NovelToon NovelToon
Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Gangster
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Caca adalah seorang gadis pemalu dan penakut. Sehari-hari, ia hidup dalam ketakutan yang tak beralasan, seakan-akan bayang-bayang gelap selalu mengintai di sudut-sudut pikirannya. Di balik sikapnya yang lemah lembut dan tersenyum sopan, Caca menyembunyikan rahasia kelam yang bahkan tak berani ia akui pada dirinya sendiri. Ia sering kali merangkai skenario pembunuhan di dalam otaknya, seperti sebuah film horor yang diputar terus-menerus. Namun, tak ada yang menyangka bahwa skenario-skenario ini tidak hanya sekadar bayangan menakutkan di dalam pikirannya.

Marica adalah sisi gelap Caca. Ia bukan hanya sekadar alter ego, tetapi sebuah entitas yang terbangun dari kegelapan terdalam jiwa Caca. Marica muncul begitu saja, mengambil alih tubuh Caca tanpa peringatan, seakan-akan jiwa asli Caca hanya boneka tak berdaya yang ditarik ke pinggir panggung. Saat Marica muncul, kepribadian Caca yang pemalu dan penakut lenyap, digantikan oleh seseorang yang sama sekali berbeda: seorang pembunuh tanpa p

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 28

Atas kemenangan yang gemilang itu, para anggota tim Ellipsi memutuskan untuk merayakan dengan makan-makan bersama. Setelah pertandingan yang melelahkan dan penuh adrenalin, mereka semua merasa pantas mendapatkan sedikit waktu untuk bersantai dan menikmati hasil jerih payah mereka.

Tim Ellipsi pun memilih meja besar di tengah restoran, cukup untuk menampung semua anggota tim. Mereka duduk melingkar, dengan Joni dan Galih mengambil posisi di tengah.

Suasana penuh canda tawa dan cerita seru dari pertandingan tadi mulai mengisi ruangan. Wajah-wajah mereka yang lelah mulai berseri-seri kembali seiring dengan datangnya hidangan yang ditunggu-tunggu.

"Ini untuk kemenangan kita!" seru pak Omar sambil mengangkat gelasnya.

Semua anggota tim ikut mengangkat gelas mereka, dan mereka bersulang dengan semangat.

"Tapi yang paling penting, ini untuk tim kita yang solid dan kerja keras semua orang!" tambah Galih dengan senyum lebar.

Semua orang bersorak dan mulai menikmati makanan mereka. Percakapan berlangsung hangat.

Mereka mengenang momen-momen menegangkan di pertandingan tadi, berbagi cerita lucu tentang kesalahan kecil yang terjadi di lapangan, dan juga membahas strategi yang membawa mereka pada kemenangan.

\~\~\~

Berita kemenangan tim Ellipsi menyebar dengan cepat di seluruh sekolah. Para anggota tim menjadi sorotan, mendapatkan penghargaan dari sekolah atas prestasi mereka. Popularitas mereka meningkat tajam, terutama di kalangan siswa.

Semua orang membicarakan tentang pertandingan hebat yang mereka saksikan, dan setiap anggota tim Ellipsi dihujani pujian.

Namun, tidak demikian halnya dengan Kelvin. Meskipun dia memainkan peran penting dalam kemenangan itu, bisik-bisik negatif tetap terdengar.

"Katanya si Kelvin masuk tim karena orang dalam, ya?"

"Iya, katanya sih gitu."

"Tapi dia mainnya bagus juga, enggak kalah sama Joni."

Caca berjalan menuju kelas dengan langkah yang hati-hati, merasa setiap mata tertuju padanya. Setiap kali dia melangkah, dia tak bisa menghindari bisikan-bisikan di sekitarnya.

"Keluarganya Kelvin sekaya apa sih?"

"katanya sih banget-nget,"

Bisikan yang menyebut-nyebut nama Kelvin dengan nada yang sering kali menyakitkan dan menyindir. Perasaan sakit hati melingkupi dirinya, namun Caca merasa bingung harus bagaimana menghadapinya.

"karena banyak uang dia jadi arogan,"

"Ngerin banget kalau ketemu sama dia,"

Selama ini, perasaannya terhadap Kelvin campur aduk. Dia malu untuk bertemu dengannya, mengetahui bahwa Kelvin pasti akan menyadari sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Caca berhasil mengambil alih tubuhnya kembali, meskipun di dalam dirinya ada bagian lain, yang sering kali mendominasi dan membuat keputusan-keputusan yang berbahaya dan tidak terduga.

Caca tahu betul bahwa yang dibenci Kelvin adalah Marica, bukan dirinya. Namun, tetap saja, perasaan bersalah menggerogoti hatinya karena dia merasa ikut bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi di masa lalu.

\~\~\~

Kelvin memperhatikan dengan seksama gelagat aneh Marica dalam beberapa hari terakhir. Ada sesuatu yang tidak biasa dalam cara dia berperilaku, dan itu membuat Kelvin merasa cemas dan penasaran.

"Tuh anak salah makan apa gimana sih?" bingung Kelvin.

Setiap hari, Marica terlihat menghindarinya dengan cepat dan canggung, bahkan sampai-sampai membuat kecelakaan kecil di koridor.

\~\~\~

Hari itu, di koridor sekolah yang ramai, Caca dan Kelvin tanpa sengaja bertemu. Namun, kekacauan tak terduga segera terjadi ketika Cacaca dengan sigap menutupi seluruh wajahnya dengan tudung hodie, seolah-olah dia sedang berusaha menyelinap melintas di antara kerumunan tanpa dikenali.

