Namaku Delisa, tapi orang-orang menyebutku dengan sebutan pelakor hanya karena aku berpacaran dengan seseorang yang aku sama sekali tidak tahu bahwa orang itu telah mempunyai pacar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vina Melani Sekar Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Pagi itu, udara terasa segar, dengan sinar matahari yang menyelinap lembut melalui celah jendela kamar Delisa. Gadis itu membuka matanya perlahan, masih teringat momen indah kemarin bersama Azka di pantai. Senyuman kecil tersungging di bibirnya saat ia mengingat kehangatan yang selalu diberikan oleh pacarnya itu. Namun, hari ini pun menjanjikan sesuatu yang istimewa.
Azka mengirim pesan lebih pagi dari biasanya.
Azka: "Selamat pagi, cantik. Sudah bangun? Kalau belum, bangun sekarang. Aku mau jemput kamu jam 10. Kita jalan lagi, ya. Kali ini aku punya kejutan kecil buat kamu."
Delisa membacanya dengan senyum yang makin lebar. "Pagi-pagi sudah bikin penasaran," gumamnya sambil mengetik balasan.
Delisa: "Pagi juga, Ka. Kejutan apa lagi? Kemarin aja udah cukup spesial."
Azka: "Nggak boleh protes. Pokoknya siap-siap, dan jangan lupa sarapan dulu. Aku nggak mau kamu sakit lagi."
Delisa: "Iya, iya. Baik banget pacarku ini."
Jam 10 tepat, Azka tiba di depan rumah Delisa dengan motor kesayangannya. Ia mengenakan jaket hitam yang membuatnya tampak semakin tampan di mata Delisa. Gadis itu keluar dengan dress kasual warna pastel yang membuat Azka tertegun sesaat.
"Kamu cantik banget hari ini," ucap Azka tanpa sadar, membuat Delisa tersipu.
"Jangan berlebihan. Kita mau ke mana, sih?" tanya Delisa sambil naik ke motor.
Azka hanya tersenyum misterius. "Tunggu aja. Yang jelas, kamu pasti suka."
Mereka pun melaju melewati jalanan yang teduh, melewati pepohonan rindang yang memberikan nuansa sejuk. Azka mengarahkan motor ke sebuah tempat yang jarang mereka kunjungi. Setelah sekitar 30 menit perjalanan, mereka tiba di sebuah taman kecil yang tersembunyi di pinggiran kota. Tempat itu tampak tenang, dengan danau kecil di tengahnya dan bangku-bangku kayu di sekelilingnya.
"Wow, tempatnya indah banget," ujar Delisa kagum saat mereka turun dari motor.
"Aku tahu kamu bakal suka. Ini tempat favoritku kalau lagi mau menenangkan pikiran," kata Azka sambil menggandeng tangan Delisa.
Mereka berjalan pelan menuju danau. Angin sepoi-sepoi membuat suasana semakin nyaman. Azka membawa Delisa ke salah satu bangku di bawah pohon besar. Ia membuka tas kecil yang dibawanya dan mengeluarkan kotak makanan.
"Kamu bawa bekal?" tanya Delisa, sedikit terkejut.
Azka mengangguk. "Aku masak sendiri, lho. Jangan ketawa kalau rasanya aneh."
Delisa tertawa kecil. "Kamu masak? Aku nggak percaya. Tapi aku apresiasi usahamu, kok."
Mereka mulai makan bersama sambil berbicara tentang banyak hal. Delisa merasa semakin nyaman, dan ia menyadari betapa beruntungnya memiliki seseorang seperti Azka.
Setelah makan, mereka duduk berdua memandangi danau yang tenang. Azka menggenggam tangan Delisa, memain-mainkan jari-jari kecil gadis itu dengan lembut.
"Delisa," panggil Azka, suaranya sedikit serius.
Delisa menoleh. "Kenapa?"
"Aku mau kamu tahu satu hal," ujar Azka sambil menatap mata Delisa dalam-dalam. "Aku bersyukur kamu ada di hidupku. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan pernah berhenti mencintai kamu."
Delisa tertegun. Ia bisa merasakan ketulusan di balik kata-kata Azka. Hatinya berdebar-debar. "Aku juga bersyukur kamu ada di hidupku, Ka. Terima kasih sudah selalu ada untukku."
Azka tersenyum, lalu perlahan mendekat. Delisa merasakan detak jantungnya semakin cepat saat wajah Azka semakin dekat.
"Ka…" bisiknya, hampir tanpa suara.
Azka tidak menjawab. Ia hanya menatap Delisa dengan penuh cinta, lalu mengecup bibir gadis itu dengan lembut. Ciuman itu singkat, tetapi cukup untuk membuat dunia seakan berhenti sejenak bagi mereka berdua.
Delisa menundukkan wajahnya, pipinya merona merah. "Kamu… kamu nakal banget," katanya dengan suara pelan.
Azka tertawa kecil. "Aku cuma pengen bilang betapa aku sayang sama kamu. Maaf kalau tadi terlalu spontan."
Delisa tersenyum malu, tetapi hatinya dipenuhi kebahagiaan. Ia tahu bahwa Azka benar-benar mencintainya, dan momen itu menjadi bukti nyata bagi dirinya.
Mereka menghabiskan sisa hari itu dengan berbicara, bercanda, dan menikmati keindahan sekitar. Ketika matahari mulai turun, mereka kembali ke motor untuk pulang.
Di perjalanan, Delisa memeluk Azka lebih erat dari biasanya. "Terima kasih, Ka. Aku nggak akan lupa hari ini."
Azka tersenyum di balik helmnya. "Aku juga, Del. Aku janji, aku akan selalu berusaha membuat kamu bahagia."
