"Aku bosan menjadi polisi pangkat ren dahan, jadi aku memutuskan untuk menikahi Senna demi naik pangkat. Dan maaf Nana, kisah kita selesai sampai di sini."
Nana begitu hancur ketika mengetahui bahwa Darius, sang kekasih meninggalkannya dan menikahi anak komandan mereka.
"Darius, padahal kita berjuang bersama untuk masuk kedalam dunia kepolisian ini, tapi demi pangkat kau meninggalkanku."
Satu tahun kemudian
Nana menatap tak percaya pada lelaki kaya di depannya, lelaki yang tiba-tiba mengajaknya menikah. "haruskah aku terima tawarannya untuk membalas Darius?"
Ikuti kisah mereka di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengalahkan ego
Aku update dua bab ya gengs
Nana memejamkan matanya, jujur sekarang wanita itu ketakutan. Teriakan Jayden sepertinya benar-benar membuat Nana trauma, bahkan sekarang pikiran Nana menerawang, memikirkan bagaimana jika Jayden melukainya karena terlalu kesal dengan keadaannya. Nana mungkin bisa saja melawan pada orang lain tapi Nana tidak akan berani melawan Jayden.
Ketika melihat Nana seperti ini, Jayden berbalik kemudian dia keluar dari kamar Nana, membuat Nana menghela nafas lega. Entah kenapa kali ini bertemu dengan Jayden sangat menakutkan, Nana mungkin tidak takut dengan apapun, tapi ketika berada di dekat Jayden, nyali Nana sungguh menciut.
Ketika Jayden sudah tidak ada, Nana dengan pelan melepaskan mantelnya, kemudian dia membaringkan tubuhnya, tentu saja wanita itu terus meringis karena seluruh tubuhnya terasa remuk. Mungkin saja kondisi Nana akan lebih baik jika Nana dalam keadaan enjoy, tapi sayangnya selama seminggu ini Nana banyak sekali pikiran hingga kondisi Nana tidak membaik sedikitpun.
Ketika Nana sudah berbaring, bulir langsung terjatuh dari pelupuk mata nana. Entah kenapa setiap yang berhubungan dengan suaminya membuat Nana rapuh, ketakutan demi ketakutan menderanya.
Dan tak lama Nana memejamkan matanya, wanita itu kembali di dera ketakutan ketika mendengar pintu kamarnya terbuka, dan ternyata Jayden kembali masuk. Rupanya barusan Jayden mengambil mantel, lelaki itu berencana untuk mengajak Nana kembali dirawat di rumah sakit.
"Ayo bangun kita ke rumah sakit sekarang, kau harus dirawat!" Kali ini nada suara Jayden sudah tidak terlalu ketus, tapi juga tidak terlalu ramah. Hingga Nana kembali membuka mata, wanita itu diam-diam menghapus air matanya karena dia tidak ingin Jayden menyangkanya berlebihan.
Sebelum Nana menjawab, Jayden sudah mengulurkan tangannya pada Nana, dan ketika Nana sudah berdiri Jayden langsung mengambil kursi roda, lalu setelah Nana duduk, Jayden langsung mendorong kursi roda tersebut.
Ketika kursi rodanya didorong oleh Jayden, sebisa mungkin Nana menahan tangis agar tidak keluar. Entah bagaimana perasaan wanita itu saat ini, yang pasti Nana ingin menangis kencang-kencangnya antara senang dan juga takut.
***
"Jadi tidak ada perubahan yang signifikan?" Tanya Jayden pada dokter ketika dokter sudah memeriksa keadaan Nana. Saat ini Nana sudah selesai melakukan pemeriksaan, dokter juga sudah melakukan pemeriksaan ulang dan ternyata kondisi tangan Nana sama sekali tidak membaik, bahkan tekanan darah Nana pun tinggi tentu saja karena banyak sekali hal yang dia pikirkan selama seminggu ini.
"Hmm, tuan. Tekanan darah pasien pun tinggi, sepertinya pasien mempunyai tekanan yang berat hingga berpengaruh pada tekanan darah," ucap dokter hingga Jayden langsung terdiam.
"Jangan banyak pikiran, jika kau terlalu banyak memikirkan hal yang tidak penting kondisimu tidak akan membaik." Tiba-tiba Jayden teringat ucapan Nana ketika dia masih berada di rumah sakit jiwa. Saat itu ketika kondisi Jayden sudah sangat membaik, Jayden terus merasa gelisah karena dia mengingat kedua anaknya dan berpikir anaknya tidak akan memaafkannya. Hingga Nana selalu mengatakan hal seperti itu.
