Terbelenggu Cinta Wanita Malam

Merebut benda pipih yang baru saja ditemukan oleh Aldo, entah kenapa Leta memiliki keberanian membuka pintu dan tepat Aldo sedang berjongkok memunguti isi tas Leta.

"Itu bukan nya..."

"Bukan apa-apa!!" Leta kembali masuk ke kamar akan menutup pintu namun tertahan sepatu Aldo yang besar.

Kedua nya adu kekuatan,sama sama mendorong.Hanya saja berbeda tujuan.Leta bertahan agar pintu tak bisa dibuka dan Aldo kekeh untuk pintu terbuka.

"Sayang!..."

"Gak!!.." ucap Leta, padahal Aldo belum selesai bicara.

"Dengarkan aku dulu!"

"Gak!! Pergilah jika ingin melihat ku masih disini.Aku tidak ingin melihat mu!" Ucap Leta.

"Aku bisa menjelaskan semua Arleta!"

"Tidak usah,aku bukan siapa-siapa mu mulai sekarang.Urus saja tunangan mu,dia lebih segalanya!" ucap Leta terengah,benar benar mati matikan mempertahankan pintu untuk tidak terbuka.Bisa saja Aldo mendorong nya keras namun lelaki itu takut menyakiti Leta.

"Kamu yang istri ku, bagaimana bisa kamu bilang bukan siapa-siapa?!"

Arleta menggeleng "Mulai sekarang tidak,pergi dari sini atau yang akan pergi!"

Bragk!!

Hampir saja Aldo tersungkur saat Leta mundur dengan cepat,wanita itu berbalik menuju lemari.

"Dengar aku dulu,tadi tidak seperti yang kau lihat.Itu salah!" Aldo berhasil menahan Leta menggenggam pergelangan tangan nya.

"Ya aku buta,jadi aku tidak melihat nya!" Jawab Leta singkat.Mencoba melepas jeratan Aldo namun susah.

"Tidak.Gheani..."

"Dia tunangan mu!" sambar Leta.

"Ya..." Leta melepaskan kasar tangan Aldo "Dan kamu istriku!" imbuh Aldo lagi.

Leta menggeleng "Aku terlalu bodoh untuk itu,bahkan keluarga mu saja aku tidak tahu bisa bisa nya aku mau di nikahi!"

"Aku tidak tuli untuk sekedar mendengar dia menyebut mu sebagai tunangan nya,dan dia juga memanggil mu sayang!"

Leta berbalik meraih apapun di sana,tak sengaja tas jatuh isi nya pun kembali berhamburan,namun tak ia hiraukan.Melewati begitu saja tujuan nya adalah lemari pakaian.

Mata Aldo terarah pada benda pipih yang lagi lagi berasal dari tas Leta.Ia pun memperhatikan dengan teliti.

"Kamu hamil Leta?"

Deg!!

Tangan Leta langsung berhenti memasukan pakaian ke dalam tas nya,lagi lagi ia mencoba merebut alat tes kehamilan dari tangan Aldo namun susah.

"Kemarikan! Itu bukan milik ku!" Dalih Leta untuk menutupi nya,namun Aldo tak percaya.

"Milik Sari?" tanya Aldo,Leta pun mengangguk ragu.

Tanpa bertanya apapun lagi Aldo berbalik keluar kamar mencari Sari.

"Ehh tunggu.. Brengsek!!" seru Leta,ia berlari mengikuti langkah Aldo keluar dari kamar.

.

.

.

Di lantai bawah Aldo mencari Sari.

"Pak Lee dimana Sari?" tanya Aldo.

"Mungkin di atas atau di halaman belakang!" jawab Pak Lee,Aldo langsung ke sana.Matanya melirik Leta yang baru menuruni tangga.

"Aldo tunggu, kemari kan biar aku yang memberikan pada Sari!" nafas nya memburu,Leta bahkan menahan nyeri di perut nya.

Rasanya ingin mual.

"Aldo!!.." serunya pada Aldo yang sudah menapaki kaki ke area halaman belakang.

Setelah sampai di bawah,Leta mulai merasakan sakit kepala yang hebat,namun ia paksakan terus mengejar Aldo demi benda pipih miliknya.

-

-

Benar dugaan Pak leet,ternyata Sari berada di halaman belakang.

"Kau tahu ini punya siapa mba?" tanpa basa basi Aldo langsung bertanya.

Sari pun menajamkan mata nya,sebuah alat tes kehamilan dengan hasil pregnant di sana.

"Maaf Tuan,itu berada dimana?" tanya Sari balik.

"Di tas Leta,ia bicara padaku jika ini punya mu!" jelas Aldo.

Sari menggeleng "Maaf Tuan,saya tidak selancang itu meninggalkan barang saya di tas nona!"

"Sar...." Pandangan nya sudah samar tak jelas.

"Leta..."

"Nona!..."

Belum sampai terjatuh di lantai Aldo sudah menangkap nya lebih dulu.Ya Leta pingsan,Aldo menggendong dan membawanya ke kamar di ikuti Sari dibelakang nya.

Baru juga tenang karena Leta yang pisan dan berhenti mengamuk,beberapa pengawal meminta masuk karena di bawah sedang ada kerusuhan.

"Tapi ini kamar nona dan Tuan, kalian tidak bisa masuk!" ucap Sari,hingga telinga Aldo merasa bising. Lelaki itu pun keluar.

"Ada apa? Kalian tidak tahu Leta sedang istirahat dia pingsan.Bukan kah ada Gandi?" tanya Aldo.

"Maaf Tuan,di bawah ada Opa Malik,Bu Tanu dan juga.."

Ucapan pengawal itu berhenti.

"Siapa?"

"Aldo!..."

Seketika mereka menoleh ke arah tangga.Dan Mamah Kinanti sudah berdiri di sana memegang clutch di tangan nya.

"Mamah?..."

.

.

.

Leta bahkan mendengar jika Aldo berkata bohong,Aldo mengiyakan jika rumah ini rumah Gandi dan calon istrinya nanti.

Ia sekedar berkunjung karena Gandi ingin bertanya sesuatu.Aldo tidak jujur dan langsung menutup pintu kamar memakai tangan nya ke belakang.

Hal yang membuat Leta sangat sakit adalah dia tahu jika Aldo mempunyai tunangan di luar sana sementara diri nya sedang hamil.Siapa lagi jika bukan Aldo Ayah nya.

Meski bekerja sebagai wanita malam,Leta hanya berhubungan dengan Aldo dan tak ada yang lain.

Merasa dirinya tidak penting dan Aldo tidak berpihak pada nya.Hanya memanfaatkan diri nya sebagai pelampiasan nafsu berkedok suami istri.

Tetap di ranjang,dan mencoba tidak bersuara karena ia tahu di luar kamar pasti masih ramai.Leta tetap diam sesekali mengusap perut nya yang rata.

Tiga puluh menit

Dan hampir satu jam,kondisi mulai tenang dan terdengar beberapa mobil mulai pergi dari sana.Leta perlahan turun meraih tas yang ia sempat isi dengan pakaian nya,namun terlihat serakah jika ia membawa nya tapi tak pernah membeli.Ia pun hanya meraih beberapa permata dan juga kartu sakti yang Aldo berikan beberapa hari lalu.

Ceklek! ..

Sama sama di depan pintu,Leta tertegun melihat lelaki tua dan Aldo di depan nya.

"Ini Leta Opa.." ucap Aldo.

Glek!!

Leta benar benar bingung harus berbuat apa,namun tangan lelaki tua itu meraih kepala Leta dan mengusap nya lembut.

.

.

.

To be continue