Hari itu berakhir dengan hati yang penuh kebahagiaan untuk mereka berdua. Meskipun banyak rintangan yang telah mereka lewati, cinta mereka semakin kuat, seperti janji yang terukir di dalam hati masing-masing.
Azka dan Delisa melanjutkan perjalanan pulang dengan suasana hati yang terasa begitu tenang. Malam mulai menjelang, dan langit perlahan dihiasi warna jingga keemasan yang indah. Mereka memilih jalan yang sedikit lebih panjang agar bisa menikmati waktu lebih lama bersama.
Azka sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Delisa tetap nyaman duduk di belakangnya. Merasa dipeluk erat oleh gadis itu membuatnya tersenyum kecil, namun ia mencoba untuk tidak menunjukkannya agar tidak mengganggu momen indah ini.
...****************...
Sesampainya di depan rumah Delisa, Azka membantu gadis itu turun dari motor. Mereka berdiri berdua di halaman rumah Delisa, di bawah cahaya lampu teras yang lembut.
"Terima kasih untuk hari ini, Ka," kata Delisa sambil tersenyum, matanya memancarkan kebahagiaan. "Aku benar-benar nggak menyangka kamu bisa romantis."
Azka mengusap tengkuknya, sedikit salah tingkah. "Aku cuma mau kamu bahagia, Del. Itu aja, kok."
Delisa tertawa kecil, senang melihat Azka yang biasanya cuek tiba-tiba berubah jadi perhatian seperti ini. "Aku bahagia, kok. Sangat bahagia. Kamu benar-benar membuat hariku sempurna."
Azka menatap Delisa dengan serius sejenak. "Aku janji, Del, aku bakal terus bikin kamu bahagia. Apa pun yang terjadi, aku selalu ada buat kamu."
Delisa mengangguk pelan, merasa hatinya semakin yakin dengan perasaan Azka. "Aku tahu, Ka. Dan aku percaya sama kamu."
Hening sejenak. Mereka hanya berdiri saling menatap, seolah-olah dunia di sekitarnya menghilang. Azka akhirnya memberanikan diri untuk mendekat dan mengecup kening Delisa dengan lembut.
"Selamat malam, cantik. Istirahat yang cukup, ya. Jangan lupa cerita ke Caca soal hari ini, dia pasti penasaran," ucap Azka dengan nada menggoda.
Delisa tersipu dan mendorong bahu Azka pelan. "Iya, iya. Aku bakal cerita. Kamu hati-hati di jalan, ya."
Azka tersenyum dan mengangguk sebelum melajukan motornya menjauh. Delisa berdiri di depan rumahnya untuk beberapa saat, memandangi punggung Azka yang semakin jauh. Hatinya penuh dengan kebahagiaan, meski ada sedikit rasa rindu yang sudah muncul meski mereka baru saja berpisah.
...****************...
Ketika Delisa masuk ke rumah, mamahnya sudah menunggu di ruang tamu sambil membaca majalah. Wanita itu mengangkat alis ketika melihat wajah putrinya yang penuh senyuman.
"Sepertinya ada yang habis kencan," goda mamah.
Delisa tertawa kecil sambil melepas sepatu. "Iya, Mah. Aku sama Azka tadi jalan-jalan ke taman. Seru banget."
Mamahnya menutup majalah dan menatap Delisa dengan penuh kasih. "Azka anak yang baik. Tapi jangan lupa jaga diri, ya. Jangan sampai terlalu capek seperti waktu camping kemarin."
Delisa mengangguk. "Tenang aja, Mah. Aku baik-baik aja, kok."
Setelah berbicara sebentar dengan mamahnya, Delisa masuk ke kamar. Ia duduk di tempat tidurnya, mengeluarkan ponselnya, dan membuka chat grupnya bersama Caca.
Caca: "Gimana kencan sama Azka? Ada kejutan lagi?"
Delisa: "Rahasia. Nanti aku cerita di sekolah, deh."
Caca: "Yakin nggak mau cerita sekarang? Aku penasaran banget, lho!"
Delisa tersenyum melihat pesan dari Caca. Ia mengetik balasan cepat.
Delisa: "Tunggu aja besok. Biar aku bikin kamu makin penasaran."
Setelah mengirim pesan, Delisa merebahkan diri di tempat tidurnya. Ia menatap langit-langit kamar sambil tersenyum, mengingat kembali momen-momen yang ia habiskan bersama Azka hari ini.
...****************...
Sementara itu, Azka tiba di rumahnya dengan hati yang tak kalah berbunga. Ia langsung masuk ke kamarnya dan membaringkan tubuh di tempat tidur. Pikirannya dipenuhi dengan senyum Delisa, tawa gadis itu, dan momen-momen manis yang mereka lewati bersama.
Ia mengambil ponselnya dan membuka chat dengan Delisa.
Azka: "Sudah sampai rumah? Jangan lupa istirahat, ya. Aku senang banget hari ini."
Delisa: "Udah sampai, Ka. Aku juga senang banget. Terima kasih, ya."
Azka: "Sama-sama. Kalau kamu bahagia, aku juga bahagia. Selamat tidur, Del. Sweet dreams."
Delisa membalas pesan itu dengan ucapan selamat tidur juga. Setelah itu, keduanya terlelap dengan senyum di wajah mereka, berharap bisa terus bersama dan menjalani hari-hari yang lebih indah di masa depan.
Hari itu menjadi salah satu momen paling berharga dalam hubungan mereka. Meskipun sederhana, cinta yang tulus membuat segala sesuatunya terasa begitu istimewa. Mereka tahu bahwa perjalanan cinta ini masih panjang, tetapi dengan saling percaya dan dukungan, mereka yakin bisa melewati apa pun yang ada di depan mereka.