Gadis Tawanan Mr.CEO

"Kita mau ke mana?" tanya Sienna, karena saat ini yang Alvin kendarai, bukan menuju ke rumah milik keluarga Sienna.

"Aku mau mengajak kamu ke salah satu restaurant, kita berdua kan sudah jarang menikmati waktu bersama," jawab Alvin disertai senyuman manisnya yang khas. Tapi, itu dulu. Sebelum Sienna mengetahui perselingkuhan Alvin dan Felly.

"Baiklah," jawab Sienna pasrah.

"Sienna," Alvin tiba-tiba saja menggenggam jemari Sienna, karena Sienna yang saat ini mulai menjaga jarak dengan Alvin, membuat Sienna reflek menarik tangannya.

"Aku minta maaf Sienna," ALvin nampaknya menyadari, bahwa Sienna sedikit memberi jarak.

"Aku yang minta maaf Alvin, aku terlalu menyakiti perasaan kamu kan, karena sikapku sekarang," Sienna justru menyalahkan dirinya sendiri.

"Ti-tidak Siena, aku memaklumi itu, aku sadar apa yang aku lakukan di belakang kamu, pasti sudah membuat hati mu terlalu sakit, dan kenangan perselingkuhan ku pasti akan sulit kamu lupakan, wajar jika saat ini kamu belum bisa menerima ku sepenuhnya," ucap Alvin, saat ini Sienna dibuat bingung dengan sikap Alvin. Di pandangan Siena, Alvin saat ini tengah jujur dengan perasaannya.

"Aku bingung dengan kamu Vin, sekarang aku bingung, apakah kamu sedang berbohong atau jujur," batin Sienna ragu.

"Aku masih terus berusaha melupakan kejadian itu, karena aku tahu apa yang kamu lakukan dengan Felly, hanyalah kesaalahan sesaat, dan aku yakin kamu tidak akan mengecewakan aku lagi."

"Tapi, aku mohon beri aku waktu, aku akan berusaha untuk memupuk rasa percaya ku lagi pada kamu Alvin. Aku tidak akan mengakhiri hubungan kita, karena kamu adalah sosok lelaki yang bisa aku andalkan, kamu adalah lelaki yang akan selalu ada untuk ku kan? Dan melindungi ku? Aku akan menagih janji kamu," ucap Sienna, dengan senyuman tipisnya.

"Terimakasih Sienna, karena kamu masih mau mempercayai aku, dan aku pasti akan menepati janji ku," ujar Alvin terlihat bersungguh-sungguh.

"Entah sejak kapan aku bisa berkata manis penuh bualan seperti ini," batin Sienna.

"Tapi, tidak masalah, karena aku harus terlihat lemah di hadapan kamu Alvin, aku harus menjunjung nama mu tinggi, supaya saat aku menjatuhkan kamu, kau akan merasakan sakit yang sama seperti aku," batin Sienna penuh tekad.

Di sisi lain, Felix tengah mencoba menghibur Devano yang nampaknya masih terbakar api cemburu. Mau seberusaha apapun Devano mengelak, namun dari tingkah Devano saat ini, sudah terlihat jelas bahwa Devano sedang kesal.

"Tuan, anda harus istirahat, anda belum makan apapun dan sekarang sudah 5 jam anda olah raga," Felix sangat khawatir dengan kesehatan Devano. Saat Devano marah, maka dirinya akan menyiksa tubuhnya dengan olah raga yang berlebihan, dan itu sangat buruk, bisa fatal akibatnya.

"Tuan saya mohon istirahatlah dulu," Felix masih mencoba untuk membujuk Devano, namun Devano seolah menulikan pendengarannya.

"Bagaimana caranya aku bisa membujuk Tuan Devan," Felix dibuat frustasi dengan keadaan Devan saat ini.

"Hanya Sienna yang bisa membantu ku, tapi saat ini tidak mungkin, Sienna sedang bersama Felix, atau mungkin Sienna juga tidak akan bisa keluar rumah tanpa alasan pasti, aarrggh," Felix semakin frustasi memikirkan caranya. Di tengah frustasinya Felix, tiba-tiba saja Felix mendengar suara benda jatuh.

"Tuan!" Felix terkejut, karena ternyata Devano tumbang, dia jatuh terkulai lemas dan hampir pingsan.

