NovelToon NovelToon
Puncak Pesona

Puncak Pesona

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cinta Murni / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Di SMA Gemilang, geng syantik cemas dengan kedatangan Alya, siswi pindahan dari desa yang cantik alami. Ketakutan akan kehilangan perhatian Andre, kapten tim basket, mereka merancang rencana untuk menjatuhkannya. Alya harus memilih antara Andre, Bimo si pekerja keras, dan teman sekelasnya yang dijodohkan.

Menjadi cewek tegas, bukan berarti mudah menentukan pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Pertama

Bab11

 

“Aku pikir jangan banyak orang dulu yang ikut rencana kita. Aku yakin sanggup menemani dan melindungimu.”

 

Mendengar pernyataan Bimo, Alya merasa angin malam semakin menggetarkan seluruh bulu roma, menyesap dingin, merinding, tapi ada sedikit kehangatan.

 

 Setibanya di rumah, Alya merasa sedikit cemas karena mereka pulang lebih malam dari biasanya. Pintu rumahnya masih terang, menandakan bahwa paman dan bibinya masih menunggu.

 

"Aku harus cari alasan kenapa kita pulang telat," gumam Bimo sambil mematikan mesin motornya. Mereka berdua turun dari motor dan berjalan menuju pintu rumah.

 

Pintu terbuka dan pamannya Alya berdiri di sana dengan wajah khawatir. "Alya, Bimo, kalian dari mana aja? Udah malam begini baru pulang," kata pamannya dengan nada sedikit tegas.

 

Alya mencoba tersenyum. "Maaf, Paman. Kita tadi ada tugas kelompok dan kebetulan ada masalah yang harus diselesaikan," jawabnya berusaha tenang.

 

Bimo mengangguk setuju. "Iya, Pak. Saya juga minta maaf. Tadi memang ada sedikit masalah yang harus dibereskan di sekolah."

 

Pamannya Alya mengangguk, meski raut wajahnya masih menunjukkan kekhawatiran. "Baiklah, lain kali kalau ada apa-apa kasih tahu dulu, ya. Jangan bikin orang tua khawatir."

 

"Iya, Paman. Maaf," jawab Alya.

 

Dalam hati Alya, alasan yang diberikan kepada pamannya bukanlah sebuah kebohongan. Tadi di kelas memang mereka dibagi kelompok dan ternyata Alya sekelompok dengan Bimo, jadi tidak bohong kan memberi alasan kerja kelompok pada paman. Yang penting ada kata-kata kerja kelompoknya, meskipun bukan mengerjakan tugas, hehehe ...

 

Bimo berpamitan dan Alya mengucapkan terima kasih sebelum Bimo melangkah kembali ke motornya. Ketika Bimo pergi, Alya masuk ke dalam rumah, hatinya merasa lega namun tetap waspada. Dia tahu bahwa perjuangannya melawan geng syantik baru saja dimulai, dan dia harus lebih berhati-hati ke depannya.

 

Ketika masuk ke dalam kamarnya, Alya melihat bukti yang mereka temukan tadi. Pikiran tentang geng syantik dan rencana mereka terus menghantui pikirannya. Meskipun malam itu sudah tenang, Alya tahu bahwa tantangan besar masih menunggunya di depan. Dengan tekad yang kuat, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mengungkap kebenaran dan melindungi dirinya dari segala ancaman yang datang.

 

**#

 

Di rumah mewah milik Rina, ketua geng syantik, suasana malam itu tampak begitu kontras dengan malam-malam lainnya. Lampu-lampu kristal menggantung di langit-langit, menerangi ruangan dengan kemewahan yang memukau. Rina, Sari, Siska, dan Gea duduk melingkar di sofa besar di ruang keluarga, masing-masing dengan tatapan serius. Mereka berkumpul untuk merencanakan langkah selanjutnya dalam misi mereka menjatuhkan Alya.

 

Rina, dengan rambut panjangnya yang tergerai indah dan sikap dominannya, membuka pembicaraan. “Oke, kita harus bikin rencana yang lebih hebat untuk besok. Alya harus malu lagi. Kita harus bikin dia nggak betah di sekolah ini.”

 

Sari, yang selalu tampil elegan, mengangguk setuju. “Tapi rencana kita harus terlihat seperti kecelakaan. Jangan sampai ada yang curiga kalau ini ulah kita.”

 

Siska, dengan wajah yang penuh antusiasme, menambahkan, “Gimana kalau kita taruh sesuatu di jalan yang dia lewatin? Misalnya, minyak atau sabun cair, jadi dia bisa terpeleset.”

 

Gea, yang paling pandai dalam hal strategi, berpikir sejenak sebelum berbicara. “Itu ide bagus, tapi kita harus pastikan nggak ada yang lihat kita pasang jebakannya. Kita bisa kerjain itu pas lagi jam istirahat kedua, jadi nggak banyak orang yang lewat.”

 

Rina tersenyum licik. “Bagus, Gea. Aku suka idemu. Kita harus atur biar nggak ada yang curiga. Dan ingat, jangan sampai ada yang tahu ini kerjaan kita.”

