KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Kusno
“ Tisna kenapa nasibmu begitu malang nak, kamu masih sekecil ini. Seharusnya kamu mendapatkan kasih sayang dari ayahmu." Gumam Iman dengan suara lirih sembari mencium tisna.
Ibu ning baru saja keluar dari dapur membawakan mereka pisang goreng dan satu toples keripik singkong. Ibu ning mencoba mencairkan suasana, ia tak mau anaknya menjadi begitu sedih. Tak lupa ia meminta iman untuk kewarung membelikan minyak kayu putih untuk tisna, karena cuaca sedang tidak baik.
Iman pergi kewarung sedangkan tisna bersama ibu ning dan marni. Ibu ning tidak menanyakan perihal masalah marni dan kusno kembali. Marni mengawali obrolan dengan ibunya, ia menceritakan jika ia sebenarnya betah tinggal di tempat mertuanya. Tapi ia juga tidak menyesali keputusan yang ia ambil.
Ibu Ning tersenyum sembari membelai rambut marni.
“ Nak, hidup memang begitu banyak ujian. Tetapi ujian itu yang nantinya bisa membuat kita lebih kuat lagi dalam menjalani kehidupan ini,” ujar bu ning.
“ Iya bu, marni akan menerima semuanya dengan sabar," jawab marni.
“ Kamu juga harus fokus sama Tisna, dia nantinya bisa menjadi teman hidupmu. Jaga dan didiklah tisna sebaik mungkin. Walaupun tanpa seorang ayah, ibu yakin kamu bisa. Hidup ini seperti roda berputar nak, ada saatnya kota di atas dan ada pula saatnya kita diatas," ujar ibu ning.
“ Terimakasih bu udah selalu ada buat marni, marni akan selalu ingat nasehat ibu. Maafkan marni jika marni pernah membuat ibu kecewa," jawab marni.
“ Semua ini jalan hidupmu nak, tidak ada yang perlu dimaafkan. Semua baik-baik saja, ayo dimakan pisang gorengnya. Itu adikmu sudah datang," ujar ibu ning sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah iman yang baru pulang dari warung.
“ Wah ada pisang goreng nih, iman mau bu,” ujar iman.
Ibu ning memberikan pisang goreng pada iman. Lalu meminta minyak kayu putih yang dibelikan iman. Ibu ning kemudian membalut tubuh tisna menggunakan minyak kayu putih agak badan terasa hangat.
Tisna terlihat begitu imut dan menggemaskan, banyak sanak saudara dan tetangga yang menyukai tisna, mereka silih berganti menjenguk marni dan tisna. Ada juga diantara mereka jika tisna sudah besar ingin dijadikan menantu.
“ Marni anakmu ini benar-benar cantik, jika sudah besar nanti bisalah kita berbesanan," ujar tetangga marni.
“ Hehehe, masih kecil bu. Besarnya cantik atau tidak juga marni tidak tau,” jawab marni.
“ Anakmu ini nanti sangat cantik jelita jika sudah dewasa marni," jawab tetangga marni.
“ Bisa saja mba kamu ini, jika mereka berjodoh aku sih setuju saja mba," jawab marni.
Tetangga marni tersenyum bahagia mendengar jawaban marni. Walaupun tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya nanti.
Selang sehari dirumah, iman dan marni sudah bersiap untuk pergi kejawa untuk mencari kusno. Sementara ibu ning bersama kakak marni dirumah. Tak lupa marni membawa surat yang kusno kirim. Marni berpamitan pada ibu dan kakaknya. Mereka diantar oleh tetangga mereka sampai dermaga.
Setelah kapal datang mereka naik kekapal, perjalanan mencari kusnopun dimulai. Perjalanannya cukuplah jauh, berpindah dari dermaga kapal satu hingga kedermaga kapuas.
Setelah itu mereka naik oplet, oplet adalah salah satu sebutan untuk mobil angkutan umum. Disana dinamakan oplet, mereka bergantian membawa tisna.
Setelah itu mereka pergi kedermaga berikutnya, yaitu dermaga dimana mereka akan menaiki kapal berikutnya menemui suami kusno.
“ Mba kamu istirahat dulu, biar aku yang menjaga Tisna. Aku akan membeli makan dulu, kamu tunggu disini dulu ya mba?" ujar iman.
“ Uya dek, aku juga juga sudah sangat lapar. Ini uangnya dek, jangn lup tolong belikan bubur bayi buat tisna juga.” Jawab marni sembari merogoh uang disaku celananya dan memberikan pada iman.
