Cyra Alesha wanita berusia 25 tahun wanita yang berhati baik dan tulus selalu di bully dan di hina karena fisiknya yang berbeda dari yang lain.Semua orang selalu memandang remeh Cyra akan karena fisik yang tak terawat.
Bagaimana kisah Cyra Alesha selanjutnya?
simak ya gess..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
"Mbak Cyra ! Anda jangan coba-coba mengecap buruk nama baik saya dan juga anak saya, saya tidak segan-segan akan menuntut anda karena anda tidak ada bukti !"
Pak Husnan berdiri dari duduknya. "Maaf Mas Rendi saya tidak bisa membantu anda, saya permisi"
Rendi terkesiap. "Pak ! Pak Husnan" Cegah Rendi namun pak Husnan terus saja berlalu pergi dengan mobilnya.
Yudi, Ahmad tersenyum tipis. Usman, Andi dan Wawan mereka hanya bisa menonton drama menegangkan ini.
"Ren, kita pulang" Seru Usman diangguki Andi dan Wawan.
"Silahkan" Jawab Rendi menahan kesal.
Mereka bertiga pergi, hanya tinggal Yudi dan Ahmad yang belum pergi orang asing itu juga masih duduk diam disana.
"Mas, aku berkata jujur aku tidak berbohong. Kau percaya padaku kan Mas?" Cyra butuh dukungan, jika suaminya percaya mungkin dia akan berusaha mencari bukti. Walau entah bagaimana caranya.
"Kau gil4 !" Bentak Rendi.
"Apa?" Cyra terkejut, ini pertama kalinya Rendi membentaknya berbicara kasar padanya. "Aku gil4?"
"Ya kau gil4?! Kau tidak waras, Yudi adalah temanku dia tak akan mungkin menyakiti istri temannya sendiri !"
"Mas, apa yang kau lakukan? Kau membentakku, membentak istrimu sendiri? Aku tidak menyangka Mas" Cyra menitikan air mata hatinya begitu sakit.
Rendi mengusap wajah kasar sadar akan yang baru saja ia ucapkan. "Cyra ma---"
"Kau membentakku hanya untuk membela Yudi ?! Kau menghinaku demi teman bejadmu Mas?! Kau tega Mas, aku tidak habis fikir" Cyra tak menyangka.
Rendi menggeleng menggapai lengan Cyra, tapi Cyra menepisnya. "Yank, maaf aku tidak bermaksud berkata seperti itu" Rendi mengaku salah tidak seharusnya membentak Cyra apalagi masih ada teman-temannya disini.
Cyra tak menghiraukan, dia keluar rumah mengendarai motor dengan berlinang air mata.
"Cyra ! Sayank kau ingin kemana?!" Rendi menjambak rambut kasar. Cyra sudah pergi tak menghiraukannya.
Rendi yakin Cyra pasti marah padanya, dirinya memang sudah keterlaluan.
"Ren, sabar Ren. Cyra mungkin hanya marah sementara kok" Ahmad menenangkan Rendi mengusap bahunya.
Rendi menghela, ia tidak tahu harus apa sekarang. Semuanya tidak ada dalam bayangannya.
"Sabar Ren, jangan kasar dengan istri, tidak baik" Yudi sok menasihati, menepuk bahu Rendi supaya tenang.
"Aku minta maaf Yudi, karena tadi Cyra sempat menuduhmu. Aku percaya kau tidak mungkin melakukan itu" Rendi tak enak hati.
Yudi, Ahmad tersenyum tipis. "Tidak masalah, biar aku yang urus orang asing itu" Yudi membawa orang asing itu pergi dari rumah Rendi.
Setelah kepergian Yudi dan Ahmad, Rendi terduduk lesu dikursi, menyangga kepala dengan kedua tangan meratapi nasib buruk yang menimpanya.
🔹🔹🔹
Yudi, Ahmad berhentikan motor dipinggiran jalan.
"Mana komisinya?"
"Hahaha...! Mata duitan ternyata, sabar Bimo sabar" Yudi mengambil amplop coklat dibagasi motor.
"Sebenarnya rencana agak berantakan sih, tapi tetap berjalan bagus. Walau bukan Rendi yang benci Cyra tapi Cyra yang akhirnya membenci Rendi" Ucap Bimo menerima uang yang Yudi sodorkan.
"Terima kasih bro, secepatnya pergi dari sini atau kita akan ketahuan !" Sergah Yudi.
"Tutup mulut, jangan jadi ember semen rombeng" Ancam Ahmad.
"Tenang, aku cabut !" Bimo pergi dengan motornya.
Ahmad bernafas lega, menatap Yudi sengit. "Kau yang menyuruhku tenang, tapi kau sendiri yang kelabakan!" Cibir Ahmad.
