NovelToon NovelToon
Mas Duda Next Door

Mas Duda Next Door

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Terpaksa Menikahi Murid
Popularitas:222.5k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Naas, kemarin Ceren memaksa hatinya untuk menerima Gilang, si teman sekolah yang jelas-jelas tidak termasuk ke dalam kriteria teman idaman, karena ternyata ia adalah anak dari seorang yang berpengaruh membolak-balikan nasib ekonomi ayah Ceren.

Namun baru saja ia menerima dengan hati ikhlas, takdir seperti sedang mempermainkan hatinya dengan membuat Ceren harus naik ranjang dengan kakak iparnya yang memiliki status duda anak satu sekaligus kepala sekolah di tempatnya menimba ilmu, pak Hilman Prambodo.

"Welcome to the world mrs. Bodo..." lirihnya.


Follow Ig ~> Thatha Chilli
.
.
.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MDND ~ Bab 31

Jika ada benda yang bisa diibaratkan dengan mulut Ceren adalah lokomotif kereta api cepat, ya mo nyonk ya sewot ya ngebut.

"Udah ngasih cuma 50 ribu, ya sekarang punya tugas seabrek-abrek lagi!" ia berdiri di depan gerbang dan melipat tangannya di dada demi menunggu pak Jarwo menjemput. Supir yang biasa mengantar jemput Kaisar jika Hilman tak bisa antar jemput. Karena mulai sekarang, Ceren dan Kaisar resmi sepaket katanya biar hemat. Haruskah Ceren potong pita atau bikin tumpeng? Kalau begini akhirnya, bagaimana ia bisa nyari jodoh kalau disepaketin terus sama buntut!

Di otaknya, terngiang-ngiang obrolan tadi dan seabrek tugas istri yang harus ia lakukan mulai sekarang, "cih! Istri! Enak di pak Bodo ngga enak di gue, berasa dapet ba bu tambahan buat urus Kaisar sama rumah!" dengusnya.

Sebuah mobil putih sejuta umat memelan dan kini membuka kaca jendelanya tepat di depan gerbang, titt!

"Den ayu!" ia hafal dengan wajah dan suara itu, pak Jarwo.

Waktu itu, semasa bersama Gilang, ia bebas memilih sesukanya, senyamannya...Gilang memberikan ia segala yang dibutuhkannya tanpa mengusik amarahnya. Terlebih lagi Gilang selalu membuatnya merasa seperti putri, ia mendengus tak ikhlas.

Pak Jarwo yang melihat wajah keruh Ceren hanya mengulas senyuman geli, "dihukum ya den ayu?" tembaknya salah.

Lirikan Ceren tak berniat mendarat pada rear vision, ia memilih melihat jalanan yang seperti bergerak karena laju mobil, "bukan..."

Pak Jarwo kembali mengulas senyumnya, "den Hilman memang tidak pernah memandang status kalau sudah menjatuhkan hukumannya, dulu juga kalo mendiang den bagus Gilang salah, ya kena hukuman....tapi sebenernya beliau baik, den ayu. Cuma mukanya aja keliatan dingin, sikapnya juga keliatan teges gitu loh...padahal di setiap sikap tegas dan galaknya itu selalu ada alasan logis."

Ceren menatap pak Jarwo yang terkesan seperti seorang penjilat di matanya sekarang, "kalo baik. Mamahnya Kaisar ndak akan pergi, pak. Kepergian mamahnya Kaisar sudah cukup menjadi bukti konkrit, kalo pak Hilman itu orang jahat."

Pak Jarwo meledakan tawanya mendengar julukan jahat, persis nenek sihir gitu?!

Pak Jarwo menggeleng, "kalau ada suami yang paling pengertian menurut saya, ya den bagus Hilman. Kalau ada istri yang tak tau diuntung, ya....mamahnya Kaisar." pungkas pak Jarwo terkekeh nyengir, sukses membuat Ceren mengernyit penasaran, sebenarnya apa alasan Hilman menjadi duda? Apakah nanti masalah itulah yang akan menjadi kerikil hubungan pernikahannya dengan Hilman, jatuh ke lubang yang sama?

Netranya kini bergerak melihat sebuah bangunan berwarna-warni dengan lukisan dinding bertemakan keceriaan anak-anak.

"Kok sepi pak? Emangnya udah pada pulang? Atau justru belum pada pulang?" tanya Ceren mengernyitkan dahi melihat bangunan itu sudah hampir sepi penghuni.

"Sudah den. Wong jam pulang den bagus Kai itu jam 11 kok."

Ia tak bisa lebih terkejut lagi mendengarnya, dan langsung membuka pintu mobil, "loh! Kenapa ngga dijemput dari tadi?! Kalo dia ilang gimana? Anak orang tuh! Ntar saya yang ketimpa masalah dong, kalo tuh anak ilang!" ujarnya menyeru keluar mobil dan memasuki taman kanak-kanak yang sudah terlihat sepi itu.

