Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketemu mantan Davendra
Pagi ini satpam yang ternyata pengawal Davendra yang selalu mengirimkan buket bunga untuknya, sedang mengawalnya ke perusahaan bosnya.
Davendra dengan privilidgemya, seenaknya saja meminta Retania ke perusahaannya untuk mengawasi kesehatannnya.
What's? Hanya gips di kaki bertingkah seolah olah sedang sekarat?
Kadang Retania jadi iri dengan orang orang yang punya privilidge, sehingga ngga perlu bekerja keras, tapi bisa mendapatkan fasilitas nomer satu dengan mudahbya.
Retania terkagum kagum dengan besarnya perusahaan Davendra. Desain eropanya sangat kental dengan banyaknya pilar pilar kokoh yang menjulang tinggi.
Staf staf perempuannya pun masih muda dan cantik cantik, Retania menilai dalam hati.
Mereka juga ramah ramah, batinnya lagi.
Retania baru tau kalo anak pemilik persahabatan itu seorang CEO-Chief Executive Officer. Sedikit banyak Retania tau kalo CEO adalah jabatan tertinggi di dalam perusahaan.
Tapi Retania tertegun melihat laki laki itu terlihat sibuk, lebih dari pada pertemuan mereka terakhir.
Tangan yang satunya masih menggenggam ponsel. Sementara yang satu lagi memegang pulpen dengan mata sibuk mengawasi berkas dan bibir yang sesekali berbicara.
Dia masih belum sadar kehadiran dirinya, sampai Retania heran, apa dia sesibuk itu? Aura pemimpin yang berwibawa terlihat dengan jelas.
Rasanya sangat berbeda dengan pembawaannya saat di rumah sakit. Sikap tengil dan kurang ajarnya raib begitu saja.
"Tuan muda," sapa Harya-pengawalnya setelah menutup pintu dengan sangat pelan.
Barulah Davendra melihat dirinya.
Retania dapat melihat kelelahan di wajahnya hilang berganti demgan senyum tengilnya.
"Hai, tolong periksa tensiku."
Hilang sudah kekaguman di wajah Retania terhadap dirinya.
Dia pun mendekat dengan langkah terpaksa.
"Bisakah aku ditensi sambil menandatangai kertas kertas ngga berguna ini?" senyumnya sangat menggoda setelah dia meletalkan ponselnya ke atas mejanya.
"Tidak bisa. Kamu harus dalan keadaan relax." Retania berusaha tetap tenang saat mendekati laki laki tampan yang sudah mencuri hatinya. Tapi sayangnya, Retania ngga berani berharap karena strata yang jauh berbeda.
Apalagi melihat sikap jahat mamanya dan juga sikap tengil tuan muda ini, Retania memilih mundur saja dari kehidupan mereka.
"Baiklah, karena kamu yang minta, calon istri," gombal Davendra sambil mengulurkan tangan kanannya.
"Jasnya bisa dilepas?"
"Bisa, sayang," gombal.Davendra lagi. Dia jadi ketagihan melihat rona merah membara di wajah dokter magang itu setiap dia mengeluarkan gombal gombalannya.
Davendra berdiri kemudian memunggunginya.
"Bantu aku melepas jasnya, calon istriku."
Karena posisi memunggungi Davendra ke arah Retania, gadis itu pun membantu Davendra melepaskan jasnya.
Harya hanya tersenyun samar melihat kelakuan bos dinginnya yang secara ajaib berubah jadi player perayu ulung. Kata kata iritnya berubah jadi sangat mubazir.
Seingat Harya, terhadap mantan kekasihnya, sikap bos mudanya ngga separah ini tingkat kelebaiannya.
Retania pun menggantungkan dengan hati hati jas yang diyakini Retania sangat mahal itu dari bahan yang dia pegang.
Davendra duduk kembali sambil terus menatap wajah dokter magang ini dengan tatapan menggodanya.
Retania akui dia jadi agak gugup dengan tatapan menggoda laki laki itu padanya.
Wajahnya kembali merona saat memasangkan alat tensi di lengannya.
Asem, gerutunya dalam hati ketika tangannya terasa bergetar saat sedang memakaikan alat tensi itu.
Davendra melebarkan cengirannya melihat kegugupan gadis itu.
