NovelToon NovelToon
Love Or Tears

Love Or Tears

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Tukar Pasangan
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Rani seorang guru TK karena sebuah kecelakaan terlempar masuk ke dalam tubuh istri seorang konglomerat, Adinda. Bukannya hidup bahagia, dia justru dihadapkan dengan sosok suaminya, Dimas yang sangat dingin Dan kehidupab pernikahan yang tidak bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di intograsi Paksu

Malam itu, angin bertiup kencang di luar rumah mewah di kawasan elit Jakarta. Dedaunan pohon mangga di halaman bergesekan, menciptakan bisikan-bisikan misterius yang seolah menggemakan kebingungan yang dirasakan Rani. Lampu-lampu taman yang temaram menciptakan bayangan-bayangan aneh, menari-nari di dinding rumah, menambah suasana mencekam yang menyelimuti kediaman itu.

Di dalam ruang tamu yang luas, Rani yang berada di dalam tubuh Adinda duduk kaku di sofa kulit mahal berwarna krem. Jari-jarinya mencengkeram bantalan sofa, berusaha menahan gemetar yang menjalari tubuhnya.

Matanya yang berkaca-kaca menatap sekeliling, mengamati interior mewah yang sama sekali asing baginya. Lukisan-lukisan abstrak mahal tergantung di dinding, seolah mengejek kebingungannya dengan warna-warna mereka yang berani dan goresan-goresan yang tak ia pahami.

Dimas berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke taman belakang. Siluetnya yang tegap terpantul di kaca, berbaur dengan bayangan pohon-pohon yang bergoyang diterpa angin. Ia memijat pelipisnya, berusaha mencerna situasi aneh yang tiba-tiba menimpanya.

"Adinda," ujar Dimas akhirnya, suaranya berat oleh emosi yang tertahan. "Coba ceritakan padaku sekali lagi. Apa yang terakhir kali kau ingat?"

Rani menelan ludah, tenggorokannya terasa kering. Ia menatap gelas air di meja kopi di hadapannya, ingin sekali meminumnya tapi tak berani bergerak. "Aku... aku tidak tahu," jawabnya lirih. "Tiba-tiba saja aku ada di sini, di rumah ini. Aku tidak ingat apa-apa sebelumnya."

Dimas berbalik, matanya menatap Rani yang ia kira Adinda dengan campuran kekhawatiran dan ketidakpercayaan. "Bagaimana mungkin? Kita baru saja merayakan ulang tahun pernikahan kita dua minggu lalu sebelum kau kecelakaan. Kau tidak ingat?"

Rani menggeleng pelan, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Maafkan aku," bisiknya. "Aku benar-benar tidak ingat."

Suara gemuruh petir terdengar di kejauhan, membuat Rani terlonjak kaget. Hujan mulai turun, awalnya rintik-rintik kecil yang kemudian berubah menjadi deras. Suara air yang menghantam atap dan jendela menambah suasana mencekam di ruangan itu.

Dimas menghela napas panjang, lalu berjalan mendekati Rani. Ia duduk di sebelahnya, menjaga jarak. Aroma parfum maskulinnya yang samar tercium oleh Rani, namun alih-alih menenangkan, justru membuat Rani semakin gugup.

"Baiklah," ujar Dimas akhirnya. "Mungkin kau melupakannya. Tapi bagaimana dengan Fajar? Kau bilang kau tidak mengenalnya, tapi jelas-jelas dia mengenalmu."

Mendengar nama Fajar, Rani merasakan sensasi aneh di dadanya. Seolah ada sesuatu yang berusaha muncul ke permukaan, tapi tertahan oleh kabut tebal dalam ingatannya. "Aku... aku tidak tahu," jawabnya jujur. "Nama itu terdengar familiar, tapi aku tidak bisa mengingat apapun tentangnya."

Dimas menyandarkan tubuhnya ke sofa, matanya terpejam sejenak. Ketika ia membukanya kembali, Rani bisa melihat kelelahan dan kebingungan yang terpancar dari sana. "Baiklah."

Rani mengangguk lemah. Dalam hati, ia terus berdoa, berharap pemeriksaan medis bisa memberikan jawaban atas situasi aneh ini. Namun di sudut hatinya yang terdalam, ia tahu bahwa tidak ada penjelasan medis yang bisa menjelaskan bagaimana ia bisa terperangkap dalam tubuh orang lain.

Dimas bangkit dan berjalan ke arah telepon. Sementara ia berbicara dengan pihak rumah sakit, Rani menatap keluar jendela. Hujan semakin deras, membuat pemandangan di luar menjadi kabur. Sama seperti ingatannya saat ini, pikir Rani getir.

Tiba-tiba, ponsel di atas meja bergetar. Layarnya menyala, menampilkan nama "Fajar" yang berkedip-kedip. Rani menatap ponsel itu dengan ragu. Haruskah ia mengangkatnya? Mungkinkah Fajar memiliki jawaban atas semua kebingungan ini?

Namun sebelum Rani bisa memutuskan, Dimas telah kembali dan melihat layar ponsel yang menyala. Wajahnya mengeras. "Biar aku yang bicara dengannya," ujarnya tegas, meraih ponsel itu.

Rani hanya bisa menatap dengan cemas saat Dimas menjawab panggilan itu. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!