Terlahir kembali di dunia yang dikuasai iblis dan makhluk ketiadaan, Ling Tian mengerahkan seluruh kekuatan dan pengetahuan dari kehidupan sebelumnya.
Namun takdir sekali lagi menempatkan dirinya dalam posisi sulit. Meskipun akar spiritualnya lemah dan memiliki roh pelindung saling berlawanan yang bisa menghancurkan dirinya kapan saja, tak membuat Ling Tian gentar sedikitpun.
Dengan tekad baja, Ia berjuang melawan nasib buruknya, mengubah setiap kelemahan menjadi kekuatan, dan menantang kekuasaan iblis yang menindas dunia.
Mampukah Ling Tian mengatasi keterbatasannya, menyatukan roh pelindung yang berlawanan, dan mencapai ranah tertinggi? Ataukah dia akan terperangkap dalam lingkaran kehancuran yang menunggu dibalik kekuatan kegelapan?
Penuh ketegangan dan intrik, ikuti petualangan dan pertarungan intens yang ada di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Jast, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan Malam
Menatap sepasang mata tajam milik Ling Tian, membuat Yu Huan seketika dikalang kabut akan ketakutan, kemudian dengan tegas membantah apa yang Ling Tian katakan.
“Bukan aku… Aku tidak mengambil apapun dari senior Ma. Lagi pula untuk apa aku merampas bahan pemurnian pil darinya. Kalau aku mau, aku bisa membeli dengan uangku sendiri," ucap Yu Huan dengan tergesa-gesa.
“Benarkah?” timpal Ling Tian tak percaya, mengingat Yu Huan pernah ingin merampas tanaman obat milik Xiou Wu.
“Ahh… Tuan Ling, yang merampas bahan pemurnian pil bukan tuan muda Yu,” sambut Ma Ron menyela pembicaraan Ling Tian dan Yu Huan.
“Kalau bukan Yu Huan, lalu siapa yang melakukannya?”
Mendapatkan pertanyaan itu, membuat Ma Ron langsung gelisah, memasang raut muka khawatir dengan pandangan sedikit tertunduk.
“Senior Ma tidak perlu khawatir, aku akan mengurus masalahku sendiri. Jadi, mereka tidak akan mengusik senior Ma,” tegas Ling Tian mencoba meyakinkan senior Ma yang terlihat sedikit ketakutan.
“Bukan itu yang aku takutkan, aku takut tuan Ling terluka kalau pergi ke sana sendirian. Mereka itu sekumpul perampok yang suka merampas barang milik para pedagang. Tidak hanya memiliki kekuatan yang luar biasa, mereka juga seorang pembunuh berdarah dingin. Sudah banyak korban karena ulah mereka,” ungkap Ma Ron mencoba menceritakan satu kelompok besar yang menjadi benalu di setiap kota yang mengitari Pagoda Sembilan Tingkat.
“Aku pikir kota yang terlihat damai dan makmur ini benar-benar aman dari hal seperti itu, ternyata ada banyak bedebah seperti mereka yang berkeliaran di setiap kota. Kalau begitu kenapa para penjaga tidak memberantas mereka?”
“Karena kelompok mereka sudah mengakar terlalu dalam, tidak semudah itu untuk memberantas mereka. Tidak hanya itu, aku dengar para tetua dan pemimpin mereka memiliki ranah kultivasi sangat tinggi, bahkan setara dengan para guru di pusat pelatihan Pagoda Sembilan Tingkat,” timpal Ma Ron kemudian, membuat Ling Tian sedikit terkejut karenanya.
“Ternyata begitu, apa senior tau di mana kira-kira keberadaan mereka?”
“Aku tidak tau pasti, mereka suka berpindah-pindah, itulah kenapa sangat sulit melacak keberadaan mereka. Saat itu aku dan para pedang lain dihadang saat melewati perbukitan seribu mil dari kota,” timpal Ma Ron mencoba menjelaskan kronologinya.
Mendapatkan sebuah petunjuk, membuat Ling Tian tersenyum simpul, kemudian melangkah ke tempat Yu Huan berada.
“Kamu… Perintahkan semua pengikutmu untuk membangun kembali toko ini. Karena kamu yang membuat kekacauan, maka kamu harus bertanggung jawab, apa kamu mengerti?” perintah Ling Tian kepada Yu Huan, membuat Ia dengan cepat berlari tunggang langgang.
“Baik tuan…”
Mengalihkan pandangan ke arah Ma Ron dan Ma Aru, Ling Tian pun berpamitan seraya menautkan kedua tangan ke depan, kemudian tanpa berbasa-basi pergi menuju pegunungan yang Ma Ron katakan.
Langkah demi langkah Ling Tian arungi dengan tangkas, melewati semak belukar dan sungai besar yang membentang, hingga akhirnya Ia sampai di pegunungan yang menegak angkuh sampai angkasa.
