'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Keesokan paginya Max bersekolah seperti biasa. Sebenarnya dia sangat enggan untuk masuk hari ini karena menurut nya percuma saja dia datang ke sekolah jika jam 9 nanti harus izin untuk bersiap menemui tua Bangka itu di restoran Rosewood. Tetapi Zivanna menyarankan untuk nya agar Max tetap masuk sekolah mengisi absen pelajaran pertama.
Mood Max tiap masuk sekolah selalu buruk ditambah lagi hari ini dia di tempeli wanita sialan yang membuat nya jengah, Siapa lagi kalau bukan Viona!. Para murid dikelas Max juga sebenarnya merasa risih dengan kelakuan Viona, tetapi mereka tidak berani mengekspresikan ketidaksukaannya seperti yang dilakukan Max, karena pengaruh keluarga Viona yang begitu besar di negara ini.
"Max ini aku bekal untuk mu, aku memasaknya sendiri loh, kamu cobain deh pasti suka," ujarnya tersenyum manis pada Max, tapi Max justru melihat senyum Viona merasa jijik dan ilfil pada wanita itu. Bagaimana mungkin ada wanita yang setidak tau malu Viona yang selalu menempeli Max dari pagi padahal sudah di tolak terang terangan oleh nya, apa wanita ini tidak punya urat malu?, walaupun dulu Selina mengejar Max Waktu di London, dia tidak pernah merasa se risih ini.
Gio, Galen dan Selina hanya menatap kelakuan Viona dengan jengah, jangankan Max yang mengalami nya, mereka yang hanya melihatnya pun entah mengapa merasa sangat risih. Saat ini mereka tengah berada di bangku Selina menjauh dari keributan yang Viona lakukan dikelas mereka, entah sejak kapan Galen juga ikut akrab dengan mereka berdua.
"Apakah wanita itu tidak punya malu?, perasaan dulu Lo gak begitu begitu amat ngejar Max deh sel, ini mah udah di tahap obsesi sih, masa tadi pagi aja Waktu gue dan Max ke toilet dia ngikutin, serem banget jirr, kalo pun dia cantik kalo stalker gua gak mau dah," ucap Gio bergidik ngeri.
"Wah Serius Gio?," tanya Selina dan Galen tidak menyangka.
"Hmm" Gio mengangguk, "Untung aja Max gak kebawa emosi plus nggak ngelakuin apa apa ke Viona, mungkin karena dia masih beradaptasi disini dan menahan diri, kalo nggak gue bener bener gak bisa bayangin," ucap Gio menggelengkan kepalanya.
Selina mengangguk setuju, karena dia dan Gio yang tau betul bagaimana Max jika sudah naik pitam, benar benar tidak pandang bulu baik laki laki maupun perempuan. Karena itu juga Selina tidak berani bertindak terlalu jauh mendekati Max, walaupun dia sangat mencintai Max, dia mendekati pria dingin itu dalam batas wajar untuk mencari aman dan tidak menyulut emosi mengerikannya.
Sedangkan Galen yang belum mengenal Max mengernyit bingung dengan perkataan Gio.
"Memangnya kenapa?," tanya Galen penasaran.
"Nanti Lo bisa liat sendiri Len," ujar Gio pada Galen.
Galen hanya menautkan alisnya bingung mendengar jawaban Gio.
Brakkk
Tiba tiba Terdengar suara gebrakkan keras dari arah Viona dan Max yang membuat seisi kelas kaget.
Keadaan kelas sunyi sejenak, semua orang tidak berani berbicara.
Gio yang mendengar nya mendengus pasrah, mungkin benar benar akan terjadi pikir nya.
Saat ini meja di depan Max sudah terbelah menjadi dua karena gebrakan tangan Max yang kuat, bekal yang dibuat oleh viona juga berceceran di lantai, semua siswa menatap ngeri Max karena kekuatan Pemuda itu sangat besar hingga dapat membelah meja dan juga auranya sudah berbeda, yang sudah benar benar mencekam.
"Gila meja nya hancur..."
"Wah kayaknya Max bener bener marah deh"
"Max serem banget anjirrr gue gak berani liat"
"Kalo jadi Viona sih gue bakalan takut"
"Lagian sih jadi cewek ngeselin banget, salah sendiri"
Bisik bisik terdengar di dalam kelas melihat kejadian itu.
Sedangkan saat ini viona terduduk lemas karena merasa takut pada Max, bahkan saat bersama ayahnya yang notabene nya dia tau adalah seorang mafia, dia tidak merasa se takut ini.
"Pergi," ucap Max singkat dengan suara dinginnya.
"M-max..." Ucap Viona gemetar tidak berani menatap mata Max.
"Pergi atau ku hancurkan wajah menyebalkan mu itu," usir Max dengan menatap tajam Viona seolah binatang buas yang siap mencabik-cabik mangsanya.
Nafas viona semakin memburu, dia tidak berani berbicara apa apa lagi dan beranjak berdiri keluar kelas dengan tertatih. Sebelum pergi dia menatap ke arah Selina dengan tajam, membuat Selina menaikkan alisnya bingung.
"Ada apa dengannya cih," gumam Selina kesal karena ditatap tidak menyenangkan oleh Viona.
"Sialan Max berani beraninya kau pada seorang Viona Xanders... Lihat saja aku akan pastikan membuat mu bertekuk lutut di bawah kaki ku nanti," ucapnya dengan sorot mata tajam, menghapus air matanya yang jatuh akibat terlalu takut.
Tak lama bel tanda masuk terdengar, guru juga memasuki kelas mereka setelah kejadian tadi.
"Pagi anak anak, ehhh... Kenapa meja mu rusak Max?," tanya guru itu melihat meja salah satu murid nya hancur, apa yang terjadi sebelum dia masuk ke kelas ini? Guru itu bertanya tanya.
Max terdiam tanpa menjawab pertanyaan guru itu segera mengambil tasnya dan keluar dari kelas, dia sudah tidak mood untuk berbicara pada siapapun saat ini.
"Apa yang terjadi?," tanya guru itu pada Semua anak didiknya, tetapi mereka semua bungkam tidak ada yang berbicara.
Guru tersebut hanya bisa menghela nafasnya, melihat keterdiaman mereka semua.
"Ketua kelas, tolong bawa bangku Max ke gudang dan ganti yang baru," ujar guru itu.
"Baik Bu"
Sedangkan di sisi lain Max sudah masuk ke mobilnya, melesat pergi dari sekolah, dia Sudah tidak peduli lagi jika Zivanna marah padanya karena tiba-tiba bolos tanpa izin, tidak seperti rencana awal.
Max mendengus kasar, dan memukul stir mobilnya, mood nya sudah hancur dan kini dia harus menemui tua Bangka itu juga yang sama menyebalkan nya dengan putrinya, benar benar membuatnya kesal.
"Sial."
.
.
.
.
.
.
.
.