"Akting Mad, jangan suka kampungan deh!" Yudi tak terima disalahkan. Tapi tidak bohong tadi ikut kepancing sedikit.
"Sudah lah, aku pulang ingin istirahat" Ahmad memutuskan.
Yudi juga memutuskan pulang kerumah, ia juga lelah dan butuh istirahat.
🔹🔹🔹
Cyra sampai dirumah mertuanya, sikap dan ekspresinya berusaha untuk biasa saja. Cyra tidak ingin mengundang banyak tanya.
"Assalamualaikum" Cyra mengetuk pintu, Cyra yakin kedua mertuanya pasti sudah tidur mengingat ini sudah larut malam.
"Waalaikumsalam" Seru Mini, Ibunya Rendi membuka pintu.
"Maaf malam-malam Cyra menganggu Ibu, Hasa dimana Bu? Sudah tidur pasti ya?" Cyra merasa tak enak hati.
"Iya, tadi Hasa menangis ketakutan, belum lama tertidur. Memangnya ada apa Nak?" Tanya Mina khawatir. Bagaimana pun juga Mina telah menganggap Cyra putri kandungnya sendiri.
"Ceritanya panjang Bu, yasudah Cyra pamit pulang saja. Titip Hasa ya Bu"
"Ibu dan Bapak senang Hasa disini, ada teman mainnya Dani. Tapi apa tidak menginap sini saja ini sudah malam Nak" Mina tak tega membiarkan menantunya pulang sendirian.
Cyra terdiam, ingin jauh dari Rendi. Dia kadung sakit hati, tapi ia juga sangat menyayangi Hasa.
"Yasudah deh Cyra menginap disini semalam"
"Ayo masuk" Ajak Mina.
Sampainya dikamar Rendi waktu bujang, Cyra menangis tergugu. Ditatapnya wajah tidur pulas Hasa yang mirip Rendi.
"Hasa, maafkan Mama Nak. Malam ini adalah terakhir kalinya kita tidur bersama" Tutur Cyra.
"Mama pergi kemana? Hasa ikut" Seru Hasa matanya terpejam.
"Hasa kau terbangun sayank?" Cyra mengusap air mata kasar, tak ingin Hasa melihatnya menangis.
"Hasa, Nak" Lirih Cyra tapi Hasa tak bergeming.
Cyra tersenyum dengan air mata yang kembali mengalir. "Ternyata Hasa mengigau ya? Lucu sekali kau Nak"
Cyra mengecup kening, pipi, hidung dan pucuk kepala Hasa. Dihirupnya aroma wangi khas bayi karena Hasa masih dipakaikan minyak telon bayi.
Aroma yang menyegarkan, menjernihkan hati dan otak Cyra. "Mama akan selalu merindukanmu Nak. Mama sayaaanggg sekali sama Hasa. Mama harap Hasa juga sayank dengan Mama"
Cyra mengutarakan rasa sayang dan cinta pada Hasa. Berat rasanya jika harus hidup berjauhan namun ini demi kebaikannya.
Cyra merebahkan badan disamping Hasa direngkuhnya makhluk kecil pembawa kebahagiaan ini. Tak lama Cyra ikut terlelap.
🔹🔹🔹
Baru sebentar terlelap mata sudah harus terbuka, kumandang adzan subuh membuatnya terjaga.
Cyra merentangkan kedua tangan, bangun dari tidurnya. Mengambil air wudlu dikamar mandi melakukan kewajiban sebagai umat islam, setelah selesai Cyra mendekati putranya.
"Hasa, Mama pergi dulu kau harus nurut apa kata Papa, Nenek dan Kakekmu. Assalamualaikum"
Cyra mengecup kening Hasa, mengendap-endap supaya tak mengganggu penghuni rumah lainnya.
Begitu sampai diluar rumah Cyra menuntun motor hingga kejalan sedikit jauh dari rumah mertuanya.
"Ya Alloh, maafkan aku. Tidak seharusnya aku meninggalkan putraku. Tapi ini yang terbaik" Gumam Cyra segera pergi dengan motornya.
Yudi yang baru pulang dari masjid melihat Cyra. Ide cerdik datang diotaknya.
Diam-diam Yudi mengikuti Cyra dibelakang dengan motornya.
Rumah orang tua Rendi memang tak jauh dari masjid.
Cyra mengendarai motornya menuju jalan raya nantinya akan tembus dikota Banjarnegara.
Yudi memutar gas lebih kencang agar sejajar dengan motor Cyra.
Duggg !
Brakkk !
"Aaa..!" Teriak Cyra motornya di tendang oleng menabrak pohon di pinggiran jalan.
Cyra terlempar dari motor jatuh kepinggiran sungai.
"Arggghhh....!" Erang Cyra badannya terhempas kebebatuan kecil.
hihihi