Naik ke atas puncak gunung tertinggi, Ling Tian mengalihkan pandangan ke segala arah, menggunakan teknik mata langit untuk mengamati area sekitar, sampai akhirnya, tampak samar-samar asap putih dari salah satu lembah yang ada di depan mata.
“Hehh… Ketemu,” gumam Ling Tian tipis, kemudian tanpa berbasa-basi menghampiri asap putih sambil menyembunyikan hawa kehadirannya.
Naik ke atas pohon tinggi yang ada di dekat lembah, tampak satu kelompok besar tengah bersenang-senang sambil menenggak minuman keras, setelah mendapatkan hasil rampasan yang tak ternilai harganya.
“Hahaha… Kali ini kita mendapatkan untung besar. Saudaraku, kalian sudah bekerja keras, dengan semua rampasan yang kita dapatkan, tuan pasti sangat senang. Semuanya, berulang!” gema suara paruh baya yang memiliki muka garang nan mengenakan pakaian ketat, menampakkan tubuh kekar serta bekas luka yang tergaris di pipinya, Wan Qu.
Mengangkat gelas kayu ke atas, semua orang bersorak merayakan keberhasilan mereka, sampai menggema di seluruh lembah.
Merasakan tingkat kekuatan para perampok yang sebagian besar berada di ranah Pembentukan Inti Spiritual, membuat Ling Tian tersenyum tipis, kemudian dengan sabar menunggu sampai malam hari tiba.
***
Terik matahari yang semula memancar terang perlahan mulai meredup memperlihatkan sunset yang indah, sampai akhirnya bener-benar menghilang dari dataran luas yang membentang, menampakkan kegelapan malam yang mencekam tak berbintang.
Mengetahui semua orang sudah terkapar setelah pesta minuman keras, membuat Ling Tian tersenyum tipis, kemudian menggunakan topeng iblis berwarna hitam, mencoba menutupi identitasnya sebelum melakukan serangan malam.
Ketika tampak salah satu dari mereka tampak berjalan sempoyongan mendekati semak belukar, lalu buang air kecil dengan nikmatnya, dengan tangkas Ling Tian menikam sembari menutup mulut perampok itu dari belakang, membuat Ia seketika mati tanpa bisa memberikan perlawanan.
“Satu,” ucap Ling Tian di dalam hati, kemudian masuk kembali ke dalam kegelapan malam, mengalirkan qi kegelapan ke seluruh tubuh, benar-benar menyatu dengan malam.
“Sring… Sring… Sring…”
“Zrekkk!”
“Arghh…”
“Sembilan!”
“Lima belas!”
“Tiga puluh dua!”
Menghabisi musuh dari yang terlemah sampai yang terkuat, Ling Tian terus masuk ke dalam perkumpulan para perampok tanpa menimbulkan suara sedikitpun, dan ketika Ia akan melancarkan serangan terakhir kepada bos perampok, tiba-tiba,
“Humpp…”
BLARRRRRR
Seketika Wan Qu terbangun dari tidurnya, dengan sigap melepaskan ledakan aura kuat ke segala arah, membuat Ling Tian seketika terpental beberapa meter ke belakang.
“Ughh… Brengsek mana yang berani menyerangku saat aku sedang tidur,” papar Wan Qu sembil mencengkram kepala yang terasa pusing, bangkit dari tempatnya berada dengan tubuh sedikit sempoyongan, dan ketika Wan Qu mengalihkan pandangan ke segala arah, betapa terkejutnya Ia mengetahui bahwa semua orang sudah mati tak bernyawa.
Mengalihkan pandangan ke arah Ling Tian berada, membuat Wan Qu sontak naik pitam, dan kemudian,
“Bedebah…!”
“Haaatt!”
DUARRRRR
Menghentak bumi dengan sangat kuat, membuat tanah tempat Ia berpijak sontak hancur lebur membentuk cekungan dalam.
Wan Qu melesat bagaikan sambaran petir, membuat Ling Tian sontak terbelalak, lalu dengan sigap menggunakan teknik langkah bayangan untuk menghindari mata pedang yang hampir memenggal kepalanya.
Topeng hitam yang Ling Tian pakai tampak rusak sedikit, memperlihatkan seberkas luka sayat yang tergaris di pipi Ling Tian, membuat darah segar perlahan mengalir sampai membasahi dagu.
“Elemen petir? Untung aku sempat menghindar, kalau tidak, mungkin aku sudah mati di tangannya,” batin Ling Tian di dalam hati, tak melepaskan pandangan sedikitpun dari Wan Qu berada.
“Ternyata kamu bisa menghindari seranganku. Menarik, aku ingin lihat, seberapa lama kamu bisa bertahan dari seranganku. Karena kamu sudah membantai semua saudaraku. Maka, jangan harap bisa mati dengan mudah, akan aku buat kamu menyesal karena sudah terlahir ke dunia,” pungkas Wan Qu sembil berbalik arah ke tempat Ling Tian berada, memperlihatkan niat membunuh mencekam berwarna merah darah yang memancar ke segala arah.
***