Unwanted Bride (Pengantin yang tak diinginkan)
Nazila Faradisa adalah seorang gadis dari keluarga broken home. Karena itulah ia menutup hatinya rapat dan bertekad takkan pernah membuka hatinya untuk siapapun apalagi menjalani biduk pernikahan. Hingga suatu hari, ia terlibat one night stand dengan atasannya yang seminggu lagi akan menyelenggarakan pesta pernikahannya. Atas desakan orang tua, Noran Malik Ashauqi pun terpaksa menikahi Nazila sebagai bentuk pertanggungjawaban. Pesta pernikahan yang seharusnya dilangsungkannya dengan sang kekasih justru kini harus berganti pengantin dengan Nazila sebagai pengantinnya.
Bagaimanakah kehidupan Nazila sang pengantin yang tidak diinginkan selanjutnya?
Akankah Noran benar-benar menerima Nazila sebagai seorang istri dan melepaskan kekasihnya ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.12
Pagi ini, Nazila telah bersiap dengan setelan kemeja putih, blazer hitam, dan celana kulot hitamnya. Atas bantuan Karin, akhirnya ia bisa kembali bekerja tapi di kantor Angkasa Mall sebagai bagian dari tim administrasi dan keuangan.
Seperti biasa, Noran tak kembali malam tadi dan Nazila tak mau memusingkannya. Sepertinya ia benar-benar muak bertemu dengannya jadi ia sengaja tak pulang untuk menghindari pertemuan mereka.
Setelah melahap nasi goreng dan meminum teh miliknya, Nazila segera membereskan piring dan bergegas pergi ke kantor.
Baru saja Nazila hendak membuka pintu apartemen, tiba-tiba pintu sudah terlebih dahulu terdorong dari luar membuat Nazila terhuyung ke belakang dan hampir saja jatuh bila tidak reflek Noran tahan hingga membuat keduanya mematung.
Tersadar akan posisinya yang kurang pantas, Nazila segera melepaskan diri dari rengkuhan itu dan berdiri dengan tegap seperti kebiasaannya.
"Maaf." cicitnya lalu Nazila segera beranjak menuju pintu membuat Noran memandangnya penuh arti.
Noran baru beranjak dari tempatnya berdiri saat melihat Nazila telah benar-benar menghilang dari balik pintu.
"Mau kemana dia? Bukan ke perusahaan kan?" gumamnya seraya melangkahkan kaki menuju kulkas dan mengambil air dingin dari dalamnya.
...***...
Seperti biasa, Nazila menikmati makan malamnya sendirian. Karena telah kelelahan, ia pun hanya memasak mie instan untuk makan malamnya. Terdengar suara pintu apartemen yang dibuka, membuat Nazila mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Noran pulang lebih awal, pikirnya. Namun, sayup-sayup suara orang mengobrol membuatnya paham, ternyata Noran telah kembali bersama Sarah.
"Sayang, kalian nggak tidur sekamar kan!" tanya Sarah dengan nada manja.
"Ya nggak lah sayang, itu kamar kami terpisah. Kamu kan tau, pernikahan ini hanya pernikahan di atas kertas. Dan aku takkan pernah menyentuhnya lagi, kamu bisa percaya aku kan!" tukas Noran yang kini sedang duduk berdua di sofa dengan Sarah bergelayut manja di lengannya.
"Cium dulu, baru percaya!" desis Sarah seraya memajukan bibirnya.
Lalu pagutan pun terjadi. Bahkan bunyi decapannya memenuhi ruangan hingga ke dapur membuat Nazila yang awalnya begitu lapar mendadak kehilangan napsunya.
"I love you, sayang."
"Too." balas Noran membuat Sarah mencebikkan bibirnya.
"Kok too doang! Ih, kamu ngeselin."
"Kan arti too itu juga jadi bener dong jawabanku." sahut Noran seraya menyeringai.
"Aaa ... kok gitu sih! Kamu nggak sayang, aku ya! Atau kamu udah berpaling sama wanita sialan itu!" Rajuk Sarah sambil memukul lengan Noran.
"Wanita sialan? Siapa?" tanya Noran bingung.
