"Tlembuk" kisah tentang Lily, seorang perempuan muda yang bekerja di pasar malam Kedung Mulyo. Di tengah kesepian dan kesulitan hidup setelah kehilangan ayah dan merawat ibunya yang sakit, Lily menjalani hari-harinya dengan penuh harapan dan keputusasaan. Dalam pertemuannya dengan Rojali, seorang pelanggan setia, ia berbagi cerita tentang kehidupannya yang sulit, berjuang mencari cahaya di balik lorong gelap kehidupannya. Dengan latar belakang pasar malam yang ramai, "Tlembuk" mengeksplorasi tema perjuangan, harapan, dan pencarian jati diri di tengah tekanan hidup yang menghimpit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Insiden Monyet yang Mengocok Perut
Suasana di taman rekreasi Margasatwa Banjarnegara semakin ramai. Setelah berpindah ke area yang lebih luas, semua peserta tlembuk menikmati kebersamaan mereka. Di tengah tawa dan canda, salah satu dari mereka, yang bernama Tika, mengusulkan untuk berfoto bersama di dekat kandang monyet.
“Eh, guys! Kita selfie di sini yuk! Monyet-monyetnya lucu!” seru Tika penuh semangat, menunjukkan tempat yang tepat di samping kandang monyet yang ramai.
Semua setuju dan berkumpul di sekitar Tika. Dengan latar belakang monyet-monyet yang bermain, mereka mulai berpose, tertawa, dan mengangkat jari membentuk tanda “peace”. Tika pun mengangkat ponselnya untuk mengambil selfie.
“Say cheese!” teriaknya sambil mengklik tombol shutter. Namun, saat mereka semua asyik berfoto, salah satu monyet tiba-tiba melompat dari atas dahan.
“Eh, lihat! Monyetnya mau ikut foto!” seru Dinda, berusaha menarik perhatian monyet tersebut.
Namun, alih-alih berpose, monyet itu berlari langsung ke arah Tika. Dalam sekejap, ponsel yang dipegang Tika direbut oleh monyet tersebut.
“Ya ampun! Tidak! Kembalikan!” teriak Tika panik.
Semua orang di sekitar terkejut dan berbalik melihat. Monyet itu mengayunkan ponsel Tika dengan lincah, seolah-olah ia sedang bermain. Tika berlari mengikuti monyet itu, berusaha merebut kembali ponselnya.
“Petugas! Tolong!” teriak Tika sambil berlari mengejar monyet yang semakin menjauh.
Suasana menjadi gaduh, semua tlembuk tertawa melihat kekacauan tersebut. Beberapa dari mereka bahkan mengambil video, mengabadikan momen lucu ini.
“Gila, itu monyet jagoan banget!” seru salah satu tlembuk lainnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Petugas taman yang sebelumnya mengamati kerumunan pun tersentak mendengar teriakan Tika. Ia segera berlari menuju lokasi, berusaha menenangkan situasi. “Santai, santai! Kita bantu cari ponselnya!”
Namun, monyet itu tampaknya sangat menikmati perannya sebagai pencuri. Ia melompat-lompat, menggoyang-goyangkan ponsel Tika seolah-olah sedang melakukan aksi sirkus.
Tika tetap berusaha mengejar, berlari ke sana kemari. “Ayo, kalian bantu aku! Jangan cuma nonton!”
Akhirnya, petugas taman, dengan beberapa pengunjung lain, ikut membantu mengejar monyet. “Ayo, kita tangkap monyetnya!” teriak salah satu petugas, berusaha memancing perhatian monyet agar tertarik dengan makanan.
Monyet tersebut seolah tidak peduli, terus berlari sambil menggigit ponsel itu. Dalam kekacauan tersebut, Lily dan Dinda tidak bisa menahan tawa.
“Ini sih film komedi, Din! Ayo kita ambil video ini!” kata Lily sambil mengeluarkan ponselnya.
Setelah beberapa saat mengejar, petugas taman akhirnya menemukan cara untuk menarik perhatian monyet. Mereka mulai melemparkan makanan ringan ke arah monyet. “Ayo, monyet! Makan ini!”
Monyet itu, yang tertarik dengan makanan, akhirnya berlari menuju arah makanan dan meninggalkan ponsel Tika yang tergeletak di tanah.
“Dapat! Dapat!” teriak petugas taman sambil mengambil ponsel tersebut dan menyerahkannya kembali kepada Tika.
“Makasi, makasi!” Tika mengucapkan terima kasih dengan napas terengah-engah, masih terkejut dengan kejadian tersebut.
Semua orang di sekitar meledak dalam tawa. “Itu sih momen paling lucu hari ini!” seru Dinda, sambil berusaha menahan tawa.
Tika merasa malu, tetapi juga tidak bisa menahan tawa melihat situasi tersebut. “Aduh, aku tidak akan pernah dekat-dekat kandang monyet lagi!” ujarnya sambil tersenyum.
Setelah semua tertawa, mereka kembali berkumpul dan melanjutkan pertemuan dengan suasana yang semakin akrab. “Lihat, kita harus lebih hati-hati ya kalau mau selfie di tempat ini,” kata Lily sambil menggoda Tika.
“Tapi ini jadi cerita seru, sih!” Tika menjawab sambil tersenyum lebar.
Setelah insiden lucu dengan monyet yang mencuri ponselnya, suasana di taman rekreasi semakin hangat. Tika, yang masih terengAh-engah karena mengejar monyet, merasa lega saat ponselnya kembali utuh. Saat dia melihat petugas taman yang berhasil menyelamatkan situasi, dia tidak bisa menahan rasa kagumnya.
