Gadis badas seorang Mahasiswi berprestasi dan pintar berbagai bahasa, harus berakhir koma karena orang yang iri dengki kepadanya.
Jiwanya masuk ke tubuh seorang istri bodoh, seseorang yang selalu mudah ditindas oleh suami dan mertua serta orang lain.
“Ck! Aku nggak suka wanita lemah dan bodoh! Haruskah aku balaskan dendam mu dan juga dendam ku?“ Tanya si mahasiswi pada wajah si pemilik tubuh yang dia masuki melalui cermin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Gagal Bersandiwara.
Benar saja, saat Yura masuk kembali ke ruang rawat Nevan ternyata Nessa sedang menangis mencari keberadaan Yura.
Yoga berjongkok di depan putrinya yang duduk di sofa, pria itu terlihat sedang menenangkan Nessa yang terus menangis, apalagi Nevan juga terbangun karena suara tangis Nessa.
“Huwaaaaaa, Bundaaaaa...“
“Sayang, udah dong. Bunda sebentar lagi datang, nanti Papa bawa Nessa beli mainan atau Nessa mau beli es krim di tempat kalian pergi pas ulang tahun itu?“
Yura sudah masuk saat Yoga bicara, namun dia memelankan suara pintu dan langkahnya.
“Bunda...“ Nevan yang melihat lebih dulu kedatangan Yura.
Sontak tangisan Nessa berhenti, gadis kecil itu turun dari sofa dan menghambur memeluk Yura.
“Bunda dari mana, hiksss...." anak itu mengusap sisa-sisa airmata di sekitar matanya dengan tangan kecilnya.
Yoga bernafas lega, akhirnya siksaan dari putrinya yang terus menangis berakhir juga. Dia bangkit dari jongkoknya dan berjalan ke arah Yura.
“Maaf ya, Bundanya anak-anak. Mas udah berusaha menenangkan Nessa, tapi dia terus mencarimu.“ Yoga memelaskan wajahnya agar Yura simpatik padanya.
Mas? Ingin sekali Yura tertawa.
Yura bahkan tak ingin melihat wajah Yoga, dia menggendong tubuh Nessa di pinggulnya padahal bobot gadis kecil itu sekitar 21 kilogram. “Huff!“
“Tubuh Nessa berat loh, Runa.“ Yoga mengulurkan tangan ingin memindahkan tubuh Nessa padanya, “Biar aku aja yang gendong.“
“Ck! Terus dari tadi ngapain aja? Udahlah! Aku juga mampu!“ ketus Yura, dia pun mendekati brankar Nevan. “Nevan, udah bangun?“
“Kebangun karena Nessa nangis,“ lirih Nevan.
“Papa mu emang nggak ada gunanya! Harusnya bisa nenangin saudara mu. Ya gitu deh, kalo sedari kalian kecil... Papa kalian itu nggak mau ngurus kalian.“ Sindir Yura.
Yoga menahan emosinya mendengar sindiran dari Yura, “Iya, salah Papa. Maafin Mas, ya... Bundanya anak-anak.“
Nevan dan Yura saling bertatapan, Yura tersenyum mengelus kepala anak laki-lakinya seraya mengedipkan sebelah mata. “Nevan mau apa, mumpung ada Papa. Sepertinya Papa ingin menebus semua waktu dan kesalahan nya selama ini sama kalian berdua. Jadi, ayok... katakan. Nevan dan Nessa mau apa?“
Nevan sepertinya mengerti apa yang dimaksud Yura, sang Bunda ingin dia mengerjai sang Papa.
“Nevan mau pipis, gendong Papa!“ Nevan merentangkan kedua tangan, tersenyum dengan wajah polos.
Yoga sangat antusias, ini kesempatan nya untuk kembali berakting menjadi figur ayah yang baik demi mengambil hati istrinya.
“Ayok, Nak!“ Yoga memangku tubuh mungil Nevan, tubuh dan tinggi Nevan memang lebih kecil dari Nessa. Mungkin berat badan anak itu hanya 19 kilo dengan tinggi lebih pendek 10 cm dari saudari kembarnya.
Yoga membawa Nevan ke kamar mandi di ruangan VIP itu, toilet memang berada di dalam kamar mandi.
Yura mendudukkan Nessa dia atas ranjang rawat, dia membuka pesan dari nomer yang tidak dikenal.
[ Saya assisten Pak Alaric, yang bertemu Anda tadi. Saya sudah mengatakan keinginan Anda pada Pak Alaric, namun belum ada tanggapan dari Beliau.]
Yura merasa mengenal nama Alaric, lantas ingatannya terlempar pada malam tadi. Dia mendengar dari pengeras suara, nama si Tuan Arogan yang berdebat dengannya adalah Alaric.
“Apa Alaric yang sama? Jadi, apa orang yang sudah aku tolong itu adalah yang mengurus tubuh ku?“ gumam Yura.
“Bunda, Nessa lapar..."