"Siapa lagi kalau bukan istri sialan kamu itu. Perusak hubungan kita. Penyebab kita gagal menikah." ketus Sarah tak suka.
"Oh."
"Oh aja! Kamu ngeselin tau nggak. Kamu nggak tau gimana malunya aku jadi bahan gunjingan orang-orang karena gagal menikah."
"Aku tau, sayang. Kan bukan hanya kamu yang jadi bahan gunjingan, tapi aku juga. Aku dikira selingkuh dengan dia. Padahal sedikit pun aku tak pernah tertarik padanya jadi mana mungkin aku selingkuh dengan dia."
"By the way, mana dia?" mata Sarah sibuk celingak-celinguk mencari keberadaan Nazila.
"Entah. Mungkin sudah tidur." jawab Noran acuh sambil mengedikkan bahunya. Lalu Noran beranjak menuju dapur untuk mengambil minum dan tiba-tiba ia terlonjak. "Kau." Noran menyipitkan matanya saat melihat Nazila yang sedang menyantap mie instan.
"Ada apa sayang?" tanya Sarah seraya menghampiri Noran. "Kau ... ngapain kamu di sini? Kamu mau menguping pembicaraan kami?" tuding Sarah dengan sorot mata penuh kebencian.
"Nggak." jawab Nazila acuh tak acuh. Lalu ia membuang sisa mie instannya. Ia sudah kehilangan selera semenjak mendengar suara decapan dari ruang tamu tadi. Kemudian ia mencuci mangkoknya dan bersiap masuk ke dalam kamar.
"Dia nyebelin banget sih sayang." ucap Sarah manja.
"Kan dari dulu dia emang begitu karena itu aku jadi sedikit ragu kalau dia yang udah menjebakku." ucap Noran jujur.
"Kamu jangan mudah percaya dengan wajah polosnya. Dia itu cuma sedang mencari simpati. Siapa lagi coba yang bisa menjebak kalian. Yang masuk ke dalam vila hanya dia. Yang tau-tau udah satu ranjang sama kamu juga cuma dia. Yang akhirnya diminta menikah sama kamu ya dia, jadi cuma dia satu-satunya tersangka penyebab semua masalah ini terjadi. Nggak ada yang lain." ucap Sarah penuh keyakinan.
"Entahlah sayang. Aku pun bingung."
"Kenapa mesti bingung sih sayang? Jangan-jangan kau mulai mempedulikan dia?" ucap Sarah tak suka.
"Jangan berpikiran macam-macam! Mana ada aku seperti itu. " ucap Noran seraya memeluk tubuh Sarah.
"Sayang, aku menginap di sini ya malam ini?" pinta Sarah dengan memasang wajah memelas.
"Bukannya nggak boleh, sayang, tapi nggak ada kamar lagi di sini." ucap Noran jujur.
"Ckk ... kan aku bisa tidur bareng kamu?"
"Hah! No, maaf sayang, aku nggak bisa."
"Kenapa? Takut khilaf? Khilaf juga nggak papa kan aku calon istrimu." tukas Sarah sambil memainkan jarinya di atas dada Noran, tapi Noran langsung menangkap jemari itu dan menggenggamnya.
"Sorry, sayang. Aku nggak bisa. Aku antar ya!" bujuk Noran.
"Kamu sama aku nggak mau, tapi sama dia bisa. Bullshitt tau nggak sih!" bentak Sarah kesal.
"Sayang, kamu kan tau, aku melakukan itu tanpa sadar, bukan berarti aku suka melakukannya."
"Tapi kamu udah melakukannya."
"Nggak. Kau boleh tanyakan sendiri padanya. Kalaupun aku mau, dia udah jadi istriku sekarang jadi itu nggak dilarang, sedangkan kita, kita belum menikah dan aku nggak mau melakukan perbuatan terlarang seperti itu. Cukup satu kali aku melakukan dosa di luar batas dan aku tak ingin mengulanginya kembali." tegas Noran berharap Sarah mau mengerti dirinya yang tidak mau melakukan hubungan s e k s di luar pernikahan.
...***...