Petugas itu lumayan ganteng, dengan badan atletis dan wajah yang bersih. Dia mengenakan seragam taman yang rapi, dan senyumannya tampak ramah. Tika, yang biasanya pemalu, merasa berani untuk mendekat.
“Eh, makasih ya, Kak. Kamu benar-benar pahlawan hari ini!” Tika berusaha menyampaikan rasa terima kasihnya sambil mencolek lengan petugas itu dengan lembut.
Petugas itu menoleh dengan senyuman, terlihat sedikit terkejut namun juga senang. “Ah, tidak masalah! Tugas saya untuk menjaga pengunjung. Senang bisa membantu!”
“Nama kamu siapa?” tanya Tika, berusaha menggali lebih dalam.
“Nama saya Raka. Dan kamu?” jawab petugas tersebut dengan nada santai.
“Tika,” jawabnya sambil tersenyum manis. “Aku nggak nyangka hari ini bisa kayak gini. Seru banget!”
Raka tertawa kecil. “Iya, biasanya yang datang ke sini cuma untuk jalan-jalan atau piknik. Tapi hari ini, sepertinya kamu membawa banyak keceriaan!”
Di sebelah mereka, Lily dan Dinda saling pandang, lalu saling berbisik sambil tersenyum. “Tika kayaknya lagi jatuh cinta, deh!” bisik Dinda.
“Gawat, Raka bisa jadi korban selanjutnya!” balas Lily sambil menahan tawa.
“Jadi, kamu sering datang ke sini?” tanya Raka, kembali pada percakapan.
“Belum pernah, sih. Ini pertama kalinya,” jawab Tika, agak malu. “Aku biasanya cuma denger dari temen-temen. Ternyata seru juga!”
“Tapi jangan terlalu dekat sama kandang monyet, ya!” Raka menambahkan sambil melirik ke arah kandang. “Mereka agak nakal, suka nyuri barang-barang.”
Tika tertawa, mengingat kejadian sebelumnya. “Iya, aku sudah belajar dari pengalaman itu!”
Kedua sahabatnya, Lily dan Dinda, melihat momen itu dengan penuh kegembiraan. Mereka berharap Tika bisa menjalin hubungan lebih dekat dengan Raka. Namun, Tika merasa sedikit gugup, apalagi dengan perhatian yang diberikan Raka.
“Eh, aku mau foto sama kamu, Raka. Boleh?” Tika tiba-tiba meminta.
“Boleh banget!” Raka menjawab dengan antusias. Tika mengambil ponselnya dan berdiri di samping Raka. Mereka berdua berpose dengan jari membentuk tanda “peace”.
“Say cheese!” Tika berteriak. Sekali lagi, senyuman Raka yang manis membuat Tika merasa berdebar.
Setelah foto diambil, Tika merasa semakin nyaman. “Jadi, kerja di sini asyik nggak?” dia bertanya sambil menatap Raka.
“Ya, seru. Banyak hal menarik setiap harinya, terutama saat ada pengunjung lucu kayak kalian,” jawab Raka sambil tertawa.
Obrolan mereka semakin hangat. Dinda dan Lily yang awalnya mengamati, mulai merapat dan ikut bergabung. “Eh, kita mau foto bareng juga dong!” seru Lily, menarik perhatian Tika dan Raka.
“Boleh, ayo!” Raka menyetujui sambil tersenyum. Mereka pun berpose bersama, menciptakan kenangan yang lebih seru.
Saat mereka berfoto, suasana semakin meriah. Tika merasa senang bisa berbincang dengan seseorang yang menarik seperti Raka. Dia tidak menyangka akan mendapatkan pengalaman seperti ini di tengah pertemuan tlembuk yang menyenangkan.
“Raka, kapan-kapan kita harus ketemu lagi. Kamu bisa jadi pemandu kita di sini!” Dinda menyarankan dengan nada menggoda.
“Bisa banget! Kapan saja, saya siap!” jawab Raka dengan penuh semangat.
Setelah semua foto diambil dan tawa menghiasi suasana, mereka memutuskan untuk melanjutkan hari itu dengan menjelajahi lebih banyak area di taman. Namun, Tika merasa sedikit berat untuk berpisah dari Raka. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan yang mulai tumbuh dalam dirinya.
“Terima kasih ya, Raka! Semoga kita bisa bertemu lagi,” Tika mengucapkan perpisahan sambil tersenyum manis.
“Pasti! Jangan ragu untuk datang lagi. Saya akan selalu ada di sini!” Raka menjawab, memberikan harapan baru bagi Tika.
Saat Tika dan sahabat-sahabatnya beranjak pergi, dia merasakan campuran rasa senang dan berdebar. Hari itu bukan hanya tentang kumpul-kumpul sebagai tlembuk, tetapi juga tentang kenangan yang tak terduga dengan seseorang yang baru dikenalnya.
“Wah, Tika, kamu berhasil! Kamu bisa lebih dekat dengan Raka,” Dinda menggoda Tika saat mereka menjauh dari taman.
“Ah, jangan gitu! Dia cuma petugas taman,” jawab Tika, namun wajahnya menunjukkan rasa bahagia.
“Siapa tahu jodohmu ada di sini?” Lily menambahkan, membuat semua orang tertawa.
Hari itu berlanjut dengan tawa dan cerita seru di antara mereka, sementara Tika menyimpan harapan untuk bertemu Raka lagi di lain waktu.