Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27
Tara dengan cepat memanjat masuk ke dalam ventilasi, diikuti oleh Raymond yang dengan sigap menutup penutup ventilasi di belakang mereka. Suara tembakan terdengar semakin dekat, bergema di lorong saat para penjaga terus mengejar mereka.
Di dalam ventilasi yang sempit, mereka merayap secepat mungkin, meski ruang yang terbatas membuat gerakan mereka lebih lambat dari yang diharapkan. Suara langkah kaki dan perintah teriakan di bawah mereka membuat suasana semakin mencekam. Tara berusaha tetap tenang, meskipun bayangan akan kegagalan menghantui pikirannya.
Mereka terus bergerak, mencari jalan keluar yang membawa mereka kembali ke atap. Namun, saat mendekati titik akhir ventilasi, suara gemuruh dari bawah membuat mereka tersentak. “Mereka mungkin sudah tahu kita ada di sini,” bisik Raymond dengan nada khawatir.
“Ayo, kita harus cepat,” jawab Tara, memaksa dirinya untuk tetap fokus.
Ketika mereka akhirnya mencapai titik akhir ventilasi, Tara mengintip keluar. Di bawah mereka adalah ruangan kosong yang sepertinya jarang digunakan, tetapi suara dari lorong-lorong di sekitarnya menunjukkan bahwa penjaga sedang dalam pengejaran.
“Ini kesempatan kita,” bisik Tara, lalu membuka penutup ventilasi dan melompat turun. Raymond mengikuti, dan mereka segera bergerak menuju pintu yang mengarah ke luar ruangan.
Namun, saat mereka membuka pintu, alarm terdengar keras di seluruh fasilitas. “Sial, mereka tahu kita di sini!” seru Raymond. Tanpa membuang waktu, mereka berdua segera berlari keluar ruangan dan menuju koridor yang mengarah ke luar gedung.
Dengan langkah cepat, mereka menyusuri koridor yang penuh dengan pintu-pintu terkunci, mencoba menghindari semua penjaga yang mungkin menghadang. Tapi, langkah mereka terhenti saat pintu di ujung koridor terbuka lebar dan beberapa penjaga masuk dengan senjata terangkat.
Tara dan Raymond tidak punya pilihan lain. Dengan cepat, mereka berbalik arah dan memasuki lorong yang lebih sempit, mencari jalur alternatif ke luar. Setiap langkah terasa semakin berat, namun mereka tahu bahwa mereka tidak bisa berhenti sekarang.
Mereka akhirnya menemukan sebuah pintu darurat di sisi koridor. “Ini satu-satunya jalan keluar kita,” ujar Raymond sambil mencoba membuka pintu tersebut. Dengan sedikit usaha, pintu terbuka, dan mereka berdua segera menyelinap keluar ke udara malam yang dingin.
Namun, pelarian mereka belum berakhir. Begitu mereka berada di luar, lampu-lampu sorot dari menara pengawas langsung tertuju pada mereka, diiringi suara sirine yang meraung-raung. “Ke hutan!” seru Tara, menunjuk ke arah pepohonan lebat yang tidak jauh dari fasilitas.
Tanpa berpikir dua kali, mereka berlari menuju hutan, berharap bisa menghilang di antara pepohonan sebelum penjaga mengejar mereka. Tapi mereka tahu, dengan alarm yang berbunyi, para penjaga tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja.
Sesampainya di hutan, mereka terus berlari, tidak berhenti meskipun rasa lelah mulai merasuki tubuh mereka. Suara langkah kaki para penjaga terdengar semakin jauh di belakang, memberi sedikit harapan bahwa mereka mungkin bisa lolos.
Namun, di tengah kegelapan hutan, sesuatu menarik perhatian Tara. Sebuah cahaya kecil dari kejauhan, seperti kilatan lampu senter. “Mereka masih mencari kita,” bisik Tara, memperlambat langkahnya.
Raymond mengangguk, lalu memimpin Tara ke arah lereng curam yang diapit oleh pepohonan besar. Mereka bersembunyi di balik bebatuan, menahan napas saat mendengar suara langkah mendekat.
Waktu terasa berjalan sangat lambat, namun setelah beberapa saat, langkah-langkah itu mulai menjauh. Para penjaga sepertinya berpikir bahwa mereka telah melarikan diri lebih jauh ke dalam hutan.
Setelah merasa aman, Raymond berbisik, “Kita berhasil… tapi ini belum selesai. Kita harus keluar dari sini secepat mungkin sebelum mereka menemukan jejak kita lagi.”
Tara mengangguk, memandang ke arah cahaya fajar yang mulai muncul di ufuk timur. “Kita punya data yang kita butuhkan. Sekarang saatnya untuk menghentikan mereka sepenuhnya.”
Dengan langkah hati-hati, mereka melanjutkan perjalanan melalui hutan, meninggalkan fasilitas di belakang mereka, dengan tekad untuk membawa kebenaran ke permukaan dan menghentikan Proyek Apocrypha untuk selamanya.