'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Kau sudah tahu kemana mereka pergi?" tanya Maria melalui sambungan telepon.
"Tuan Davendra pergi ke Itali, dan pesawatnya mendarat di Roma. Tapi maaf nona, saya kehilangan jejak setelah mereka meninggalkan bandara, saya tidak tahu mereka pergi kemana setelahnya," terdengar suara seorang pria di sebrang telepon.
"Bodoh!! kenapa kau bisa kehilangan jejak mereka berdua. Cari lagi kemana mereka pergi, aku mau secepatnya," maki Maria pada orang tersebut.
"Baik nona," sahutnya dan Maria pun langsung mengakhiri panggilan teleponnya.
"Kau akan menyusul mereka kesana?" tanya Jenny yang muncul tiba-tiba setelah mendengar pembicaraan putrinya.
"Iya," sahut Maria datar.
"Kau akan mengganggu bulan madu mereka, jika kau kesana," kata Jenny.
"Memang itu yang aku inginkan. Aku akan terus membayang-bayangi Xannia dan berkeliaran di dekatnya," ucap Maria.
"Berhentilah Maria, sudahi ini semua. Kita sudah cukup dengan memiliki ini," kata Jenny menasehati putrinya.
"Tidak mom. Ini belum cukup, aku melakukan semua ini
Demi Mommy, untuk mommy. Apa mommy tidak mengerti itu?" kata Maria melihat kearah sang ibu.
"Tidak sayang, kau melakukannya bukan untuk mommy. Tapi untuk dirimu sendiri dan juga obsesimu," kata Jenny.
"Hentikan semua ini sebelum kau menyesal. Mommy tak ingin kau berada di tengah-tengah pernikahan orang lain, mommy tidak ingin kau menyesal seperti mommy. Mommy sudah merasa cukup dengan daddy-mu yang bertanggung jawab padamu dan mommy," kata Jenny memandang sendu putrinya yang keras kepala.
"Kau sudah memiliki Arsen, dan biarkan Xannia bahagia dengan pernikahannya," ujar Jenny.
"TIDAK, MOM!!" bentak Maria pada sang ibu yang membuat hati Jenny mencelos mendengar bentakan dari putrinya sendiri.
"Aku tidak bisa melihatnya bahagia, aku tak bisa melihat dia terus tersenyum di atas penderitaanku. Setelah putus dari Arsen dia malah mendapatkan pria yang melebihi Arsen," kata Maria.
"Penderitaan apa yang kau maksud? Kau sendiri yang membuat penderitaan itu ada di dalam hidupmu dan juga hatimu, kau yang membuatnya sendiri. Jika saja kau tidak macam-macam, mungkin Xannia akan menerimamu sebagai adiknya," ucap Jenny menahan air matanya.
"Dia selalu beruntung dari pada aku, dia memiliki semua orang yang menyayanginya. Sedangkan aku? Hanya nenek yang menyayangiku, bahkan kakek mengusir mommy dari rumah, setiap kali nenek membawaku kerumahnya, kakek dan yang lainnya seolah melihatku penuh permusuhan, mereka menganggap aku adalah aib keluarga," jelas Maria.
"Semua orang memujanya, dia di perkenalkan pada semua orang. Sedangkan aku? Di sembunyikan dan terasingkan. Daddy bahkan hanya menemui kita tiga kali dalam sebulan sedangkan mereka setiap hari melihat daddy, aku juga ingin pergi sekolah di antar oleh daddy. Saat aku melihat wajah Xannia di televisi aku mulai membencinya, senyumnya yang ada di depan kamera terlihat sangat bahagia seolah-seolah sedang mengejekku," ujar Maria mengeluarkan keluh kesahnya.
Air mata Jenny mengalir saat mendengarkan semua perkataan putrinya.
Wanita paruh baya itu berniat untuk memeluk putrinya, tapi Maria langsung menepisnya.
"Aku tidak butuh kasihan, mom," kata Maria datar.
Saat Maria bercerita tentang dirinya, tidak ada kesedihan yang terlihat di matanya, yang ada hanya mata penuh kebencian dan amarah.
"Aku ingin mommy bahagia, aku ingin mommy mendapatkan semuanya. Mommy juga istri daddy, tapi hanya wanita itu dan anaknya yang mendapatkannya, daddy harusnya berlaku adil pada kalian bukannya berat sebelah," kata Maria.
"Mommy terlalu baik selama ini, mommy tidak pernah tegas pada daddy," ujarnya lagi.
"Mommy sudah merasa cukup dengan apa yang mommy miliki sekarang. Mungkin ini karma untuk mommy karna sudah masuk ke tengah-tengah pernikahan Martin dan Amanda. Mommy sudah bersyukur ayahmu tidak menceraikan mommy," kata Jenny dengan suara parau.
"Sudahi ini semua maka kita akan hidup bahagia," ucap Jenny dengan pelan.
"Sudah aku bilang aku tidak mau menghentikannya!! Aku ingin melihatnya menderita karna kehilangan semuanya," ujar Maria dengan lantang di hadapan ibunya sendiri.
Air mata Jenny semakin lolos mendengar pernyataan putrinya yang sarat akan kebencian yang besar pada Xannia.
Wanita paruh baya itu, tidak tahu lagi harus menasehati putrinya dengan cara apa lagi, hati Maria seolah-olah sudah di tutupi oleh awan hitam yang gelap.