Ia langsung masuk tanpa permisi terlebih dahulu pada security yang berjaga, melewatinya begitu saja, mungkin di matanya sekarang, security sebesar buntelan ken tut itu dianggap bayangan.

"Mbak! Mau cari siapa? Jemput anak-anak?" tanya nya mengejar Ceren. Gadis itu menoleh, "anak-anak sudah pulang pak? Bapak tau anak kecil yang rambutnya persis mangkok baso? Kaisar namanya?" cerocosnya, meskipun anak itu sedikit menyebalkan tapi mulai sekarang bocah yang ucapannya pedes dan sering berujar so tau itu adalah tanggung jawabnya.

"Oh, mbak cari Kaisar? Mbak siapanya Kaisar?"

Pak Jarwo menghampiri keduanya yang malah berdebat di depan sebuah kelas kosong.

"Pak," sapa pak Jarwo.

"Eh, pak Jarwo?" security itu mengenal sosok pak Jarwo yang memang sering wara-wiri jemput salah satu murid disini.

"Nuwun sewu pak, ini den ayu Ceren...ibu sambung Kaisar...." tunjuknya dengan jempol pada Ceren, tatapan terkejut si security mendarat pada Ceren, "oh, saya kira...." namun lantas netranya tak bisa lebih heran lagi ketika melihat sosok gadis ini berseragam SMA, "ibu sambung Kai?"

"Iya, kenapa?!" sengaknya tak suka saat pandangan bertanya-tanya itu lebih mengusik jiwa tenangnya.

"Kaisarnya mana?" tanya Ceren.

"Den ayu, Kaisar biasa menunggu di kantor."

"Kantornya dimana?" tanya nya lagi menoleh pada pak Jarwo, karena nyatanya ia bertanya pada security pria itu cuma melanga-melongo keheranan saja melihatnya, persis liat kuda lumping nyemil kursi.

"Mari..." pintanya, "permisi, pak." pamitnya pada security.

Jelas ini bukan tk biasa, bangunan besar dengan fasilitas cukup lengkap dan mewah menurut Ceren, membuatnya yakin kalau tk ini adalah tk mahal.

Pak Jarwo menggiring Ceren melewati selasar beberapa kelas yang mengelilingi lapangan, meski lapang disini tak sebesar lapang sekolahnya.

"Den bagus Kai sudah biasa dijemput terlambat, den ayu. Apalagi kalau den besar sibuk di butik lalu den Hilman sibuk di sekolah." ujarnya menjelaskan, Ceren menoleh singkat dengan alis yang terangkat sebelah, "udah biasa?"

Anggukan pak Jarwo memperjelas ketidakpercayaannya.

Mereka berbelok dan menaiki tangga yang tak banyak lantas sampai di ruangan dengan pintu kayu putih, Ceren mengetuk pintu itu meskipun langsung membukanya begitu saja.

Didapatinya Kaisar yang duduk sambil menggerakan kakinya lincah meskipun fokus anak itu pada buku cerita fabel yang berada di meja kecilnya.

"K--a...ka...n, kan...c---i, l...Kancil,"

"Assalamu'alaikum..."

Ruangan kantor disini tak seperti kantor di sekolahnya, lebih ceria dan nyaman untuk anak-anak.

"Wa'alaikumsalam." Jawab beberapa guru di dalamnya, rupanya masih ada beberapa guru yang masih belum pulang dan mereka cukup bisa menemani Kaisar termasuk seorang wanita berjilbab dan terbilang masih muda yang mengulas senyumnya.

"Ada perlu apa mbak?" tanya nya belum sempat melihat pak Jarwo.

"Bu'lek?!" Kai menoleh sejenak dari aktivitas membacanya.

"Oh, itu..."

"Itu bu'lek ku bu guru..." tukas Kaisar menutup buku bacanya dan melangkah turun dari bangku mininya.

"Oh, bu'leknya Kai.." angguknya paham.

"Loh, kok bu'lek yang jemput? Yanda mana?"

Ceren mengangguk, "terimakasih bu guru. Saya bawa Kaisar pulang ya bu..."

"Iya mbak, sama-sama. Kai...hati-hati di jalan..." senyumnya ramah.

"Siap bu guru. Kai pulang bu," pamitnya.

"Ah, Kai...bu guru lupa. Ibu punya sesuatu buat Kai, karena sudah membaca satu halaman full hari ini..." wanita itu terulur memberikan dua batang coklat pada Kaisar, yang memancing seruan senang bocah itu, "loh, kok dua bu? Untuk siapa satunya lagi?" tanya nya cerewet, seperti biasa!

