Terlahir cantik, kaya raya, cerdas, tapi selalu gagal jika berhubungan dengan percintaan, gadis baik-baik tapi selalu disakiti deretan pria yang pernah jadi pacarnya, dengan berbagai macam alasan, mulai dari yang masuk akal sampai yang paling menyakitkan.
Sampai akhirnya sesuatu yang rasanya tidak masuk akal pun terjadi, bagaimana bisa seorang wanita biasa, meskipun memang ia kaya, tapi tidak masuk akal dikejar-kejar oleh seorang selebriti papan atas.
Happy reading yeorobun 😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Westminster adalah area pemerintahan yang ramai di dekat Istana Buckingham. Banyak turis mendatangi monumen Alun-alun Trafalgar dan seremoni pergantian penjaga di Horse Guards Parade. Para politisi bergaul di pub ramai di Whitehall. Di Gedung Parlemen, di samping Sungai Thames, lonceng Big Ben di menara jamnya yang ikonis berdentang. Westminster Abbey abad pertengahan menjadi lokasi makam tokoh bersejarah seperti Charles Darwin.
(source : Google)
Pov Author : Yeorobun - yeorobun tercintah, disini otor cuma ambil nama kota yang benar ada didunia ya, Westminster, sisanya kita masuk ke kota fiktif, jangan cari di peta, mau peta dunia dan akhirat pun ngga akan ketemu, soalnya cuma ada di DUNIA TIMIO 💜
Paham yee....
Happy reading
🌼🌼🌼
Cuaca cerah di Westminster tidak terlalu mengganggu dua manusia yang masih sibuk dengan mimpinya masing-masing, entah mereka juga bersama di mimpi itu, hanya mereka dan Tuhan yang paham itu. Tommy memeluk Kiara yang teratur napasnya dengan dengkur halus, sementara Kiara memeluk gulingnya.
Tok Tok Tok Tok....
Suara jahanam yang sangat di kutuk sepasang kekasih yang masih terlelap itu, nyaman selimut itu tidak lagi bisa membuat kantuk mereka bertahan, hanya kesal.
"Apa sih anjir, masih pagi juga." umpat Kiara setengah bangkit.
"Sayang, ngomongnya." serak Tommy.
"Siapa sih pagi-pagi udah ganggu aja." kesalnya melangkah malas dengan piama lengan panjang bermotif teddy bear itu dengan kancing atasnya yang terbuka. Tommy juga berusaha menyadarkan dirinya dan mengumpulkan nyawanya yang masih berceceran.
Klek...
Pintu dibuka, awal yang sudah kesal, melihat siapa yang mengetuk membuatnya ingin merajang daun telinga orang itu.
Siapa lagi kalau bukan Askara Senja.
"Loh... kamu kok belum siap-siap? Pesawat kita sebentar lagi mau take off loh." heran Senja sudah rapi dan koper yang berdiri kokoh disampingnya.
"Duluan aja, aku masih mau disini." jawab Kiara datar.
Diwaktu yang singkat itu fokus mata Senja berpusat pada bekas kepemilikan yang masih merah dibawah tulang selangka Kiara.
Deg
"Apa? Kenapa? Bagaimana bisa." patah dihati Senja.
"Kamu disini bareng siapa? Bukannya dokter Andreas udah balik kemarin?", selidik Senja.
"Haa? Maksudnya?", Kiara bingung, kenapa Senja bertanya begitu? Dan kenapa dia bertanya tentang Andreas, ia memperhatikan arah mata Senja, kemana fokus pengelihatan itu.
"Oh sh*t....", batin Kiara.
"Aah... Oh iya, tengah malem kemarin dia balik lagi kesini, jadi kamu duluan aja. Kita ntar baliknya barengan. So, safe flight."
Bruk...
Kiara menutup pintu itu, padahal ia sudah melihat Senja menarik napasnya untuk mengucapkan sesuatu.
"Ah gila, Tommy emang kadang ada-ada aja gebrakannya." celetuknya melihat bekas kepemilikan itu.
