Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Pagi Aqilla cantik, masih pagi tuh harusnya senyum jangan cemberut gitu dong,"sapa Nathan saat Aqilla baru memasuki kelas.
Aqilla menaikkan sebelah alisnya dan menatap heran ke arah Nathan. Kenapa dia masih bisa bersikap biasa saja seolah tak ada yang terjadi di antara mereka.
"Kamu... Gak marah sama aku?" tanya Aqilla.
"Enggak,kenapa harus marah. Soal yang semalam gak usah kamu pikirin yaa. itu masalah orang tua kita gak ada sangkut-pautnya sama kita. Aku gak perduli mau kamu itu kakak aku kek atau siapa kek. perasaan aku ke kamu tetap sama Qilla," jawab Nathan.
"Maaf kalau aku gak bisa balas perasaan kamu itu yaa Nathan. Di tambah lagi ternyata kita adalah saudara tiri," ucap Aqilla pelan.
"Udah gak usah di pikirin. Itu semakin bagus dong karena aku bisa selalu bersama kamu terus. Soal perasaan aku lama kelamaan juga terbiasa," ujar Nathan tersenyum.
"Owhh ternyata mereka cuma saudara tiri. Bagus dong, artinya aku bisa dengan mudah dapetin Nathan," ucap Siska yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka di depan pintu kelas.
Siska tersenyum licik, pasti sudah ada ide busuk yang bersarang di otaknya. Informasi yang dia dapat ini bisa membuatnya lebih leluasa mendekati Nathan. Dan dia tidak perlu repot-repot menyingkirkan Aqilla.
Siska kembali ke ruang kelasnya yang berjarak selisih empat kelas dari kelas Nathan dan Aqilla. Teman-temannya juga harus tau mengenai ini.
"Kamu serius mereka saudara tiri? Gak salah denger kan?" tanya leya. Perempuan dengan rambut di Cepol itu duduk di atas meja Mauren.
"Ya beneran lah, orang aku tadi denger sendiri waktu mereka ngobrol dekat jendela. Niatnya sih mau ngelabrak tuh cewek culun. Tapi gak jadi deh, ngapain repot-repot kalo mereka juga gak bisa jalin hubungan,"jelas Siska dengan nada angkuhnya.
"Tapi gimana ceritanya deh, kok bisa mereka jadi saudara tiri. Atau jangan-jangan selama ini di belakang mereka mamanya sih Aqilla ada hubungan sama papanya Nathan? Selingkuhan nya mungkin dari dulu,"ucap Mauren penasaran.
"Yaa aku juga gak tau sih kalo masalah itu, bukan urusanku juga. Yang penting aku bisa bebas deketin Nathan dan saingan ku berkurang,"jawab Siska.
"Tapi kan mereka jadi semakin deket sis. Terus kalau Aqilla gak restui kamu jadi calon adik iparnya gimana. Pasti Nathan lebih nurut omongan Aqilla. Terus nih ya banyak loh orang yang pacaran sama saudara tirinya sendiri. Jadi saingan mu masih ada sih," celetuk Sesil.
Mauren dan leya membenarkan omongan Sesil. Hingga Siska tampak kembali berfikir dengan dahi yang mengerut.Dia harus mengatur ulang strategi nya untuk mendapatkan Nathan. Dan Nathan harus jatuh ke tangan nya.
"Selamat pagi anak-anak. Mauren,sesil, leya dan Siska ngapain kalian masih ngumpul. Bukannya baca buku, masih pagi udah ngerumpi aja. kembali ke tempat kalian masing-masing," seru Bu indah selalu guru fisika.
"Baik Bu..." jawab mereka serempak.
Jam istirahat pun tiba, Siska dan antek-anteknya berjalan angkuh menuju kelas Nathan. Dia berjalan angkuh sambil sesekali mengganggu adik kelas yang melintas.Karena sudah menjadi senior, semua adik kelas yang bertemu dengannya pasti akan takut. Takut karena mereka terkenal sebagai tukang bully, apalagi anak kelas satu yang sering menjadi sasaran nya.
Tak perduli dengan tatapan sinis dari teman sekelas Rombongan cewek dengan rok yang berada di atas lutut dan baju yang ngepas di badan itu sengaja berjalan sambil meliuk-liukkan tubuhnya. Membuat beberapa murid lelaki melotot sambil menelan ludah penuh nafsu.