"Terserah Kai, mau buat yandanya juga boleh..." wanita itu menguarkan senyuman sejuta waat, "atau buat bu'leknya, kalo suka..."

"Yeee! Makasih bu guru, yanda ngga terlalu suka yang manis-manis bu guru. Bu'lek juga ngga suka coklat, ya kan? Berarti ini buat Kai dua-duanya!" oceh bocah itu mengarang.

"Oalah! Bocah tengil, bilang aja maruk!" gumam Ceren membawa Kaisar keluar dari ruang kantor.

"Jangan kebanyakan makan coklat kamu, nanti gigimu ompong!" rebut Ceren pada salah satu batang coklat yang dipegang bocah itu, hingga membuat Kaisar tak terima, "bu'lek! Itu coklat punya Kai! balikin!" gerutunya sebal.

"Eh...eh...jadi orang ngga boleh rakus, harus berbagi....nanti kuburannya sempit." Sahut Ceren menjauhkan coklat di tangannya dari jangkauan Kaisar.

Kaisar hanya bisa manyun masam, "tapi bu guru kasihnya sama aku to, terserah aku mau kasih apa engga..." sengitnya mendebat Ceren, jadinya kedua bocah beda generasi itu malah bertengkar di sepanjang selasar kelas menuju gerbang, keduanya saling mengejar dan berebut coklat.

"Share...inget to?" tembak Ceren lebih menyebalkan.

Kai cemberut, "wong itu upah buat aku dari bu guru!"

"Tau. Tapi kan baca buku itu bukan buat orang lain, tapi buat Kai sendiri, harusnya Kai yang kasih upah buat bu guru, karena sudah bantu Kai membaca." Balas Ceren.

"Bukan." geleng Kai sehingga rambutnya kini bergerak ke kanan dan ke kiri, "tapi upah salam buat yanda...."

"Heh?" Ceren mengernyit, "salam?"

"Bu guru tadi kirim salam buat yanda?" tanya Ceren memastikan yang seketika diangguki Kai, "salam tuh opo to bu'lek? Salam yang assalamu'alaikum itu?"

Alis Ceren naik sebelah, "ohhh itu! Ya nanti balasannya itu, yanda harus kirim lengkuas, jahe, sirih sama bu guru..."

Dan ucapan Ceren semakin membuat bingung Kaisar, "kok begitu?"

"Lah, salam itu...daun salam buat masak kayanya," jawab Ceren tertawa usil. Hadeuhhh! Bu guru ternyata suka sama wali muridnya sendiri namun apesnya bu guru tak tau kalau orang yang disukanya nyatanya sudah tidak sendiri lagi.

.

.

.

.

1
Queen Mother
Lola niyh Ceren 🤣🤣
Queen Mother
Gpo Ren, sebenarnya pak mas bojo mu itu mengajarimu agar bisa mandiri
Tri Tunggal
nahloh... ke gep ma faiz kan 😂😂 awaz bahana ren blm wktuna ketahuan 😁😁 tp klo sohib mah biasana bisalah ttp mulut jgn sampe bocor kaya si ines biar nyablak tp g sampe bocor dulu 😄😄
Lisa aulia
jd penasaran perbedaan umur mereka berapa ya maksud nya ceren sama pak kepsek...ada dibahas nggak sih,atau aku yg kurang fokus baca nya...
Queen Mother
Waaahh bener” tuh pak mas bojomu Ren 🤭
Queen Mother
Sepadannya dibales ama pahala yg berlipat ganda Ren 😂
Zus_ana Key
taulh ceren istri pak bodo
Queen Mother
Hadeeehh Pak Mas bojo, Cerennya dah njerit” di rumahmu e 😅😅
Queen Mother
Jiiaaahhh jadi kepingin lihat juga to kamu Ren 😅😅
Queen Mother
Hayo looooh Ceren cebokin anak sambungmu 🤣🤭
Queen Mother
Awas lho pak mas bojo Ceren siap” aja ntar tambah pusing dibikin biniknya
Queen Mother
🤣🤣🤣🤣🤣 ngakak beneran Aq gegara si Ceren
Queen Mother
🤣🤣🤣 ya kaleeee kursi jadi cemilan, Ren Ren
'Nchie
ya ceren salah satu penghuni rumah pak bodo kalo blm tau Faiz 🤣🤣
Azzam Azzam
tau tau...wong pak bodo bojoku ngono yo ren
Queen Mother
Huahahahahahaa ngakak banget
Berharap tus tusan eh ternyataaaa 🤔🤣
Queen Mother
Hihihii buaya ga tuh
Queen Mother
🤣🤣🤣🤣
Queen Mother
🤣🤣🤣 ngakak woee
Queen Mother
Makanya Pak Mas Bojo jangan kek kanebo kering aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!