Sementara dibalik pintu, ada pria tampan sedang menunduk memperhatikan sepatunya, tidak benar-benar fokus kepada sepatu itu, tapi ini benar-benar dejavu.
"Apakah ini karmaku?"
"Apa kemarin Kiara merasakan seperti ini juga?"
"Apakah begini hancurnya perasaannya melihat Salsa memakai lingerie ketika menemuinya?"
"Sesakit ini kah?"
"Apa Andreas sehebat itu sehingga dia bisa menaklukkan angkuhnya Kiara dengan harga dirinya sampai-sampai ia memberi semuanya?"
"Sehebat itu kah dokter itu?".
Semua yang terjadi antara ia dan Kiara dimasa sekarang ini benar-benar dejavu bagi seorang Senja. Kala dimana perlakuan jahatnya, semua itu seperti bumerang yang sedang menghantam seluruh jiwanya.
Sakit? Jelas, sudah pasti. Eye for an eye, and tooth for a tooth. Hukum tabur tuai itu ada, jelas, dan nyata. Hanya saja, kita tidak tahu kapan dan bagaimana hasil panen itu datang. Semua hanyalah persoalan waktu. Entah itu cepat ataupun lambat, ia pasti datang. Seperti kata Juan, baik dan jahat itu ada karmanya.
"Jika ini hukuman untuk aku, aku dengan senang hati menerimanya Kiara. Tapi jangan suruh aku pergi dan melepas kamu. Itu benar-benar mustahil dan aku benar-benar ngga bisa." batinnya dan melangkah.
Skip
"Tom... aku ke supermarket sebentar ya. Aku mau beli bahan makanan, aku ga terlalu suka makanan disini, mending aku masak aja."
"Tom?", tanya Tommy sekali lagi meminta penjelasan.
"Sayang maksudnya, sayang, sayang aku, sayangnya Ki..", cup cup cup cup Kiara mendaratkan banyak ciuman kecil di pipi Tommy.
"Hehehhe... ngga mau ditemenin?"
"Ngga, ngga usah. Kemarin aku udah kesana, muka kamu juga terpampang dimana-mana, gimana ntar kalo ada yang ngenalin kamu, pasti rusuh. kamu disini aja, deket kok."
"Yaudah sayang, nanti aku yang masakin."
"Ok mas babe."
Kiara pun melangkah keluar kamar hotelnya.
Ting... ada pesan masuk dari Alexandra
Bau yang enak menyeruak ke seluruh ruangan, kamar hotel mewah dengan dapur dan pantry yang berdampingan itu, disamping toilet ada laundry room yang dimana Kiara sedang memilah pakaian Tommy yang kotor dari kopernya untuk dimasukkan ke mesin cuci, sedangkan Tommy sibuk membuatkan sesuatu untuk mereka makan siang ini.
Hati pria itu menghangat melihat suasana yang mereka ciptakan, gambaran keluarga kecil yang ia harapkan kelak, tidak akan ada sifat patriarki di keluarganya, tidak ada dominasi, hanya akan ada kerja sama demi kenyamanan seisi rumah mereka. Siapa pun bisa mengerjakan pekerjaan rumah, semuanya sama, itulah cita-cita Tommy dimasa depan, ia sudah menemukan orangnya, tinggal menunggu waktunya saja. Ia tahu betul wanita seperti wanitanya ini tidak suka pria miskin, jadi ia bertekad untuk lebih kaya dari sekarang.
"Sayang udah jadi belom? Aku laper." teriak Kiara dari ruang laundry.
"Bentar lagi sayang, tinggal bikinin jus."
"Aku ga mau jus, aku kopi aja yang, eh cappucino maksudnya."
"Iya, nona muda, siap." sahut Tommy dari jauh.
