Kisah Cinta seorang santri yang bernama Shifa Assyabiya, masuk pesantren atas dasar keinginan orang tua nya. dan mulai hidup baru nya di pesantren yang jauh berbeda dengan kehidupan bebas nya selama ini.
Lambat laun ia mulai menjalani nya dengan tawakal, setelah bertemu dengan Faisal Gauzali putra dari pemilik pesantgren Al kautsar yang biasa di panggil gus.
Akan kah cinta mereka bisa bersatu..?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Pagi itu pukul 10.00 Nindi sudah berada di ndalem Umi Halimah.
Nindi masuk ke ndalem lewat pintu belakang, lalu bersalaman dengan Umi Halimah.
"Kamu tunggu disini dulu ya nak, nanti kalau sudah di panggil baru kamu masuk ke ruang tamu" ucap umi Halimah.
Nindi duduk di kursi ruang makan, perasaan nya tidak karuan. rasa penasaran nya pun semakin besar, lelaki mana dan seperti apa yang ingin berta'aruf dengan nya.
"Assalamu'alaikum Syekh" ucap Zaki, ayah dan ibunya Zaki.
Seperti mimpi rasanya, mendengar ucapan salam dari lelaki itu yang suara nya seperti tidak asing bagi nya.
"Waalaikumsalam, apa kabar pak, Bu" ucap Syeh Achmad.
Mereka masuk dan saling bersalaman, setelah itu mereka pun duduk.
"Jadi begini Syekh, kemarin kami sangat bahagia melihat putra Kami ini pulang dengan tiba-tiba, karena ini belum waktunya liburan kan.
Dan anak saya ini ternyata pulang dengan membawa kabar bahagia.
Katanya dia menyukai dan tertarik kepada seorang wanita Shalihah di pesantren ini" jelas bapak panjang lebar.
"Iya betul, Zaki juga sudah menceritakan hal ini kemarin, oleh karena itu saya menyuruhnya untuk membawa kedua orang tua nya kesini. untuk prosesi Ta'aruf" ucap Syekh Achmad.
Nindi yang berada di ruang makan pun bisa mendengar dengan jelas pembicaraan mereka, karena jarak antara ruang tamu dan ruang makan hanya berjarak beberapa langkah saja.
"Zaki??? benarkah lelaki itu ustadz Zaki"? batin Nindi.
" Kami penasaran Syekh, gadis mana yang membuat Zaki tertarik dan seyakin ini untuk serius kepada wanita tersebut " ucap Bapak.
Syekh Achmad tersenyum, sementara Zaki hanya tertunduk malu tanpa berkata sepatah kata pun.
"Umi,, Nindi mana" seru Syekh Achmad.
"Iya Abi, Nindi sudah disini"
Umi Halimah mengajak Nindi untuk keluar menuju ruang tamu yang hanya terhalang dinding itu.
"Oh.. ini Ki, gadis yang kamu sukai cantik sekali" ucap Ibu memuji Nindi.
Zaki tertunduk malu, meski ia sedikit mencuri curi pandang kepada Nindi.
Nindi duduk di samping Umi Halimah, lalu Syekh Achmad berkata.
"Ini nama nya Nindi bu, dia sudah lama tinggal di pesantren ini, kalau ibu mau bertanya tanya silahkan" ucap Syekh Achmad.
"Nama yang cantik secantik orang nya, Nindi kamu usia berapa"? tanya Ibu.
" Usia saya 21 tahun" jawab Nindi lembut.
"Oh.. sudah pas ya Syekh"
"Iya, jadi begini nak Nindi, saya sebagai wali dari Zaki.
Putra Kami ini menyukai nak Nindi, alhamdulillah Zaki juga sudah melakukan shalat istikharah dan Zaki sudah yakin pada nak Nindi.
" Apakah nak Nindi nau menerima Zaki sebagai suami kamu nak" tanya nya kemudian.
"Nindi boleh lihat dulu ke Zaki" ucap Syekh Achmad.
Nindi merasa ragu dan malu, namun ia memberanikan diri untuk melihat ke atas Zaki sebentar lalu kembali menunduk.
"Bagaimana nak, apakah nak Nindi bersedia menerima Zaki" kali ini Syekh Achmad yang bertanya, dan langsung di jawab dengan anggukan oleh Nindi.
"InsyaAllah Syekh"
"Alhamdulillah" ucap mereka serentak.
Ibu Zaki langsung memasangkan cincin pertunangan itu, simbol jika kini Nindi sudah menjadi calon istri Zaki.
Kemudian setelah pemasangan cincin itu, Syekh Achmad membicarakan perihal keadaan Nindi sebagai anak yatim piatu dan rencana pernikahan mereka.