"Keluarlah, mom. Aku tidak ingin menyakitimu," kata Maria.
Jenny memandang sendu putrinya, dan keluar dari kamar Maria.
'Apa aku telah salah mendidiknya?'batin Jenny dengan penuh rasa penyesalan.
Setelah sang ibu keluar dari kamar, Maria melampiaskan semua rasa kesal dan marahnya pada benda yang ada di meja riasnya.
Wanita berambut sebahu itu bahkan melempar semua barang-barang yang ada di depannya.
"ARGHHHHH!!" seru Maria histeris.
Jenny yang masih ada di depan pintu kamar putrinya pun dapat mendengar jeritan sang putri.
"Apa aku harus membawanya ke psikiater?" gumam Jenny.
Maria mendudukan dirinya di ranjang yang sudah berantakan tak karuan, wanita itu mengambil ponselnya di atas nakas dan menelpon seseorang.
"Buatkan aku surat peralihan saham dan kekayaan milik ayahku, aku ingin mempercepatnya," kata Maria setelah sambungan teleponnya di angkat.
"Kau yakin? Kau harus mendapatkan tandatangan ayahmu kalau begitu," sahut seorang pria di sebrang telepon.
"Itu mudah," ujar Maria.
"Baiklah, aku akan segera membuatkannya untukmu," kata orang tersebut.
"Hmm," sahut Maria dan mengakhiri panggilannya.
.
.
.
.
Sementara itu di belahan bumi lainnya, sepasang pengantin baru sedang menikmati waktu berdua mereka.
Setelah makan malam, mereka memutuskan untuk bersantai di depan perapian, mengingat malam hari di Pegunungan terasa lebih dingin dari pada di dataran rendah.
Mereka berdua sama-sama bersantai di atas karpet beludru yang sangat nyaman dang hangat.
Punggung Davendra bersandar di kaki sofa dengan pandangan dan jari yang fokus pada laptop di pangkuannya,dengan kaki Berselonjor.
Sedangkan Xannia berbaring dengan kepala yang berada di atas betis Davendra sebagai bantalan-nya.
Tangannya memegang sebuah buku yang di ambil di perpustakaan resort.
Davendra memang sengaja membuat perpustakaan kecil Di resort nya agar memudahkannya membaca buku.
Xannia menghentikan bacaannya dan melihat kearah suaminya.
"Kau sudah mengantuk?" tanya Davendra saat merasa jika ada yang memperhatikannya.
"Sedikit," jawab Xannia.
"Kalau begitu kembalilah ke kamar lebih dulu, aku akan menyusul nanti," kata Davendra.
"Bolehkah aku menanyakan sesuatu?" tanya Xannia.
"Hmm," sahut Davendra
"Jika kita bercerai nanti. Apa kau akan menikah lagi dan membuat wanita lain menjadi ibu tiri untuk putraku?" tanya Xannia memandang lekat suaminya.
Davendra menghentikan kegiatannya dan melihat Xannia yang juga sedang melihatnya.
"Aku tidak tahu. Tapi, mungkin saja itu terjadi," jawab Davendra dengan wajah datarnya.
"Apa aku masih bisa menemui anakku jika kita sudah bercerai nanti?" tanya Xannia lagi.
"Tentu saja, kau bisa melihatnya setiap hari," kata Dave,Xannia memperlihatkan senyumnya dan bangun dari berbaringnya.
"Terima kasih," ucap Xannia.
"Aku akan masuk ke kamar duluan," kata Xannia
"Good night, Dave," ucap Xannia dan berjalan menuju kamar mereka berdua yang ada di resort.
Setelah Xannia pergi Davendra tak melanjutkan pekerjaannya dan menutup laptopnya.
Pria itu termenung dengan pandangan yang fokus pada perapian di depannya.
Setengah jam kemudian Davendra memutuskan untuk menyusul Xannia ke kamar.
Saat Davendra membuka pintu kamar mereka, pria itu melihat Xannia sudah tertidur dengan membelakanginya.
Davendra berjalan mendekati Xannia dan mengecup pipi wanita yang sudah menjadi istrinya itu.
"Aku mencintaimu," bisik Davendra lembut.
"Good night," lanjutnya dan kembali mengecup pipi itu.
Davendra tidak langsung naik ke atas ranjang, pria itu berjalan kearah balkon dan membuka pintu penghubung antara balkon dan kamar.
Pria itu merogoh sebungkus rokok dan mengambil satu.
Pandangan Davendra terfokus kearah luasnya air laut yang gelap dari atas balkon kamarnya sembari menghisap sebatang rokok.
Semilir angin yang berhembus bahkan mengenai wajah tampannya.
Xannia membuka matanya saat merasakan Davendra sudah tak ada lagi di dekatnya.
Wanita itu mengedarkan pandangannya dan menemukan suaminya yang berdiri di balkon.
Xannia mendengar semua yang di katakan oleh pria itu, Xannia bahkan mendengar pernyataan cinta suaminya.
'Apa yang harus aku lakukan?'batin Xannia.
Wanita cantik itu khawatir dengan apa yang dia rasakan.
'Tak mungkin dia menyukaiku kan?'pikirnya lagi.
"Davendra benar-benar mengejutkannya dengan pernyataan cinta yang di katakan nya.
Bersambung . . . .
Selamat... bahagia sllu utk mu daddy dave & mommy xannia 😍😍❤️❤️❤️