 

Mereka pun mulai menyusun rencana dengan rinci, memastikan setiap langkahnya tampak seperti kecelakaan yang alami. Mereka berbagi tugas: Sari akan membawa minyak, Siska akan memantau situasi, dan Gea akan memastikan tidak ada saksi.

 

###

 

Sementara itu, di tempat lain, Alya yang cerdik dan bertekad kuat sudah merasakan adanya ancaman dari geng syantik. Dia tahu bahwa mereka tidak akan berhenti begitu saja.

 

Keesokan harinya, Alya sudah bersiap dengan strategi. Dia memutuskan untuk selalu waspada dan memperhatikan setiap langkahnya. Saat jam istirahat kedua, Alya dengan sengaja memilih jalur yang lebih aman, menghindari jalan-jalan yang biasanya dia lewati. Sebenarnya ini hanya filing Alya untuk berprilaku random.

 

Yang biasanya Alya selalu makan di kantin, sesekali tidak. Yang bisa Alya jalan dengan Lita, sesekali tidak. Mungkin sedikit merepotkan untuk Alya, sebab harus mengimbangi permainan geng syantik. Namun, apa boleh buat. Seperti inilah cara yang bisa mempermainkan mereka

 

Geng syantik yang sudah siap dengan jebakan mereka mulai gelisah ketika melihat Alya mengambil jalan lain. Rina menyipitkan matanya. “Dia kok lewat sana? Kayaknya dia mulai curiga.”

 

Sari menggigit bibirnya. “Gimana ini, Rin? Plan B?”

 

Rina berpikir cepat. “Kita biarin dulu. Kita lihat dia besok. Kita nggak boleh gegabah.”

 

Alya berjalan dengan hati-hati, setiap langkahnya penuh perhitungan. Dia merasakan tatapan dari geng syantik, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan. Dia juga sekolah-olah tidak tahu bahwa gengnya Rina sedang memantau dirinya. Dalam hatinya, Alya bertekad untuk menghadapi semua tantangan dengan cerdik dan taktik.

 

Ketika sampai di ruang kelas, Lita menghampiri Alya dengan penasaran. “Alya, kamu kok tadi lewat jalan yang lain? Ada apa? Pantesan dikantin juga gak ada. Tumben.”

 

Alya tersenyum. “Cuma mau coba jalan baru aja, Lit. Biar nggak bosen.”

 

Lita tertawa kecil. “Kamu emang aneh. Tapi, emang kamu harus tahu seluruh seluk beluk sekolah ini.”

 

“Nah itu, makanya tadi aku istirahat ke perpus aja, terus ke toilet yang deket kelas 12, sekalian jalan-jalan dikit, sambil lihat-lihat.”

 

“Kenapa ke perpus gak ajak aku? Emang cuma kamu aja yang boleh pinter. Huh...,” Lita cemberut karena diabaikan sahabatnya.

 

“Ulu-ulu...,” goda Alya menjawil dagu Lita. “Aku tuh ke perpus bukan mau baca aja, tapi mau cari buku yang belum tentu ada di sana. Nanti kamu cape ikut nyari.”

 

Alya memberikan alasan palsu pada Lita. Bersyukur Lita memaklumi.

 

Sementara itu, geng syantik berkumpul lagi di sudut sekolah, membicarakan kegagalan rencana mereka. Rina dengan kesal berkata, “Kita harus bikin rencana yang lebih matang. Alya nggak boleh ngelewatin ini dengan mudah.”

 

Gea menatap Rina dengan serius. “Jangan khawatir, Rin. Kita pasti bisa bikin dia keluar dari sekolah ini. Tinggal tunggu waktu aja.”

 

Alya yang berada di kelas tetap tenang dan waspada, siap menghadapi apa pun yang geng syantik rencanakan untuknya. Dengan kecerdikannya, dia bertekad untuk terus lolos dari setiap jebakan yang mereka buat, dan membuktikan bahwa dia tidak akan mudah dijatuhkan.

 

Namun, saat jam istirahat ketiga tiba, geng syantik mencoba menjalankan rencana mereka lagi. Kali ini, mereka menaruh minyak di tangga yang biasanya dilewati Alya. Mereka menunggu di sudut, berharap melihat Alya terpeleset dan jatuh.

 

Alya yang sudah menduga adanya jebakan, memutuskan untuk lewat jalan lain lagi. Tanpa disadari geng syantik, Arga yang sedang terburu-buru menuju kelasnya, malah menjadi korban jebakan mereka.

 

“Hei, kalian ngapain di sini?” tanya Arga sambil melangkah cepat, tidak melihat minyak yang telah ditumpahkan.

Bersambung....

1
Sodikin Jin
hmmmm...kak, saya lebih suka, cerita tentang kultifasi. 🙏
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Tapi sayang, sepertinya tidak dilanjutkan. Jika ingin audionya dilanjut, harus banyak yang beri saran langsung pada pihak Mangatoon
Sodikin Jin: tidak apa kak... saya tunggu setiap audio kakak tentang kultifasi.
total 3 replies
Kamaya
kenapa ya, geng cewek ky gini merasa harus memiliki cowok populer di sekolahny. pdhal aslinya dia gak dilirik samsek ma tuh cowok. tapi ttp aja mngklaim jgn direbut org lain. hm.,..
Kamaya
Pasti jodoh Alya cowok. Iya kan tor? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!