Tatapan heran pun tak terhindarkan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk Kelvin yang mengamati Marica dengan bingung.

Tiba-tiba, dalam kekacauan yang tercipta, Marica secara tak sengaja menabrak beberapa siswi yang tengah berjalan di koridor itu.

"Hati-hati dong," tegur seorang siswi yang tersenggol, berusaha memberikan peringatan atas kejadian yang baru saja terjadi.

Namun, Marica hanya bisa mengangguk dengan cepat, seolah-olah dia ingin segera mengakhiri momen yang memalukan tersebut.

"Maaf," ucapnya lalu segera kabur dari tempat itu dengan ekspresi cemas yang jelas terpancar di wajahnya.

Saat itu, Kelvin hanya bisa menggelengkan kepala dengan heran, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

\~\~\~

Ketika bertemu lagi di kantin, Kelvin dengan heran melihat Marica sekali lagi mencoba untuk menghindarinya. Marica, yang sebenarnya sudah duduk di meja dan seharusnya bisa menikmati makanannya dengan tenang, tiba-tiba menomot ayam gorengnya dengan cepat dan lari dari kantin sambil menutupi wajahnya dengan tangan.

Tindakan yang terkesan panik dan tidak terduga itu membuat Kelvin semakin bingung dan khawatir tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Marica.

"Tuh anak ada masalah hidup apaan sih?" batin Kelvin.

\~\~\~

Namun, yang lebih menggelikan adalah ketika mereka bertemu di parkiran sekolah. Caca, dengan cara yang amat aneh, berjalan sambil mengendap-endap seolah-olah sedang bersembunyi, padahal tubuhnya terlihat dengan jelas.

"Nih anak makin menghkwatirkan," batin Kelvin meradang.

Kelvin hampir tidak bisa menahan tawa melihat tingkah laku itu; dia merasa ada sesuatu yang absurd dalam cara Caca berusaha menyembunyikan dirinya yang sebenarnya tidak berhasil. Namun, pada saat yang sama, tawa Kelvin terhenti mendadak oleh perasaan khawatir yang muncul.

"Dia kenapa sih?" batinya frustasi.

Melihat Marica berperilaku demikian, Kelvin mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dalam lagi di balik semua tingkah laku aneh tersebut. Meskipun di satu sisi dia merasa tertawa melihat kekonyolan itu, di sisi lain, kekhawatiran tentang apa yang sesungguhnya sedang terjadi dengan Caca semakin menguat.

Apakah ini tanda-tanda dari sesuatu yang serius? Apakah Caca mengalami tekanan mental atau emosional yang membuatnya berperilaku seperti ini?

"Enggak mungkin dia kena tekana mental, yang ada orang yang kena tekanan mental gara-gara dia," batin Kelvin merasa kesal.

\~\~\~

Dan ketika mereka bertemu lagi di ruang guru, Kelvin hampir tidak bisa mempercayai apa yang dia lihat. Caca, dengan sengaja atau tidak, memunggungi dia, seolah-olah mengabaikannya sepenuhnya. Kelvin merasa naik darah melihat sikap itu.

Bagaimana mungkin Caca bisa begitu acuh terhadapnya, terutama setelah semua yang telah Kelvin perjuangkan untuknya?

Kelvin merasa seperti sedang berada dalam adegan film drama remaja yang sedang mencari-cari konflik yang tidak masuk akal. Dia hampir bisa mendengar musik dramatis bermain di latar belakang, sementara dia berdiri di tengah-tengah ruang guru, kebingungan.

"Dia anggap aku antagonis kalik ya dalam hidupnya?" miris Kelvin.

\~\~\~

Dari kejauhan, Kelvin melihat Caca dan mencoba melakukan kontak mata dengannya. Namun, sebelum Kelvin bisa mengungkapkan apapun, Caca tiba-tiba saja kabur dengan cepat. Kelvin memandang dengan heran saat Caca berlari, tapi apa yang terjadi selanjutnya membuatnya hampir tak percaya.

"Dia beneran menghindar dari gue?" tanya Kelvin pada dirinya sendiri.

Caca, tanpa melihat ke depan, terus berlari dan tiba-tiba menabrak tembok dengan keras. Tubuhnya hampir terjatuh, tetapi dengan refleks yang cepat, dia berhasil menyeimbangkan dirinya kembali sebelum jatuh. Tanpa menoleh ke belakang, Caca melanjutkan lariannya dengan cepat, seolah-olah tidak peduli dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Kelvin terdiam sejenak, mencoba memahami apa yang baru saja dia saksikan. Dia merasa campur aduk antara kekaguman dan kekhawatiran. Di satu sisi, dia terkesan dengan refleks Caca yang cepat, tetapi di sisi lain, dia khawatir dengan tingkah laku aneh dan bahaya yang ditunjukkan oleh Caca.

"Marica makin stres kayaknya?" batin Kelvin, memikirkan apa yang bisa membuat Caca bertindak seperti itu.

Dalam kebingungannya, Kelvin memperhatikan betapa ekstremnya tingkah laku Caca. Meskipun ada sentuhan lucu dalam kekacauan yang dia buat, tetapi itu juga sangat ekstrem dan tidak bisa diabaikan.

"Segitunya banget menghindariku," batin Kelvin dengan rasa heran yang semakin mendalam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!