“Ya Allah, Nak! Ayuk, Bunda suapi.“ Yura memasukkan ponsel ke dalam tas dan memangku Nessa ke arah sofa kembali.
Yura membuka pesanan makanan, dan mulai menyuapi Nessa.
Baru saja satu suapan masuk ke dalam mulut si gadis kecil...
“Argghhhhhhtttt...!!! Nevan! Apa yang kau lakukan?! Hah! Dasar anak bandel!“ teriak Yoga di dalam sana.
Yura langsung menaruh sendok, “Tunggu sebentar ya, sayang. Bunda periksa saudara mu dulu...“
Nessa mengangguk.
Yura berlari masuk ke kamar mandi, disana Yoga sedang memu-kuli lengan Nevan dan anak itu sudah hampir menangis namun masih ditahan.
“Apa yang kau lakukan, hah?! Kurang a-jar! Beraninya kau menyaki-ti putraku!!!“
Yura mendekat dengan tinju yang sudah mengepal.
Bugh!
Bugh!
Dua kali Yura meninju wajah Yoga, bukan tamparan tapi bogeman.
“Arghhhttt sakit!!!“ Yoga meringis kesakitan seraya memegang sebelah wajahnya, tinju Yura mengenai tulang pipi Yoga dan juga sebelah matanya.
Pakaian Yoga bagian depan terlihat basah kuyup, entah apa yang terjadi.
Namun Yura tidak perduli, dia menggendong Nevan yang celananya juga basah keluar dari kamar mandi.
Yura memijit Nurse call di ruangan, hingga perawat datang.
“Apa terjadi sesuatu, Bu?“ tanya perawat.
“Celana pasien anak saya basah, saya mau minta ganti. Bisakah sekalian dengan dalaman nya, nanti masukkan saja ke biaya tambahan.“ Ujar Yura, sebab dia tidak bisa pulang ke rumah untuk mengambil pakaian ganti.
“Baik, Bu. Ditunggu sebentar, ya. Sekarang, bungkus dulu selimut ya Bu anaknya.“
Yura mengangguk dan berterimakasih.
Setelah perawat pergi Yoga keluar dari kamar mandi, dia memandang Yura dengan tatapan seperti di awal begitu penuh kebencian dan kekesalan.
Nessa melihat mata Ayahnya memerah, dia berlari ke arah Yura bergabung dengan Nevan.
“Apa yang kau lakukan pada anakku?!“ Yura tetap meminta penjelasan.
“Kau yang mengajarkan dia kurang a-jar padaku?! Bajuku basah karena di mengenci-ngi ku saat dia minta dibukakan celana! Dia bilang dia nggak sengaja, tapi dia tertawa! Dia menertawakan ku!“ Yoga mendekati Nevan dengan tatapan tajam, tangannya terangkat ingin memu-kul anak itu.
Grep!
“Kau masih ingin menyaki-ti putraku! Nggak kapok kamu aku hajar!“ Yura menahan pergelangan tangan Yoga lalu menghempaskan nya. Dia juga mendorong tubuh Yoga agar menjauh.
Bau! Tubuh Yoga bau pesing! Perasaan Yura diantara masih ingin marah dan ingin tertawa.
Yoga tidak habis pikir, punya kekuatan dari mana istrinya itu terus melawannya karena selama ini Aruna hanyalah perempuan lemah.
Tanpa berkata apapun lagi, pria yang diliputi amarah dengan tubuh bau pesing itu keluar dari ruangan dengan terus menggerutu dan gagal sudah sandiwara nya.
Nevan memeluk Yura dengan tubuh gemetar ketakutan, dia tak menyangka Ayahnya akan main kasar padanya. Nessa yang ikut merasakan ketakutan saudaranya, ikut memeluk Yura.
.
.
Di perusahaan, Alaric baru saja selesai menerima telepon dari assistennya yang berada di rumah sakit. Dia kira sesuatu terjadi pada tubuh Yura, namun sang asisten malah mengatakan seorang teman Yura ingin bertemu dengan Alaric bernama Aruna.
“Aruna? Kenapa wanita itu ingin bertemu dengan ku? Apa dia mengetahui sesuatu tentang kecelakaan yang terjadi pada Yura?“
Alaric pun menelepon balik Asisten nya, “Halo, Eki. Kau selidiki lebih dulu wanita bernama Aruna itu, laporkan padaku secepatnya! Mungkin saja dia saksi atas kecelakaan pada Yura atau kemungkinan lain... bisa saja dia pelaku tab-rak larinya!“
“Baik, Pak Alaric.“
Alaric memutuskan sambungan, ingatannya pun melayang pada kejadian 4 bulan lalu ketika pertemuan dengan Yura dan berakhir dengan dia terkena penusu-kan.
Sebenarnya bukan penusu-kan biasa, akan tetapi ulah seseorang yang masih mempunyai dendam pada Alaric karena permasalahan seorang wanita yang sudah meninggal.
___
Ada typo nanti di revisi ya, kadang dipersulit review nya kalau ada kata-kata kasar jadi harap maklum 🙌🤗