Bapak dan Ibu Zaki sudah menerima keadaan Nindi.
"Bagaimana masalah waktu pernikahan kedua nya, apa kita bisa mempercepat nya atau bagaimana"? tanya Syekh Achmad.
" Mungkin nanti saja dulu, karena pihak keluarga kami juga harus bersiap jikalau Nak Nindi ingin dirayakan " ucap Ibu Zaki.
"Tetapi bagaimana dengan keluarga Nindi yang lain nya? apa memang tidak bisa di hubungi"? tanya Bapak.
Sembari perbincangan itu, Nindi dan Umi Halimah sudah mempersiapkan hidangan makanan yang sudah Umi Halimah persiapkan sebelum bya.
*Sejak Nindi di tinggal Ayah dan Ibu nya, Nindi hanya sendiri. kerabat dari ayah dan Ibu nya sama sekali tidak ada kabar nya" ucap Syekh Achmad.
"Ya Allah, kasihan sekali kamu nak. lalu apakah kamu ingin melakukan pesta pernikahan nak"? tanya Bapak memastikan nya.
" Mungkin jika untuk pernikahan, Nindi lebih memilih untuk tidak melakukan pesta yang megah, Nindi hanya ingin acara yang sederhana saja, yang penting pernikahan itu bisa di lakukan dengan khidmat "
Nindi pun menjawab nya dengan lembut.
"MasyaAllah, baik lah kalau begitu pernikahan akan dilakukan satu bulan lagi" ucap Bapak.
"Berarti untuk lokasi akad nikah nya dimana Syekh"? tanya Ibu Zaki.
" Di pesantren ini saja, nanti untuk akad nya bisa dilakukan di masjid. jika memang Nindi tidak mau melaksanakan pesta pernikahan " ucap Syekh Achmad.
"Silakan di cicipi dulu, maaf hanya seadanya saja" ucap Umi Halimah mempersilahkan.
"MasyaAllah, ini bukan hanya seadanya, ini ma ada ada" ucap Ibu Zaki.
Semuanya tertawa kecil, lalu mereka menikmati hidangan itu bersama sama.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, sudah masuk waktu shalat Dhuhur.
"Sebelum pulang kami ikut Shalat dzuhur dulu ya Syekh" ucap Bapak.
"Oh iya mari mari, kita bersama ke masjid" ajak Syekh Achmad.
Semua yang ada di ruangan itu pun pergi ke masjid untuk melakukan shalat dzuhur berjamaah.
Nindi pun langsung ke masjid bersama dengan Umi Halimah dan Ibunya Zaki.
Sesampainya di dalam masjid, ketiga sahabat nya sudah ada disana. Shafia, Tiara dan Via menatap tajam mencari penjelasan ke arah sahabat nya itu.
Nindi yang ditatap tajam oleh ketiga sahabat nya pun tau arti nya.
Namun tidak hanya ketiga sahabat nya saja, rupanya beberapa santri lain juga menatap nya heran, mereka bertanya tanya.
Mengapa Nindi datang ke masjid dengan Umi Halimah dan seorang ibu paruh baya itu.
Secara mereka tau jika nindi seorang anak yatim piatu, siapa Ibu itu? mereka merasa penasaran
"Umi,, boleh kah saya Shalat dekat teman teman saya" ucap Nindi.
"Silakan Nak"
Nindi pun langsung menghampiri mereka bertiga.
Nindi langsung memperlihatkan Cincin yang melingkar dijari nya sebagai jawaban atas tatapan mereka tadi.
Ia tidak mungkin mengatakan nya di saat Shalat sudah akan di mulai.
Namun ketiga sahabat nya langsung paham dengan apa yang ditunjuk oleh Nindi.
lima belas menit kemudian setelah shalat dhuhur selesai, mereka bergegas keluar dari masjid.
"Cie,, bau bau nya ada yang mau menikah ini"? ucap Tiara.
" Sepertinya langsung dilamar dia" sahut Via.
"Ngomong ngomong siapa pria itu, yang langsung membuat mu menerima lamaran ya" tanya Shafia.
"Kalian ini, bisa gak sih tanya nya bergantian jangan barengan gini" ucap Nindi.
Ketiga sahabat nya tersenyum kecil. karena merasa penasaran mereka langsung saja melayang kan pertanyaan secara bersamaan.
ditunggu session duanya, anaknya kembar buat kejutan abi n uminya.
end loh ini?
baik lah ...mksh ya kk ceritax
" mengejar cinta Allah, ga harus di pesantren bapak mu Gus " gitu sih