Retania menghembuskan nafasnya perlahan untuk membuang perasaan ngga tenangnya.
Dia tau laki laki ini masih terus menatapnya.
Walau kesal, Retania berusaha tetap bersikap profesional.
Tapi sepertinya laki laki ini memang beneran sakit. Tensinya cukup tinggi.
"Kamu pernah punya riwayat hipertensi?" tanyanya sambil melepaskan alat tensinya di lengan Davendra.
"Apa iya? Tapi aku memang merasakan sering pusing akhir akhir ini."
Retania ngga menjawab. Dia pun merapikan alat tensinya.
Dia pun menuliskan resep.
"Aku ngga membawa obat apa pun. Aku akan membeli obatnya," tukas Retania bersiap akan pergin
"Jangan, kamu di sini saja." Davendra memberikan isyarat pada Harya agar mengambil resep yang berada di tangan Retania.
"Biar saya saja nona dokter."
Retania terpaksa memberikan resepnya pada pengawalnya. Pengawalnya pun bergegas pergi.
"Pertanyaanku belum dijawab," tuntut Davendra sambil meraih pulpen dan menatap kertas kertasnya lagi. Deadlinenya sudah sangat dekat. Mungkin ini yang membuatnya stres.
"Ya. Sebaiknya anda jangan lupa istirahat dan makan makanan yang sehat."
"Oke. Mulai hari ini, kamu yang mengatur makananku agar aku cepat sehat." Setelah mengatakannya, Davendra meletakkan pulpennya dan mulai memijat keningnya.
Pusingnya terasa lagi.
"Kamu kenapa?" Retania agak panik dan tanpa sadar memegang tangan laki laki itu.
"Lepaskan tanganmu!"
Rupanya pengawal Davendra tidak menutup pintunya dengan rapat.
Seorang perempuan yang sangat cantik dan modis ala staf pekerja kantoran, masuk dan membentak marah.
"Maaf, tuan. Saya tadi lagi nemuin papi anda," tukas asistennya sambil menyusul perempuan tadi
Davendra menatap kesal.
"Usir dia." Kepalanya malah tambah pusing.
"Sebentar. Aku harus menjelaskan," seru Kemala Ayundina saat asisten muda kekasihnya sudah memegang lengannya, siap melemparkannya.
"Dia mantan kekasihku. Aku dipaksa olehnya, Daven. Kamu harus percaya," serunya dengan suara putus asa.
Memang dia yang salah. Harusnya malam itu dia menolak mantannya. Sayangnya mantannya selalu bisa meluluhkannya.
Apalagi dia pikir Davendra beneran ngga akan datang malam ini. In adalah pengkhianatan pertamanya, tapi malah ketahuan dan membuatnya dicampakkan Davendra.
Davendra mendengus. Suara de sa h an dan le ng uhan yang dia dengar seperti orang orang yang mendapatkan kli maks mereka, seperti di film film bi ru yang pernah dia tonton. Ngga ada nada dipaksa.
"Maafkan aku. Maafkan aku, Daven," serunya memohon dengan berlinangan air mata.
Dia sudah kehilangan dengan semua privilidgenya.
Davendra sudah menendangnya jauh jauh dari semua kemewahan yang dengan mudah dulu dia dapatkan.
Dia sangat menyesal. Kebodohan paling besar sudah dia lakukan.
Dia menukar berlian dengan pecahan kaca.
"Daven, maafkanlah aku. Tolong maafkan aku," seru Kemala makin perlahan karena asisten Davendra sudah menyeretnya keluar dari ruangannya.
Davendra menahan tangam Retania yang akan melepaskan pegangannya.
Kejadiannya sangat kilat membuat Retania hanya bisa bengong mendengar makian yang salah tempat itu. Tangannya masih tetap berada di atas tangan Davendra.
Kekasihnya berselingkuh? Retania mulai bisa membuat kesimpulan. Dirinya ternyata berfungsi hanyalah sebagai penggganti saja.
Pasti belum move on, decaknya dalam hati karena wajah perempusn yang meratap itu sangat cantik sekali
"Tolong pijat kepalaku. Rasanya pusing sekali," pintanya sambil memejamkan kepalanya. Seakan memamg dia merasa ada yang sedang memukul kepalanya dengan sangat kuat.
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan