NovelToon NovelToon
Guru TK Yang Cantik

Guru TK Yang Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Masalah Pertumbuhan / Karir
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Di TK Pertiwi Masaran, Bu Nadia, guru TK yang cantik dan sabar, mengajarkan anak-anak tentang warna dengan cara yang menyenangkan dan penuh kreativitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti balon pecah dan anak yang sakit perut, Bu Nadia tetap menghadapi setiap situasi dengan senyuman dan kesabaran. Melalui pelajaran yang ceria dan kegiatan menggambar pelangi, Bu Nadia berhasil menciptakan suasana belajar yang penuh warna dan kebahagiaan. Cerita ini menggambarkan dedikasi dan kasih sayang Bu Nadia dalam mengajarkan dan merawat anak-anaknya, menjadikan setiap hari di kelas menjadi pengalaman yang berharga dan penuh makna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta yang Menguatkan

Nadia duduk di samping Arman di taman yang sepi, di bawah naungan pohon besar yang rimbun. Suasana sore yang hangat membuat momen ini terasa sempurna. Setelah beberapa saat terdiam, Nadia mengalihkan pandangannya ke Arman dan bertanya dengan lembut, “Sayang, bagaimana rasanya menikah denganku?”

Arman tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi. “Menikah denganmu? Itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan, sayangku. Setiap harinya terasa seperti petualangan baru, dan aku tidak bisa membayangkan menghabiskan hidupku dengan orang lain.”

Nadia merasa hangat di dalam hatinya. Dia mengingat semua momen indah yang telah mereka lewati bersama. “Tapi, apa ada yang kamu khawatirkan? Mungkin ada hal-hal yang membuatmu ragu?” tanyanya lagi.

Arman menatap matanya, ada keseriusan dalam tatapannya. “Tentu saja ada. Menikah itu bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang tanggung jawab. Kita harus saling mendukung dan menghadapi tantangan bersama. Tapi aku yakin kita bisa melakukannya, sayang.”

Nadia merasa terharu mendengar jawaban Arman. “Aku juga merasa sama, sayangku. Kita telah melalui banyak hal dan terus tumbuh bersama. Setiap hari, aku merasa semakin dekat denganmu,” jawabnya sambil menggenggam tangan Arman.

Setelah sejenak terdiam, Arman mencoba mengubah suasana. “Ngomong-ngomong, ingat waktu kita pergi ke Kids Fun? Kamu sangat takut naik roller coaster! Aku masih ingat betapa ketakutannya kamu sampai memelukku sangat erat,” katanya sambil tertawa.

Nadia tertawa mengingat kembali momen itu. “Iya, aku ingat! Aku hampir saja terjatuh dari kursi saking takutnya. Tapi berkat kamu, aku bisa melewati ketakutan itu. Rasanya luar biasa bisa berada di sampingmu, sayang.”

“Momen itu memang spesial, sayangku,” lanjut Arman. “Dan setelah itu, kita jadi semakin dekat, kan? Terima kasih karena selalu mau mencoba hal-hal baru bersamaku. Aku ingin kita terus melakukan itu.”

Nadia tersenyum, membayangkan petualangan mereka selanjutnya. “Tentu saja! Kita harus terus menjelajah dunia bersama. Aku ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah kita datangi dan menciptakan kenangan baru.”

Saat matahari mulai terbenam, Arman mengeluarkan ponselnya dan berkata, “Bagaimana kalau kita foto-foto untuk mengabadikan momen ini?” Nadia mengangguk setuju, dan mereka mulai berpose di bawah cahaya senja yang indah.

Dalam satu foto, Nadia berpose sambil menjulurkan lidahnya, dan Arman langsung tertawa. “Kamu terlihat seperti anak kecil, sayangku!” katanya sambil mengedit foto itu di ponselnya. Mereka tidak hanya berpose manis, tetapi juga saling menggoda, menciptakan suasana penuh tawa.

Setelah beberapa foto, Arman meraih tangan Nadia dan berkata, “Kamu tahu, setiap kali kita bersama, aku merasa hidupku lebih berwarna. Seperti saat kita berdua merayakan ulang tahun Aldo dengan cara yang sangat seru. Anak-anak itu sangat lucu, ya!”

“Betul! Dan aku juga ingat bagaimana Aldo ingin memperkenalkan kita sebagai ‘calon mama dan papanya’ di depan teman-temannya. Itu sangat menggemaskan!” jawab Nadia, tertawa mengingat momen lucu itu.

Mereka berdua melanjutkan obrolan dengan bercanda dan mengenang berbagai pengalaman lucu yang telah mereka lalui. Nadia merasa sangat beruntung bisa berbagi hidupnya dengan Arman, yang selalu bisa membuatnya tersenyum.

Setelah momen-momen penuh tawa itu, Nadia merasakan kedekatan yang semakin mendalam dengan Arman. Mereka duduk bersebelahan di bangku taman, dikelilingi oleh suara gemerisik daun dan kicauan burung. “Sayang, kamu tahu apa yang membuatku semakin mencintaimu?” Nadia bertanya, sorot matanya penuh harap.

“Hmm, apa itu?” Arman bersikap penasaran, memperhatikan setiap gerakan Nadia.

“Karena kamu selalu tahu cara membuatku tertawa, bahkan di saat-saat sulit. Kamu adalah sumber kebahagiaanku,” jawab Nadia tulus.

Arman tersenyum bangga. “Itu karena aku ingin kamu selalu bahagia. Dan jika ada yang membuatmu cemas atau sedih, aku akan selalu ada untuk mendengarkan.”

Nadia merasa hatinya berdebar mendengar pernyataan itu. “Sayang, kita sudah melalui banyak hal bersama. Apa kamu ingat saat kita berdua terjebak dalam hujan deras di tengah jalan?”

Arman tertawa keras. “Oh iya! Kita sampai kehujanan dan harus berteduh di warung kopi kecil. Kita bahkan sempat menari di bawah hujan!”

“Itu adalah momen paling konyol sekaligus romantis yang pernah kita alami!” Nadia menambahkan sambil terbahak.

Setelah mereka bercerita, Arman mengalihkan pembicaraan, “Ngomong-ngomong, bagaimana jika kita merencanakan perjalanan akhir pekan ke pantai? Kita bisa bersantai, bermain air, dan menikmati kebersamaan.”

Nadia langsung bersemangat. “Itu ide yang luar biasa! Aku sudah lama ingin ke pantai lagi. Kita bisa membuat permainan pasir dan berfoto-foto!”

Arman setuju dan mereka mulai membahas segala hal yang perlu dibawa. “Tapi jangan lupa, kita harus membawa banyak camilan!” Arman mengingatkan, mengedipkan mata.

“Dan jangan lupa sunscreen! Kita tidak mau kulit kita terbakar,” Nadia menambahkan dengan serius, meski senyumnya tak bisa disembunyikan.

Setelah rencana mereka matang, Arman tiba-tiba berdiri. “Ayo, kita cari tempat untuk makan malam! Aku tahu sebuah restoran yang sangat enak di dekat sini.”

“Wow, terdengar sempurna! Ayo, sayang!” Nadia berdiri mengikuti Arman dengan semangat.

Saat mereka berjalan, Arman berusaha menggoda Nadia. “Kamu tahu, aku sempat berpikir untuk membuatkanmu kejutan ulang tahun, tapi ternyata kamu terlalu pintar! Kamu sudah tahu semua rencanaku.”

Nadia terkekeh, “Ya, tapi itu tidak berarti aku tidak ingin melihat kejutanmu! Beri aku kejutan apapun yang kamu mau, sayang.”

Arman berusaha menyimpan rahasia dan tertawa. “Baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin. Tapi tidak ada jaminan!”

Ketika mereka sampai di restoran, suasana hangat dan cozy menyambut mereka. Nadia memesan spaghetti, sedangkan Arman memilih pizza. Sambil menunggu makanan mereka, mereka berbincang ringan.

“Nadia, kamu sudah memikirkan nama untuk anak-anak kita nanti?” Arman tiba-tiba bertanya.

Nadia terkejut, tetapi juga tertawa. “Kamu sudah memikirkan itu? Hmm, aku suka nama Aldo untuk anak pertama kita!”

Arman mengangguk setuju. “Bagus! Dan untuk anak kedua, bagaimana kalau kita memilih nama yang unik?”

Mereka terus mendiskusikan berbagai nama, tertawa lepas dan membayangkan masa depan yang penuh kebahagiaan. Tiba-tiba, makanan mereka datang dan mereka segera mulai menyantap.

Saat sedang menikmati hidangan, Arman tidak sengaja menjatuhkan sepotong pizza yang terbang tepat ke wajah Nadia. “Oh tidak! Maaf, sayang!” Arman panik.

Nadia hanya tertawa terbahak-bahak sambil menghapus pizza yang menempel di wajahnya. “Kamu ini, Arman! Seharusnya lebih hati-hati!”

Setelah itu, mereka berdua tertawa hingga membuat perhatian orang-orang di sekeliling mereka. Momen tersebut menjadi salah satu kenangan lucu yang tak terlupakan.

Selesai makan, mereka berjalan kembali menuju taman sambil berbincang-bincang. Di sepanjang jalan, Arman menggenggam tangan Nadia erat, menciptakan rasa nyaman dan aman.

“Sayangku, aku merasa setiap hari bersamamu semakin menyenangkan. Aku tidak sabar untuk memulai petualangan baru di pantai,” ujar Arman penuh semangat.

“Dan aku tidak sabar untuk melihat kejutan yang kamu siapkan untukku!” balas Nadia.

Malam itu, saat mereka duduk di bangku taman yang sama, Nadia melihat bintang-bintang berkelap-kelip di langit. “Sayang, apakah kamu percaya bahwa kita ditakdirkan untuk bersama?”

Arman menatap mata Nadia, penuh ketulusan. “Aku percaya itu. Setiap momen yang kita lewati seolah sudah ditentukan untuk kita. Aku sangat bersyukur memilikimu di hidupku.”

Nadia merasa haru mendengar kata-kata itu. Mereka saling menatap dalam keheningan yang nyaman, menguatkan cinta di antara mereka.

“Aku ingin kita terus bersama, sayangku,” Nadia berbisik lembut.

“Selamanya,” Arman membalas dengan tegas, menghangatkan hati Nadia.

Nadia menatap Arman dengan penuh kasih sayang. Tanpa ragu, dia mencubit lembut bibir Arman, sambil tersenyum nakal. “Kamu ini, sayang. Rasanya ingin selalu mencubit bibirmu setiap kali mendengar kata-kata manis itu.”

Arman meloncat kaget, “Aduh! Kenapa kamu melakukan itu?” Dia tertawa, berusaha menahan rasa geli yang menyergapnya. “Kamu membuatku terkejut!”

Nadia tertawa lepas, senang melihat reaksi Arman. “Maaf, tapi kamu tahu kan? Aku suka menggoda kamu. Itu hanya menambah keseruan di antara kita.”

Arman menggelengkan kepala, tidak bisa menyembunyikan senyumnya. “Kamu memang penuh kejutan, ya! Aku harus lebih siap untuk menghadapi segala hal yang datang darimu.”

Nadia melanjutkan, “Setiap momen bersamamu adalah petualangan, Arman. Entah itu di taman ini, atau saat kita terjebak dalam hujan. Semua itu membuat hidupku terasa lebih berwarna.”

“Mau tahu rahasia?” Arman berkata sambil mendekat. “Aku pun merasa sama. Kamu adalah bagian terpenting dalam hidupku. Denganmu, aku merasa lebih hidup.”

Mereka saling menatap, merasakan kedekatan yang mendalam. Suara-suara di sekitar mereka samar, seolah hanya ada mereka berdua di dunia ini. “Tapi,” Nadia memulai, “aku punya satu permintaan.”

“Permintaan apa?” Arman penasaran.

“Setiap kali kita bersama, jangan pernah berhenti membuatku tertawa. Itu adalah hal yang paling aku sukai dari kamu,” Nadia berkata dengan serius.

Arman mengangguk, “Janji! Aku akan berusaha membuatmu tertawa setiap hari. Dan kalau aku gagal, aku akan mencubit bibirku sendiri.”

“Deal!” Nadia tertawa, membayangkan Arman yang melakukan hal konyol.

Mereka berbincang semakin hangat, berbagi impian dan harapan untuk masa depan. Saat itu, suasana malam semakin tenang, dengan suara dedaunan yang berdesir lembut.

Akhirnya, Arman mengambil napas dalam-dalam dan berujar, “Sayang, terima kasih telah membuat hidupku lebih berarti. Aku tidak sabar untuk menjalani setiap detik bersamamu.”

Nadia merasa hatinya penuh. “Aku juga, Arman. Kita akan menjadikan setiap momen berharga.”

Dengan kompak, mereka bangkit dari bangku dan melangkah beriringan menuju masa depan yang penuh harapan, tangan mereka saling menggenggam erat. Suara tawa dan candaan mereka mengisi malam, seakan menandakan cinta yang tak terpisahkan.

Arman melihat ke arah Nadia, perasaan haru dan cinta memenuhi hatinya. Dalam sekejap, ia merasakan dorongan kuat untuk mendekat dan momen itu terasa sangat tepat. Dengan lembut, ia menggenggam wajah Nadia, menatap matanya dalam-dalam.

“Sayang, aku tahu kita telah melalui banyak hal bersama, dan aku ingin kita mengukir momen ini dalam ingatan kita selamanya,” katanya dengan nada serius, tetapi ada senyuman nakal di bibirnya.

Nadia merasakan detak jantungnya berdegup kencang. “Apa yang kamu maksud, Arman?” tanyanya sambil sedikit menggigit bibir bawahnya, merasakan suasana yang semakin intim.

Tanpa menjawab, Arman mendekatkan wajahnya. “Aku ingin…” dia berhenti sejenak, memperhatikan reaksi Nadia. “Aku ingin mencium kamu.”

Nadia tertegun, matanya melebar sejenak, lalu dia tersenyum manis. “Sekarang?” tanyanya dengan nada menggoda, meskipun hatinya sudah bergetar penuh harapan.

“Ya, sekarang,” jawab Arman, semakin dekat. Ia merasakan ketegangan yang menyenangkan di antara mereka.

Dengan lembut, Arman mencium bibir Nadia. Ciuman itu penuh kasih, seakan semua kata-kata yang tidak terucap terwakili dalam momen itu. Nadia merasakan dunia seakan berhenti sejenak.

Setelah ciuman itu, Nadia terkejut, matanya berbinar, dan senyumnya mengembang. “Wow, kamu benar-benar berani, ya!” katanya, masih sedikit terpesona.

Arman tertawa kecil. “Aku hanya melakukan apa yang diinginkan hatiku,” jawabnya sambil menyentuh pipi Nadia dengan lembut.

Nadia menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa malu. “Itu sangat manis, Arman. Aku tidak menyangka kamu akan melakukannya sekarang.”

“Kenapa tidak? Setiap detik bersamamu adalah sesuatu yang istimewa,” katanya, masih menyimpan senyum di wajahnya.

Nadia merasakan kehangatan mengalir dalam dirinya. “Aku juga merasa sama. Ciuman itu… rasanya luar biasa,” balasnya, hatinya penuh dengan kebahagiaan.

Mereka saling menatap, merasakan kedekatan yang semakin mendalam. Dalam suasana yang tenang itu, cinta mereka seakan semakin kuat, seolah setiap ciuman yang mereka bagi adalah janji untuk masa depan yang penuh kebahagiaan.