"Tuan, bukankah saya sudah bilang, olah raga berlebihan itu tidak baik," Flix terus membantu Devan, memapah Devan untuk beristirahat. Pada akhirnya Felix memutuskan untuk menghubungi dokter.

-//-

"Pagi asisten Felix," Sienna menyapa Felix yang datang seorang diri, ditambah lagi exspresi Felix yang terlihat tidak seceria seperti biasanya.

"Pagi Sienna," balas Felix dengan nada lemas.

"Anda kenapa? Sakit?" tanya Sienna khawatir.

"Bukan aku Sienna, yang sakit. Tapi, Tuan Devan," jawab Felix.

Sienna membulatkan matanya terkejut. "Tuan Devan sakit apa, asisten Felix?"

"Demam, tapi cukup parah, dan tuan Devan tidak akan masuk kantor hari ini," jawab Felix masih dengan ekpresi yang sedih.

"Itu memang lebih baik asisten Felix, Tuan Devan harus banyak istirahat, jadi tenanglah," Sienna mencoba menghibur Felix, karena Sienna tahu pasti Felix sangat khawatir dengan keadaan Devan.

"Justru aku khawatir Sienna, karena aku tidak bisa memantau tuan Devan, sebab tuan Devan hanya sendirian di apartement, dan dia melarang ku memberitahukan ini pada tuan dan nyonya," jelas Felix.

"Andai saja, aku tidak ada pertemuan dengan client, maka aku juga akan cuti," Felix menghela napas lelah.

"Jadi tuan Devan sendirian," Sienna juga dibuat terkejut dengan cerita Felix.

"Sienna bisa aku minta tolong?" Felix menatap Sienna dengan penuh harapan.

"Ya asisten Felix, apa yang bisa saya bantu?" Sienna siap siaga untuk bisa membantu felix.

"Tolong datanglah ke apartement, aku tidak bisa tenang jika meninggalkan tuan Devan sendirian. Soal pekerjaan, aku yang akan urus semuanya," Felix menatap Sienna dengan tatapan meng iba, membuat Sienna tidak bisa untuk menolak.

Pada akhirnya, Sienna diantar oleh supir perusahaan menuju ke apartement milik Devan. Saat Sienna sampai di sana, Sienna dibuat kagum dengan apartement yang begitu mewah. Jangan bingung dengan alasan kenapa Sienna bisa masuk, karena Felix memberikan kartu akses kepada Sienna. Sebab, kemungkinan Devan membukakan pintu itu kecil.

Crangggg!! Sienna terkejut, mendengar suara pecahan benda di salah satu ruangan.

"Jangan-jangan, itu tuan Devan," batin Sienna, dia pun segera berlari menuju ke sumber suara.

"Devan!" Sienna menghentikan aktivitas Devan yang hendak memegang salah satu pecahan gelas.

"Sienna?" Devano terkejut melihat Sienna yang saat ini ada di hadapannya, dia beberapa kali mengerjapkan matanya dan hasilnya Sienna masih ada di tempatnya.

"Ini pasti karena demam, membuat aku berhalusinasi bahwa Sienna ada di sini," ucap Devano.

"Devan, apa yang kamu katakan, aku memang Sienna," Sienna memegang lengan Devan, membuat Devan percaya bahwa Sienna nyata berada di hadapannya.

"Sienna, bagaimana kamu bisa masuk?" tanya Devano bingung.

"Akan aku ceritakan nanti, sekarang aku bantu kamu ke ranjang," Sienna membantu memapah Devano ke ranjang. Saat melihat di atas nakas masih ada bubur yang belum tersentuh sama sekali, membuat Sienna bisa menyimpulkan bahwa Devano belum makan apapun.

"Kamu belum makan?" tanya Sienna, dan Devano menganggukkan kepalanya.

"Rasanya pahit, aku tidak suka, entah dari mana Felix membelinya," jawab Devano.

Sienna bisa maklum, lidah orang sakit tidak akan seperti biasanya. Dia pun membantu Devan untuk minum lebih dulu, baru setelah itu membersihkan pecahan gelas yang ada di kamar Devan.

"Maaf sudah merepotkan kamu Sienna," ucap Devan merasa bersalah.

"Tidak masalah, aku merasa khawatir saat asisten Felix mengatakan kamu sakit," Sienna menceritakan obrolannya dengan Felix barusan.

"Terimakasih Felix, aku akan memberikan kamu bonus untuk kebaikan yang kamu lakukan hari ini," batin Devan.