"Tuan, kalau begitu kami permisi. Kami akan mengontrol pasien setiap jam." Setelah mengatakan itu dokter dan para perawat pun pergi, dan ketika dokter pergi Jayden mendudukkan dirinya di kursi tunggu yang berada di luar, sepertinya Jayden kembali menyadari kesalahannya di mana dia memperlakukan Nana dengan keras..
Jayden kembali bangkit dari duduknya, lelaki itu langsung masuk ke dalam ruang rawat Nana. Dan ternyata ketika dia masuk nanas sedang melamun.
"Kau lapar?" Tanya Jayden, hingga Nana mengerjap, wanita itu langsung menoleh ke arah Jayden, terlihat jelas Nana menatap Jayden dengan penuh ketakutan, dan tentu saja jadi bisa menangkap arti tatapan Nana.
"kau lapar." Jayden kembali mengulangi ucapannya, hingga Nana dengan refleks mengangguk. Sebenarnya Nana tidak lapar, hanya saja dia terlalu takut pada Jayden, jadi dia mengangguk.
Jayden Menyadari bahwa Nana berbohong, seketika rasa bersalah mendera Jayden, dia tahu benar tatapan ini adalah tetapan yang penuh ketakutan. Ketika melihat tatapan Nana padanya, entah kenapa Jayden merasa sesak. Hingga tanpa sadar, lelaki itu mengulurkan tangannya kemudian berniat mengelus rambut Nana, dan Jayden baru tersadar, ketika Nana menghindar.
Rupanya Nana menyangka bahwa Jayden akan memukul kepalanya, jadi dia langsung menjauhkan kepalanya dari tangan Jayden. Dan lagi-lagi rasa bersalah mendera lelaki itu, sepertinya Jayden berniat untuk menurunkan egonya.
2 bulan kemudian
Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa ini sudah 2 bulan berlalu Nana dirawat di rumah sakit, pada akhirnya kondisi Nana benar-benar pulih. Setelah Nana dirawat, Jayden rutin menjenguk Nana di rumah sakit walaupun tidak terlalu sering. Setiap melihat keadaan Nana ke rumah sakit, Jayden selalu membawa makanan ataupun cemilan kesukaan Nana.
Jayden juga sudah tidak berbicara ketus lagi pada Nana hingga Nana sedikit nyaman, yang terpenting Jayden sudah meminta maaf pada Nana ata sikapnya dan itu yang membuat kondisi Nana jauh lebih baik.
Dan hari ini setelah dua bulan berlalu, akhirnya Nana sudah diperbolehkan untuk pulang. Tangan tangan Nana sudah pulih sepenuhnya begitu juga dengan kaki Nana, mungkin Nana akan mulai berdinas 1 minggu lagi.
Walaupun Jayden sudah menekan egonya dan bersikap seperti semula pada Nana, tapi sepertinya pendirian Jayden tetap sama dia tidak ingin terlalu dekat dengan Nana, hingga dia tidak terlalu menampakan kekhawatirannya, Padahal di belakang Nana tentu saja Jayden merasa sangat khawatir.
Termasuk saat ini, Hati Jayden meronta-ronta ingin menjemput Nana di rumah sakit, tapi otak Jayden melarangnya, karena dia tidak ingin Nana besar kepala.
"Setelah menjemputnya, bawa dia ke rumah. Bilang padanya untuk jangan pergi kemana-mana." Jayden memerintahkan Rio untuk menjemput Nana, wajahnya terlihat sangat gelisah karena tenta sebenarnya dia sendiri yang ingin menjemput Nana.
"Baik Tuan." Setelah mengatakan itu, Rio pun langsung berbalik kemudian dia keluar dari ruangan Jayden.
****
Nana mematut diri di cermin yang ada di ruang rawatnya di, memastikan bahwa tampilannya sudah rapih.
Selama dia dirawat, ada beberapa teman polisi yang mengunjunginya termasuk ada Rais yang juga mengunjunginya dan menyuruh Nana untuk tidak khawatir tentang pekerjaan hingga Nana bisa sedikit enjoy dan tidak menakutkan apapun.
Dan tak lama Nana tersadar ketika mendengar suara pintu terbuka hingga Nana menoleh. Mata nana membulat ketika melihat siapa yang masuk ke dalam ruangannya, siapa lagi jika bukan Jayden. Dan sepertinya kali ini Jayden tidak bisa mengalahkan egonya, karena tadi setelah Rio keluar dari ruangannya Jayden kembali menelepon Rio kemudian melarang Rio untuk menjemput Nana, karena dia sendirilah ya akan menjemput istrinya.
***
emang dasar...2x🎶🎶🎶
gw bantuin na, nyekap jayden ke gudang tua, kita aniaya rame"🤣🤣
kan kamu yang dulu gak pengen Nana dan anak² mu,sampai Nana kamu pindah tugaskan...
kenapa gak kepalanya aja yang di lenyapkan Nana 😤😒