Ketika selesai memasukkan semua pakaian kotor ke mesin cuci, koper kosong Tommy ia bersihkan isi dalamnya dengan tisu basah, dan menemukan sebuah liontin bentuk love jadul yang bisa di buka tutup dengan foto kecil di sisi kiri dan kanannya. Sepertinya liontin itu sudah lama terjebak didalam sana tanpa diketahui Tommy, bahkan mungkin yang punya koper sudah lupa akan benda itu. Tanpa ragu Kiara membukanya. Di sisi kiri ada foto seorang gadis namun agak buram, ia tidak bisa menafsirkan bagaimana wajah utuh dari gadis itu, dan di sisi kanannya ada wajah Tommy muda mungkin di usia belasan.
"Ini pasti Naura." lirihnya menatapi foto itu. Tidak ada rasa curiga atau cemburu sedikit pun, logika saja, wanita di foto sudah lama meninggal, jadi hal yang sangat bodoh jika ia memperdebatkan seorang yang sudah meninggal.
"Sayang...", suara Tommy mendekat, mungkin karena panik ia memasukkan liontin itu ke saku piamanya.
"Kamu ngapain?".
" Oh... ini koper kamu berdebu, jadi aku bersihin."
"Ayo, kita makan."
🌼🌼🌼
Rencana mereka hari ini adalah jalan, makan, jalan, makan, jalan, makan, itu saja. Dua orang yang selama ini sibuk dengan dunia kerja masing-masing, selalu berusaha mencuri waktu untuk bisa bertukar kabar dan cerita, meski tinggal bersama, tapi punya jadwal yang sangat berbeda.
Jika yang satunya bangun tidur, yang satunya baru saja ingin tidur, baru saja pulang dari pekerjaannya.
Jika yang satunya pulang bekerja di sore hari, yang satunya masih entah di kota atau negara mana dengan kelap kelip lampu yang menemaninya di atas panggung. Jadi inilah kesempatan untuk bangun dan tidur di jam yang sama, di tempat ini, di waktu yang singkat ini, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Karena esok hari mereka akan kembali ke jadwal yang bertabrakan itu.
"Aku mandi dulu ya." seru Tommy seraya membawa handuk.
"Iya, sayang. Buru, aku make up gak lama."
"Jangan cakep-cakep."
"Biarin, siapa tahu ntar papasan sama Kim Tae Hyung, terus dia ngajak aku nikah, kan rugi banget gitu kalo aku ngga on point."
"Masih cakepan aku lagi dari dia." tantang Tommy.
"Aku ragu deh. Kamu punya koneksi di agensinya ngga? Mana tahu aku bisa rekrut dia jadi BA nya Levin, sekalian tebar pesona gitu." seru Kiara dengan senyum aneh.
"Diem atau mandiin aku." balas Tommy dengan wajah datar.
"Dih... baper."
"Ngajak berantem nih...", Tommy mendekat dan hendak menempelkan bibirnya dengan Kiara.
" Iya iya ngga, ngga sayang, ngga... jauhan dikit. Cakepan Tommy sejuta kali lipat... udah sana mandi, liptint aku jangan di rusak lagi." dengus Kiara, dan ditanggapi kekehan dari Tommy. Kiara pun melanjutkan make up nya, ia teringat punya liontin yang tadi ia temukan di koper Tommy dan berencana mengembalikan kepada Tommy nanti, dan memasukkannya ke pouch make up yang selalu ia bawa kemana pun.
Kiara dengan gaya casualnya namun tetap cantik, dan Tommy juga dengan tema outfit yang sama namun dengan masker dan kacamata hitam, berikut juga bucket hat milik Shane yang di pinjamnya.
"Kamu kayak pembunuh berantai amatir, yang." ledek Kiara."
"Tapi kamu sayang kan?"
"Banget...", cup di pipi kiri Tommy.
" Yuk jalan."
Tommy merangkul gadisnya untuk keluar dari hotel, dan masuk ke sebuah city car yang sudah mereka sewa sehari sebelumnya. Semua itu tidak luput dari seseorang yang melewatkan penerbangannya pagi ini.
"Itu bukan Andreas." gumamnya, setelah melihat dan yakin Kiara bukan dengan orang yang di perkirakannya, barulah ia kembali ke bandara dan benar-benar pergi untuk kembali ke Mithnite.
