya Tisya.
"Hehe maaf sayang, kakak udah lapar" Jawab Dimas.
"Bukannya tadi udah makan di rumah?" Tanya Tisya.
"Hehe"
Daripada kena marah istrinya Dimas langsung memesankan satu porsi bakso untuk Tisya.
"Gimana pintunya?" Tanya Dimas.
"Udah aku kunci ternyata" Jawab Tisya.
"Nah bener kan apa kata kakak, tadi seingat kakak kamu udah kunci pintunya habis itu kakak yang ngunci pagarnya" Ucap Dimas
"Kapan kakak bilang?" Tanya Tisya.
"Emm tadi" Jawab Dimas.
"Mana ada kakak bilang gitu" Ucap Tisya tambah kesal.
"Hehe, kakak baru ingat waktu kamu udah pergi" Ucap Dimas.
"Nyebelin"
Bakso pesanannya sudah jadi. Dimas mengambil garpu dan sendok kemudian menyuapi istrinya agar tidak marah-marah terus
Setelah selesai membayar mereka berdua lalu pergi meninggalkan tempat itu.
"Pulang?" Tanya Dimas.
"Iya kak udah ga sabar ini" Jawab Tisya.
"Ga sabar? Ga sabar mau ngapain?" Tanya Dimas dengan tatapan mesum.
"Ga sabar buat istirahat" Jawab Tisya.
"Mesum terus pikirannya" Ucap Tisya.
Mereka berdua berjalan bergandengan tangan, hingga akhirnya mereka tiba di rumah.
"Sholat dulu ya kak" Ajak Tisya.
"Iya sayang" Jawab Dimas.
Setelah mengerjakan sholat, Dimas langsung menarik tubuh istrinya hingga terjatuh di atas ranjang.
Dengan tidak sabar ia melahap bibir istrinya.
Tak hanya itu, tangannya juga sibuk melepas kancing baju yang dikenakan Tisya.
"Kak" Panggil Tisya.
"Hemmhhh" Jawab Dimas
"Pelan-pelan aja ga usah buru-buru" Ucap Tisya
"Iya sayang maaf" Jawab Dimas.
Dimas bangkit dari atas tubuh istrinya, ia melepas pakaiannya sedangkan Tisya juga melepas pakaiannya sendiri.
Tisya berbaring di atas ranjang dengan tubuh tela***ng bulat, begitu pula dengan Dimas.
Sebetulnya Dimas bingung mau memulai dari mana, sebab ini kali pertama ia melakukannya, sedangkan Tisya sudah lebih berpengalaman.
Dimas berbaring di samping istrinya membuat Tisya bingung.
"Kak kok di situ sih?" Tanya Tisya.
"Sayang" Panggil Dimas sembari menarik pinggang istrinya hingga menempel di tubuh polosnya.
Tisya dapat merasakan kerasnya benda tumpul yang menempel di pantatnya.
"Kak naik" Ucap Tisya, lalu Dimas menindih tubuh istrinya.
Dimas mulai melakukan pemanasan. Ia bermain-main dengan tubuh atas Tisya. Hingga akhirnya ia menyentuh inti tubuh istrinya yang sudah sangat lembab.
TBC.
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTE ❤️❤️❤️❤️❤️
Eh itu yang bakal jadi ulet bulu kok banyak ya... Stefi dan Jesica.
lama gak up