Nadia tersenyum nakal sambil menjotos lengan Arman dengan lembut. “Sayang, jangan terlalu percaya diri deh! Kamu bisa-bisa jadi sombong kalau terus dimanjakan,” ujarnya sambil tertawa.

Arman pura-pura mengerang. “Aduh, sakit banget! Tapi rasanya jadi lebih bersemangat, lho. Dengan begini, aku tahu kamu sayang sama aku.”

Nadia tertawa melihat ekspresi wajah Arman yang berlebihan. “Iya, sayang, ini hanya sedikit kekuatan dari seorang calon istri!” Ia bersikap manja sambil menjulurkan lidahnya.

Arman hanya bisa tersenyum, melihat betapa cerianya Nadia. “Kalau begitu, aku harus lebih sering membuatmu marah biar kamu menjotosku terus!”

Nadia hanya menggelengkan kepala, tapi senyum di wajahnya tak kunjung pudar. “Eh, jangan gitu, ya! Nanti kalau aku ketagihan, bisa-bisa kita jadi berantem tiap hari.”

“Mungkin itu bisa jadi olahraga kita berdua,” sahut Arman sambil tertawa. “Olahraga sambil bercanda, menyenangkan!”

Mereka berdua tertawa lepas, merasakan kebahagiaan dan kenyamanan satu sama lain. Di tengah canda tawa, mereka tahu bahwa hubungan mereka semakin erat, penuh cinta, dan tak terduga.

“Sayang, ada satu hal yang ingin aku tanya,” Nadia mulai serius, “Apa kamu yakin kita bisa melalui semua ini bersama-sama?”

Arman memandang Nadia dengan lembut. “Tentu saja! Setiap tantangan yang kita hadapi hanya akan membuat kita lebih kuat. Kita akan bersama-sama, kan?”

Nadia mengangguk, merasa tenang. “Iya, kita pasti bisa. Bersama kamu, segalanya terasa lebih mudah.”

Mereka saling menggenggam tangan, merasakan kekuatan cinta yang tak terpisahkan.

Nadia tiba-tiba merasa tidak nyaman dan merasakan dorongan yang tidak bisa ditahan. Dalam sekejap, dia merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres. “Eh, Arman, sepertinya aku...”

Belum selesai, dia sudah merasa kaget dan tidak bisa menahan diri. Dia mengompol! Nadia langsung memerah, wajahnya berubah jadi merah padam. “Oh tidak! Ini memalukan banget!”

Arman terkejut dan langsung menoleh. “Nadia! Kamu serius?” Dia mencoba menahan tawa, tapi gagal.

“Jangan ketawa! Ini bukan lucu!” Nadia meringis, terlihat sangat malu.

Arman, meskipun masih tertawa, berusaha untuk menghibur. “Aduh, sayang, ini tidak apa-apa! Semua orang bisa mengalami hal seperti ini. Yang penting, kita bisa bersikap santai. Ayo, kita bersihkan dulu.”

“Berani kamu bilang itu tidak apa-apa?” Nadia menjawab dengan nada cemberut, tapi di balik rasa malunya, ada sedikit tawa yang tak bisa dia tahan.

“Baiklah, kita anggap ini sebagai momen lucu dalam hubungan kita,” Arman berkata sambil tersenyum lebar. “Nanti kalau kita sudah menikah, kita bisa ingat ini sebagai salah satu kisah konyol kita!”

Nadia tak bisa menahan tawanya lagi, meskipun dia masih merasa canggung. “Iya, iya. Semoga saja ini tidak terjadi lagi!”

Arman menggenggam tangannya, masih tertawa. “Biar aku jadi pelindungmu, siap membantu di segala situasi—termasuk yang konyol seperti ini!”

Mereka berdua akhirnya tertawa bersama, mengingat momen itu sebagai bagian dari perjalanan cinta mereka yang semakin unik dan penuh warna.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!