(Mithnite : kota fiksi tempat tinggal Kiara dan kawan-kawan di dunia Timio)
Karena ia yakin jika bertahan disana lebih lama, entah apa yang akan ia lakukan, yang jelas akan lebih merusak sesutu yang sudah rusak.
Sementara dua sejoli itu sibuk menikmati indahnya pemandangan di kota Westminster, mereka mengunjungi berbagai macam tempat, mengambil banyak foto, Tommy buru buru melepas dan memakai maskernya kembali jika suasana sudah sepi. Ia harus mengabadikan moment ini, wajahnya dan wajah pacarnya harus benar-benar jelas untuk dipamerkan suatu saat nanti.
Mereka akhirnya menemukan sebuah restoran dengan private room, agar Tommy bisa makan dengan leluasa tanpa harus sembunyi-sembunyi menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Pacaran sama super star ada seru-serunya ya." kata Kiara sambil menyendokkan makanan ke mulutnya. Tommy hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sembari menikmati makanan yang tengah ia kunyah.
"Pacaran sama wanita karir juga buat pusing loh jangan salah. Apalagi sering-sering perjalanan bisnis kayak gini, overthinking tahu."
"Yaudah susulin aja."
"Ini lagi di susulin, untung orangnya ngga bertingkah."
"Punya pacar satu aja ribet, gimana dua. Aku makin kecil yang ada."
"Sayang..."
"Hmm?"
"Bisa ngga sama dokter Andre jangan se deket itu, aku nangkep sinyal lain dari dia. Bukan pure bantuin, dia ada maksud lain."
"Hah? Maksudnya yang?"
"Logika aja deh, cowo mana yang dimintain di telepon tapi langsung didatengin, effort banget. Ini Westminster sayang, 12 jam perjalanan terbang, bayangin. Ini bukan jarak dari Mithnite ke Orion. Ini dari Mithnite ke Westminster. Jaga jarak ya." pinta Tommy.
(Orion : Kota fiksi di Dunia Timio, yang jaraknya hanya 30 menit dari kora Mithnite)
"Iya, kamu kenapa jadi curigaan gitu sih sekarang. Ga kayak biasanya."
"Kamu punya aku pokoknya."
"Iya si paling punya." celetuk Kiara.
"Kamu paham ga si sayang, kalo dia itu beneran suka sama kamu? Buktinya rumor kalian calon tunangan aja sampe hari ini ngga ada yang bantah. Tiap malem aku kepikiran itu tahu, gimana kalo Andreas aji mumpung dengan situasi itu. Aku gimana...", keluh Tommy.
"Ini pacarku kok jadi kayak kembang gula gini sih? Ke siram dikit meleyot. Kamu ngga percaya sama aku? Aku ngga mudah suka sama orang, aku deket Andre bukan berarti aku suka kan? Kalau dia suka aku, aku harus gimana sayang? Ngelarang dia? Ya ngga juga kan? Selama dia ngga ganggu kita." bantah Kiara.
"Jadi tunggu dia ganggu dulu baru kamu mau jaga jarak gitu?", tuding Tommy lagi.
"Sayang, aku lagi seneng banget hari ini. Bangun tidur di samping kamu, makan bareng kamu, ngeringin rambut kamu, nyuciin baju kamu, dimasakin sama kamu, semuanya. Aku sangat menghargai semua yang aku lakuin bareng kamu. Jadi tolong stop bahas orang lain. Ini moment kita, mau dia suka atau gimana, aku maunya kamu. Duh.... Malu banget gua anjir, pake confess segala." pekik Kiara di kalimat terakhirnya.
Kalimat terakhir itu membuat Tommy yang tadinya sudah datar malah terkekeh. Betapa manis dan imutnya Kiara jika sudah salting dan malu begitu.
Sesekali mereka saling menyuap, saling cubit, saling toel, saling cium, benar-benar harus menggunakan semua momen yang ada, momen yang jarang terjadi.
Tommy The Prince
KTH
Jadi cakepan yang mana yeorobun? Yang atas atau yang bawah.
Intinya mereka beda orang ya gess yaa 🤣
.
.
.
Tbc ... 💜