"Hai Nathan, ke kantin bareng yuk. Aku yang bayarin, itung-itung sebagi permintaan maaf karena selalu gangguin kamu,"ajak Siska sambil mengelus lengan Nathan. Berusaha menggoda cowok itu.
"Gak perlu, aku ke kantin bareng Aqilla. Jadi kamu duluan aja sama temen-temen kamu," jawab Nathan cuek sambil sibuk merapikan alat tulisnya.
"Ohh yaudah kalau gitu Aqilla juga ikut aja sekalian. Sebagai tanda pertemanan, kayaknya gak ada gunanya juga aku musuhan sama Aqilla,"
"ya baguslah kalau kamu sadar. Tapi kenapa kok tiba-tiba kamu ngajakin kita makan bareng. Pasti kamu ada mau nya kan," selidik Nathan.
"Astaga Nathan,susah ya emang kalau udah awalnya jahat. Terus di cap jahat Mulu, aku beneran mau berubah. Sebentar lagi kita tamat sekolah jadi ya apa salahnya kalau baikan sama Aqilla. Biar gak ada dendam berkelanjutan setelah ini," jelas Siska.
"Bagus kalau kamu mau berubah sis. Aku juga minta maaf kalau ada salah sama kamu. Nathan, kamu gak boleh gitu sama Siska harusnya di dukung dong kalau di mau berubah," ujar Aqilla. Tak tahu saja dia kalau ini merupakan sebagian rencana dari Siska.
"Jadi gak sih ke kantin nya, aku udah lapar banget nih. Mau berapa jam lagi disini,"sungut Mauren.
Nathan melihat ke arah Aqilla yang mengangguk mengiyakan tawaran Siska. Jika Aqilla mau maka Nathan juga tidak bisa menolak. Tidak ada salahnya juga jika sesekali makan bersama mereka. Semoga aja Siska beneran sudah berubah,pikir Nathan.
Kini mereka semua sudah berada di satu meja yang sama. Di mana tempat itu adalah tempat di mana Siska dan temannya biasa berkumpul. Tak ada satu pun dari penghuni sekolah itu yang berani menduduki bangku keramat mereka.
Nathan berada tepat di tengah-tengah antara Siska dan Aqilla. Sedari tadi tampak sekali jika Siska sedang mencari perhatian Nathan. Mulai dari memesankan makanan, mengelap bibir Nathan dengan tisu bahkan kini dia menyuapi Nathan dengan makanannya sendiri.
"Gimana enak kan, nih aku suapi lagi yaa,"ucap Siska.
"nggak, gak usah aku bisa makan sendiri. Mending kamu fokus makan aja yaa," ucap Nathan merasa tak enak dengan Aqilla.
"Yaudah deh kalau gak mau di suapi. Tapi kamu dong yang suapi aku," rengek Siska.
Brak..
Nathan menggebrak meja kantin dengan kuat. Dia sudah sangat kesal dengan tingkah Siska yang semakin menjadi. Semua orang yang ada di kantin menatap heran ke arah Nathan. Aqilla sontak terkejut melihat kemarahan yang terpancar dari sorot mata Nathan.
"Nat, kamu kenapa? Semua orang ngelihatin kamu, sabar kondisikan emosi kamu," Aqilla berkata lembut menenangkan Nathan.
"Dia udah kelewatan qilla, kamu gak liat apa dari tadi Siska sengaja mancing-mancing aku. Kesabaran ku udah habis, makin ngelunjak tau gak,"ketus Nathan.
"Aku bukan mancing kamu tapi ngasih perhatian Nathan. Masa cuma kayak gitu aja kamu marah sih,"ujar Siska.
"Kalau tujuan kamu kayak gitu karena biar aku suka sama kamu. Sorry, sampai kiamat pun aku gak akan mau sama kamu. Cari aja laki-laki lain yang lebih dari aku," ujar Nathan.
"Kenapa sih kamu gak pernah lirik aku sedikit aja. Oke, mungkin dulu aku memang jahat dan suka semena-mena sama orang. tapi aku udah bilang kan tadi, aku mau berubah Nathan demi kamu. Apa belum cukup untuk kamu buka hati kamu buat aku,"bela Siska.
"Kamu gak perlu berubah demi siapapun, tapi harus murni dari hati kamu.Dan hati aku udah terisi oleh satu wanita dan itu bukan kamu,"pungkas Nathan. Lalu menarik tangan Aqilla dan membawa nya pergi meninggalkan kantin.