“ Tidak usah mba disimpan saja! Aku juga punya uang sendiri, jangan khawatir mba biar aku yang tanggung semuanya. Mba jangan terlalu banyak fikiran kasihan tisna mba." Ujar iman menjelaskan lalu pergi untuk membeli makanan dan bubur untuk tisna.
Harga makanan dan bubur bayi dikapal harganya sangatlah mahal berbeda dengan harga di kampung. Beruntungnya iman membawa banyak uang hasil dia bekerja ditambah lagi pesangon dari ibunya. Setelah membeli makanan iman kemudian menghampiri marni dan memberikan makanan yang baru saja ia beli.
“ Makanlah mba jika dingin rasanya kurang sedap," ujar iman.
“ Iya dek, kamu saja dulu yang makan mba mau menyusul tisna dulu,” jawab marni.
“ Tidak mba, kamu dulu yang makan mba. Biar aku yang bawa tisna dulu, yang kenyang makannya mba." Ujar Iman sembari membawa tisna dan mengajaknya bermain.
Bayi kecil yang mungil membuat iman gemas dengan tisna. Beberapa menit kemudian marni selesai makan dan bergatian dengan iman untuk membawa tisna. Tisna membawa tisna keluar dari ruang istirahat lalu duduk dikursi yang difasilitasi oleh kapal, sembari menikmati keindahan laut yang terbentang luas.
“ Ya Allah, anakmu masih begitu kecil tapi kenapa begitu banyak cobaan yang harus aku hadapi. Ya Allah sampai kapan hidupku akan seperti ini, suami yang sangat ku cinta tenyata menghianatiku. Kuatkan hati ini ya Allah, sungguh sakit rasanya." Guma marni dengan suara lirih dan mata berkaca-kaca.
Iman baru saja selesai makan lalu mendekati marni. Meminta marni agar beristirahat bersama tisna. Sesuai permintaan Iman marni segera menyusui dan beristirahat diruang tunggu.
Iman dari luar memperhatikan marni denga rasa iba. Ditambah anaknya yang masih begitu kecil membuat hatinya terasa diiris-iris. Si tisna kecil diusianya yang sudah hampir tujuh bulan, sudah mulai bisa bicara sedikit jelas.
Baru saja iman memikirkan tisna, tisna kecil menangis sedangkan marni masih tertidur lelap karena lelah sepanjang perjalanan. Iman kemudian datang dan menggendong tisna. Seketika tisna berhenti menangis saat digendong Iman.
Ada seorang lelaki setengah baya menghampiri iman. Awal mereka berbincang-bincang menanyakan dari mana mereka berasal dan ada tujuan kedaerah mana.
“ Daerah yang kau katakan itu tidak jauh dari rumah kakek. Jika sudah turun dari kapal kita berangkat bersama saja," ujar pria separuh baya tersebut pada iman.
“ Terimakasih kakek, maf tapi nanti kami jadi merepotkan kakek," jawab iman.
“ Tidak merepotkan, justru saya merasa senang. Karena ada yang satu arah dengan saya. Ini anak mu?," ujar kakek sembari bertanya pada iman dan membelai rambut tisna.
“ Iya kakek ini anak saya, ibunya masih tidur. Kasihan jika dibangunkan. Seharian sudah menggendongnya, baru beberapa kali saja kami bergantian gendong," jawab iman.
Kakek ingin mengendong tisna, saat tisna bersama kakek tisna menangis. Memangil sebutan seseorang sampai iman terkejut dan terharu.
“ Papa, papa, papa, papa," terdengan jelas suara kecil menangis merengek minta digendong kembali oleh iman.
Iman sedikit tercengang mendengar tina memanggilnya Papa. Lalu ia meraih tisna dari kakek mengajaknya bermain-main dan meminta tisna mengulang kata-kata saat memanggilnya papa.
“ Papa, papa ,papa ," kembali tisna memanggil iman dengn sebutan papa.
Betapa senangnya hati iman dipanggil papa, sampai terlihat senyuman diwajahnya. Begitu juga kakek, ia meminta tisna juga memanggilnya. Suara tisna yang masih belajar bicara memang membuat beberapa orang-orang gemas. Ditambah lagi saat Tisna tertawa dengan ciri khasnya seorang anak balita.
Setiap orang yang melihat tisna pasti mereka akan memberikan pujian. Serta ada juga yang dengan cuma-cuma membelikan Cemilan balita untuk Tisna. Ada juga yang ingin menggendongnya.