Kayvan Hadi Wijaya, pria berusia 24 tahun.
seorang pria tampan berdarah campuran.
ia adalah satu satunya pewaris kerajaan bisnis sang ayah
" WIJAYA GROUP "
Namun percayalah,
menjadi seorang pewaris tak serta merta membuatnya bahagia dan tenang.
segala aturan dan beban tanggung jawab yang di timpakan di pundaknya menjadikan seorang Kayvan Herald Hadi Wijaya menjadi seorang raja jalanan.
ia lebih nyaman berada di jalanan dan melakukan balap liar serta tawuran dan masih banyak hal mengerikan lain yang ia lakukan bersama anak buahnya yang lain, ketimbang duduk manis di atas kursi bundarnya.
namun tiba tiba hidupnya berubah, dunianya seolah teralihkan ketika tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang gadis bernama Zalwa Aisyah Mawardi.
gadis cantik berusia 22 tahun,
Zalwa seorang yatim piatu.
sayangnya, Zalwa telah bertunangan.
hasrat Kayvan yang ingin memiliki gadis itu membuatnya gelap mata.
ia tak lagi peduli meski gadis itu tak mencintainya, meski gadis itu telah bertunangan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27 tekanan
Zalwa nampak keluar dari kamar itu setelah menyelesaikan semua kegiatannya, termasuk bersujud di hadapan penciptanya.
Mencoba mengadukan nasibnya kepada sang penguasa kehidupan yang sesungguhnya.
Gadis itu kemudian melangkah menuruni anak tangga.
Di bawah sana ia melihat Kayvan duduk di sofa tunggal dengan menaikkan satu kaki panjangnya pada satu kaki lainnya.
Tatapan pria itu terus tertuju tanpa berkedip pada sosok gadis bergamis biru telur asin dengan kerudung warna hitam yang sedang menuruni tangga.
Brak...
" buka dan lihatlah...setelahnya aku pastikan kau akan menyesal jika kau berani menolak menikah denganku "
Kayvan melempar sebuah map berisi beberapa berkas dan foto foto ke atas meja di hadapan Zalwa setelah gadis itu berada di hadapannya.
Zalwa meraih beberapa foto yang berserakan di atas meja di hadapannya.
Keningnya berkerut dan matanya sedikit menyipit menatap foto foto itu.
Seseorang di foto itu seolah tak asing baginya.
Seorang wanita berpenampilan sangat vulgar sedang berada di dalam sebuah diskotik.
Wanita itu di kelilingi banyak laki laki di sekitarnya.
Bahkan di foto lainnya, menampilkan wanita itu sedang berciuman panas dengan seorang pria di dalam sebuah kamar.
Dan masih ada lagi foto yang membuat Zalwa kian syok, wanita itu nampak meminum minuman keras.
" kau tidak mengenalnya....?! " tanya Kayvan pada Zalwa masih dengan posisi duduk di tempatnya semula.
Sementara Zalwa juga masih berdiri di tempatnya.
" umi....Laila...." desis Zalwa dengan suara bergetar, sungguh ia sulit mempercayai ini.
Umi Laila....
" ya...dia ibumu, lebih tepatnya foto foto ini adalah bukti bagaimana sepak terjang ibumu di masa lalu.
Menjijikkan bukan ?! " kata Kayvan dengan senyum menyeringai di bibirnya.
Zalwa berdiri terpaku di tempatnya berdiri.
Tak sepatah katapun keluar dari bibirnya menanggapi kata kata Kayvan.
" bagaimana menurutmu jika foto foto masa lalu ibumu yang menjijikkan ini menyebar luas ke seantero yayasan panti asuhan kalian.
Apakah ini tidak akan mempengaruhi nama baik ibumu itu ?!
Dan menurutmu, apakah para donatur itu akan tetap percaya kepada ibumu ?!
Lalu bagaimana menurutmu tanggapan orang orang yang kau dan ibumu muliakan itu jika mereka tahu tentang hal ini ?! " kata Kayvan panjang lebar.
Seumur umur,
Rasanya baru kali ini pria itu berkata panjang lebar dan berbelit belit sepert itu.
Biasanya pria itu cukup bicara seperlunya saja.
Ia tak pernah banyak bicara apalagi terlalu panjang meski ia sedang bicara dengan rekan rekan bisnisnya.
" apa sebenarnya maksudmu ?! " Zalwa langsung bisa menangkap ada tujuan dari pria di hadapannya menunjukkan foto foto sang umi kepadanya.
Kayvan sontak tertawa dan bangkit berdiri dari duduknya.
" ha...ha...ha... aku suka gayamu Zalwa....kau sangat pintar " kata Kayvan kemudian.
Kayvan melangkah dan mendekat kepada Zalwa.
Kemudian pria itu memegang kedua pundak wanita itu tanpa sempat di tolak oleh Zalwa.