"INGET NATHAN KALIAN ITU GAK BISA BERSATU. AKU TAU KALAU SEBENARNYA KALIAN ITU SAUDARA TIRI KAN?!" teriak Siska yang membuat seisi kantin kembali tercengang. Bisik-bisik mulai terdengar dari mulut ke mulut.
Nathan dan Aqilla sontak menghentikan langkahnya. berbalik menghampiri Siska kembali.
"Tau dari mana kamu kalau kami saudara. Apa maksud kamu teriak-teriak kayak gitu. Biar aku takut terus mau nurutin kemauan kamu gitu," ucap Nathan dengan tatapan tajam nya.
"Gak perlu tau aku dapet informasi dari mana. Kalau kamu gak mau rahasia ini semakin menyebar. Silahkan duduk lagi, makan berdua bareng aku,"ancam Siska dengan seringainya.
"Kamu pikir aku takut hah, dengan ancaman sampah kamu itu. Mau seluruh dunia tau pun aku gak peduli. Dan ini buat aku semakin yakin untuk gak deket-deket sama perempuan macem kamu,"ketus Nathan.
"Nath, udah gak usah di perpanjang lagi. Ayo kita balik ke kelas aja ya," bujuk Aqilla.
"Aku peringatkan sama kalian berempat, seujung kuku aja kalian nyakitin Aqilla. Aku gak akan segan-segan buat kalian tersiksa. mau kalian cewek sekalipun aku gak peduli," ancam Nathan. suaranya pelan namun mematikan. Dapat membuat bulu kuduk Siska dan antek-anteknya meremang.
Siska mematung mendengar ucapan Nathan yang tak main-main. Memandangi punggung lebar itu yang kini menghilang di balik pintu kantin.
"Ishhh kenapa sih Aqilla terus Aqilla terus. Apa sih spesial nya tuh cewek. Pokoknya aku gak mau tau, Nathan harus jadi pacar aku. TITIK!!!" kesal Siska mengacak rambut nya frustasi.
"Udah lah sis, masih banyak kali cowok yang gak kalah ganteng dari Nathan. Dari banyaknya cowok yang ngejar kamu, kenapa harus Nathan yang bahkan gak suka sama kamu," ujar Leya.
"Diem aja deh, Nathan tuh beda. Dan aku yakin dia tipe cowok yang setia. Aku cuma mau sama dia bukan sama yang lain," rengek Siska semakin menjadi.
Teman-teman nya pun sampai di buat pusing oleh Siska. Mereka semua berusaha menenangkan Siska yang uring-uringan hanya karena satu cowok.
"Nathan, lain kali jangan kayak gitu lagi yaa. Kasihan Siska, kamu juga sih sedikit aja buka hati kamu buat dia. Pasti sekarang dia lagi patah hati banget," ujar Aqilla. Kini mereka berdua sedang berada di taman sekolah.
"Kamu kok malah belain dia sih. kan kamu sendiri tau aku sukanya sama kamu, bukan dia. Kalau kayak gini kamu juga jahat dong sama aku," sungut Nathan.
"Nathan,gak bisa di pungkiri lagi kita saudara. Aku kakak kamu gak mungkin bisa lebih dari itu. Buka hati kamu buat wanita lain, dari pada kita semakin sakit nantinya," ucap Aqilla lembut.
"Jangan bahas itu,aku gak suka. Anggap aja itu semua gak bener. Aku mau nya kita kayak gini terus. Dan gak ada embel-embel kakak adik di antara kita,"
Nathan menatap tulus ke arah Aqilla. Mungkin memang ini sulit untuk ia terima. Tapi cepat atau lambat mereka juga akan terbiasa. Ini hanyalah soal waktu. Menjadi keluarga mungkin lebih baik di bandingkan menjadi pasangan yang akan pergi kapan saja.
Aqilla membalas tatapan Nathan dengan senyum menenangkan yang terukir di bibir ranum nya. Ia sangat maklum dengan tingkah Nathan saat ini. Tak di pungkiri juga kalau Aqilla pun mempunyai rasa yang sama dengannya.
penulis nya siapa
editor nya siapa
jumlah halaman nya berapa
tokoh utama nya apa
tempat tinggal nya dimana
memiliki keinginan apa
menghadapi kendala apa.