Kayvan mendudukkan Zalwa di sofa yang ada di ruangan itu.
Selanjutnya,
Pria itu sendiri kembali melangkah ke sofa tunggal tempat ia duduk sebelumnya.
Dengan angkuhnya,
Kayvan mengangkat satu kakinya ke atas kakinya yang lain.
" menikah denganku atau nama baik ibumu menjadi taruhannya " kata Kayvan penuh penekanan.
Mata Zalwa berkedip pelan.
Sejuta sesal tersemat di hatinya, bagaimana ia bisa berurusan dengan pria brengsek di hadapannya itu.
Pria berwajah tampan namun berhati iblis.
" semua terserah padamu, kau harus tahu....aku tak terbiasa dengan penolakan.
Aku juga tak pernah gagal memiliki apa yang ku inginkan " kata Kayvan lagi dengan tatapan tajam kepada Zalwa.
Zalwa masih menatap kepada Kayvan tanpa ekspresi.
" aku sudah bertungan..." jawab gadis itu kemudian.
Wajah Kayvan perlahan berubah pias.
" sudah kukatakan padamu, aku tak perduli....jika aku sudah menginginkanmu maka kau harus menjadi milikku.
Aku pastikan laki laki itu tidak akan bisa mempertahankanmu di sisinya " sahut Kayvan kemudian
" kau gila..." kata Zalwa.
Kayvan tersenyum menyeringai.
" kenapa kau lakukan ini padaku, kita tidak pernah saling mengenal sebelumnya.
Apa aku pernah menyinggungmu ?! " tanya Zalwa sedikit lembut.
bukannya menjawab,
Kayvan justru menatap gadis di hadapannya dengan dalam.
Zalwa terlihat sangat berbeda saat gadis itu berbicara lembut kepadanya.
Darahnya seolah berdesir.
" cinta...?! Rasanya itu tak mungkin untuk pria sepertimu bukan ?! " Zalwa melanjutkan kata katanya.
Matanya menatap sedikit bersahabat kepada sosok pria sombong dan angkuh di hadapannya itu.
Kayvan masih diam dan terus menatap tak berkedip pada Zalwa.
Merasa tak di anggap, Zalwa menarik nafas dalam dalam.
" kau mencintai pria itu ?! " terdengar tanya kemudian dari bibir Kayvan.
Zalwa menoleh dan kembali menatap Kayvan.
Wajah tampan seolah tanpa cela terpahat di sana.
Tapi sayang...
wajah tampan itu nampaknya tak di baringi dengan akhlak yang baik juga.
Zalwa dengan cepat mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
" dia calon suamiku, maka harus berusaha mencintainya..." jawab Zalwa
" kenapa ?! "
" karena bagiku dia adalah takdirku...." jawab Zalwa tanpa sadar telah kembali menyulut api di hati Kayvan.
" jika akulah calon suamimu...apa kau juga akan mencintaiku ?! " Kayvan kembali bertanya.
Matanya menatap tajam kepada Zalwa.
Satu menit,
Dua menit...
Tiga menit....
Zalwa tak kunjung menjawab pertanyaan Kayvan.
Pria itu kembali meradang di buatnya.
Ketika bicara tentang sosok pria itu, Zalwa semudah itu memberi jawaban.
Namun...
Ketika itu menyangkut dirinya, kenapa gadis itu justru tak kunjung mau menjawab.
Bruak...
Kayvan memukul meja di hadapannya dengan kuat, hingga meja itu bergetar.
Zalwa terjingkat di tempat duduknya.
" aku sudah tegaskan kepadamu tentang siapa pemilik yang sebenarnya Zalwa...apa perlu aku membuatmu mengandung anakku terlebih dahulu agar kau bisa menjawab pertanyaanku tentang hal itu ?! " suara Kayvan terdengar kembali meninggi.
Zalwa semakin menundukkan kepalanya.
Ia bingung harus bagaimana seharusnya ia menghadapi pria di hadapannya itu.
Pria itu seolah tak bisa di hadapi dengan cara lembut ataupun dengan cara kasar sekalipun.
" dia tak lebih baik dariku, tapi kenapa kau seolah melihat dia jauh lebih baik dariku ?!
Belajarlah mencintaiku karena akulah calon suamimu, dan karena akulah takdirmu " kata Kayvan kemudian dengan pongahnya.
Pria itu berbicara sambil menepuk nepuk dadanya.
Sementara Zalwa,
Gadis itu menundukkan kepalanya, rasa takut kembali mencekam jiwanya.
Bayangan apa yang di lakukan pria itu kepadanya beberapa jam yang lalu membuatnya merinding
Tanpa sengaja,
Ketika ia menatap ke lantai, ia melihat darah menetes di lantai.
Zalwa mendongak,
Satu tangan Kayvan menggantung ke bawah,
Baru ia sadar,
dari tangan yang menggantung itu darah di lantai itu berasal.
" kau terluka....?! "